Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat berkunjung ke Kantor Pusat Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), menawarkan bantuan ketahanan pangan terhadap negara-negara mitra di kawasan Afrika dan Pasifik.
Saat bertemu dengan Deputy Director General FAO Laurent Thomas di Kantor Pusat FAO Roma, Italia, Selasa, Mentan Syahrul menjelaskan bahwa selama ini Indonesia telah banyak membantu negara-negara mitra di Afrika.
Saat bertemu dengan Deputy Director General FAO Laurent Thomas di Kantor Pusat FAO Roma, Italia, Selasa, Mentan Syahrul menjelaskan bahwa selama ini Indonesia telah banyak membantu negara-negara mitra di Afrika.
"Indonesia memiliki banyak tenaga ahli dalam berbagai bidang yang siap untuk bekerja sama dengan FAO dalam membantu negara-negara mitra di Afrika dan Pasifik," kata Menteri Syahrul melalui keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan sejumlah bantuan yang diberikan Indonesia, contohnya membangun "training center" di Gambia dan Tanzania, lalu membuat proyek percontohan pengembangan kacang kedelai di Madagaskar dan padi di Sudan.
Indonesia juga mengirim bantuan traktor tangan untuk Fiji dan Vanuatu. Dalam pertemuan itu, Mentan bicara delapan poin penting posisi pertanian Indonesia.
Pertama, Indonesia mendorong kerja sama lebih erat dengan FAO sebagai organisasi pangan internasional, sebagai salah satu produsen sumber pangan terbesar di dunia, untuk memenuhi pangan nasional dan dunia.
Mentan juga mengajak FAO dalam mengembangkan Agriculture War Room (AWR) di Indonesia yang berfungsi sebagai pusat kontrol monitoring dan evaluasi mobilisasi sumber daya pertanian.
Mentan mengundang seluruh tim teknisi FAO untuk membantu Indonesia. Dirinya ingin memastikan validitas data yang lebih kuat dan pencapaian produksi yang lebih efektif, efisien, dan berstandar Internasional, yang pada implementasinya dikawal secara intensif melalui Kostratani yang baru saja dibentuk.
FAO diharapkan dapat berperan dalam menyeimbangkan situasi pasar produk pertanian yang cenderung diskriminatif, dan merugikan negara berkembang selaku produsen.
Negara-negara importir yang pada umumnya negara maju, menerapkan standar-standar yang seringkali menyulitkan dan menekan daya tawar negara eksportir, dalam hal ini khususnya kelapa sawit bagi indonesia.
Mentan mendukung "hand-in-hand initiative" yang menjadi program FAO yang baru, yang fokus pada program kemitraan antara negara maju dan berkembang untuk dapat maju bersama dalam berbagai aspek rantai nilai usaha pertanian.
Indonesia juga mengajak FAO untuk bersama-sama membantu negara-negara ketiga yang membutuhkan bantuan teknis, khususnya penguatan kapasitas melalui pusat-pusat pelatihan yang telah dibangun Indonesia di beberapa negara Afrika, seperti Tanzania dan Gambia.
Deputy Director General FAO Laurent Thomas, mengatakan FAO terkesan dengan inisiatif Mentan dalam pengembangan AWR. Inisiatif tersebut dinilai sejalan dengan program FAO.
Tim FAO menyampaikan secara singkat sistem manajemen data yang ada di FAO seperti AMIS, pemanfaatan GIS, "early warning system", dan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan lainnya.
FAO berkomitmen penuh untuk mendukung indonesia dalam pengembangan AWR dan program digitalisasi pertanian modern di indonesia. Dalam pertemuan itu, Menteri Pertanian juga mendapatkan kesempatan untuk meninjau berbagai fasilitas sistem manajemen data yang dimiliki oleh FAO.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Adi Lazuardi
COPYRIGHT © ANTARA 2020
Editor: Adi Lazuardi
COPYRIGHT © ANTARA 2020
0 comments:
Post a Comment