Perancang busana Lisa Fitria berpendapat, kebanyakan anak-anak milenial yang menggunakan jas bahan ini, salah satunya karena lebih praktis.
"Sekali pakai karena orang malas menjemurnya, kalau enggak kering nanti bau enggak enak. Biar enggak ribet pakai yang sekali pakai. Anak-anak muda biasanya pakai yang sekali pakai. Biar tidak ribet," kata dia kepada Antara melalui sambungan telepon, Rabu.
Baca juga: Presiden serahkan bantuan uang tunai Rp100 juta di Sukajaya Bogor
Baca juga: Disambut hujan, Jokowi gunakan jas hujan plastik di Sukajaya Bogor
Bahan baku yang digunakan mirip seperti kantong plastik yang biasa digunakan orang-orang dan umumnya untuk sekali pakai saat hujan tak begitu deras. Namun, sebagian orang juga bisa menggunakannya berkali-kali. Cukup dikeringkan, lipat lalu masukan ke dalam tas untuk digunakan kembali.
Jas ini kerap digunakan para pengendara motor dan penumpangnya berukuran sekitar 90 sentimeter atau selutut orang dewasa.
Bak jas hujan pada umumnya, ada penutup bagian kepala dengan fungsi ganda yakni menghindari kepala terkena air hujan dan pelindung dari helm motor yang basah.
Beberapa jas juga dilengkapi tali pengencang di bagian kepala, menambah kesan sedikit gaya.
Sebagian orang menggunakan jas plastik ini untuk kegiatan di luar ruang, saat hujan rintik-rintik seperti yang Pak Jokowi lakukan.
Baca juga: Tips mencuci jas hujan tanpa merusak daya anti-air
Baca juga: Jas hujan warna cerah jadi pilihan pengendara motor
Kekurangan
Para pedagang di pinggir jalan biasanya menjual jas plastik ini Rp10 ribu, tetapi terkadang ada diskon khusus kalau Anda membeli lebih dari satu buah.
Di beberapa toko online, jas hujan plastik ini dibanderol lebih murah, antara Rp3.200-Rp5.900 per satuannya, tapi biasanya lebih tipis dan benar-benar hanya untuk sekali pakai.
Ada tiga varian warna yang bisa dipilih, yakni merah, hijau dan biru. Di toko online, warna yang dihadirkan lebih beragam, ada warna kuning menyala.
Namun jas plastik ini punya kekurangan. Selain tingkat coverage yang kurang (bagian bawah tubuh hingga kaki tak tertutupi), jas ini cenderung tak ramah lingkungan karena sulit terurai di tanah akibat rantai karbon yang panjang. Lalu, karena kebanyakan digunakan sekali saja cenderung menambah tumpukan sampah.
Lisa berpendapat, sebaiknya orang-orang memilih bahan jas hujan berbahan baku lebih ramah lingkungan dan bisa dipakai berulang kali.
"Tidak mengacu pada sustainable karena plastik susah diurai. Saya prefer menggunakan bahan yang bisa dipakai berulang-ulang, ramah lingkungan," menurut Lisa.
Baca juga: Restu Anggraeni hadirkan mantel berteknologi termal graphene di JFW
Baca juga: Syahrini diprotes karena kenakan mantel bulu
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
COPYRIGHT © ANTARA 2020
Editor: Alviansyah Pasaribu
COPYRIGHT © ANTARA 2020
0 comments:
Post a Comment