Jakarta (ANTARA) - CEO Google dan Alphabet Inc, Sundar Pichai, menyetujui gagasan bahwa kecerdasan buatan, artificial intelligence (AI), harus diatur karena bahaya yang ditimbulkan, misalnya dari teknologi pengenal wajah.
"Tidak ada keraguan bahwa kecerdasan buatan harus diatur. Terlalu penting untuk tidak diatur," kata Pichai dalam kolom opini di The Financial Times, seperti dikutip dari laman The Verge, Selasa.
"Tidak ada keraguan bahwa kecerdasan buatan harus diatur. Terlalu penting untuk tidak diatur," kata Pichai dalam kolom opini di The Financial Times, seperti dikutip dari laman The Verge, Selasa.
Pichai mengharapkan pendekatan yang digunakan untuk regulasi AI tidak akan mengontrol sepenuhnya. Contohnya, kendaraan otonom memang membutuhkan aturan baru, namun, area lainnya seperti layanan kesehatan justru bisa diperluas menggunakan produk yang dilengkapi dengan AI.
"Perusahaan seperti kami ini tidak bisa hanya membuat teknologi baru yang menjanjikan dan membiarkan pasar memutuskan bagaimana teknologi itu akan digunakan," kata Pichai.
"Kami juga memiliki kewajiban untuk memastikan teknologi tersebut dimanfaatkan untuk kebaikan dan tersedia untuk semua orang," kata Pichai.
Pichai, yang baru menjabat sebagai CEO Alphabet Inc, menilai perlu ada standard global yang menyasar kesulitan yang dialami perusahaan teknologi, jika nanti ada regulasi AI.
Uni Eropa baru-baru ini melarang teknologi pengenal wajah, facial recognition, selama lima tahun. Sementara itu, Amerika Serikat sedang membahas aturan tentang kecerdasan buatan tanpa mengganggu inovasi.
Pichai dalam tulisan tersebut tidak meminta perusahaan yang menjual teknologi pengenal wajah, seperti Amazon, untuk berhenti.
Baca juga: Gedung Putih bakal atur penggunaan AI
Baca juga: Kecerdasan buatan Google mampu kenali kanker payudara
Baca juga: Manfaat AI jangka pendek dan panjang
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © ANTARA 2020
Editor: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © ANTARA 2020
0 comments:
Post a Comment