Jakarta (ANTARA) - Tingkat fatalitas kasus (CFR) virus corona jenis baru di China mulai menurun menjadi 2,1 persen, demikian klaim otoritas kesehatan setempat, Selasa.
“Pada awal-awal virus ini merebak, CFR-nya tercatat 2,3 persen,” kata Jiao Yahui dari Komisi Kesehatan Nasional China (NHC).
CFR merupakan angka perbandingan jumlah kematian akibat wabah 2019-nCoV dengan jumlah orang yang dinyatakan positif mengidap virus tersebut.
Baca juga: Pemerintah buka "hotline" 9 kementerian untuk jelaskan virus corona
Hingga Selasa malam, tercatat 20.523 kasus positif 2019-nCoV dengan jumlah kematian 426 kasus. Kasus kematian ini makin jauh lebih rendah daripada angka kesembuhan yang sudah mencapai 715 kasus.
Bahkan juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying menganggap 2019-nCoV tidak separah virus mematikan yang pernah mewabah sebelumnya, seperti Ebola, SARS, dan MERS.
“Meskipun 2019-nCoV telah menginfeksi banyak orang, angka kematian yang hanya 2,1 persen di China jauh berada di bawah penyakit menular seperti Ebola, SARS, dan MERS,” ucap diplomat perempuan itu dalam pernyataan tertulis yang diterima ANTARA.
Baca juga: Polda Kepri gelar penyuluhan terkait virus corona di Natuna
Sementara itu, di Provinsi Hubei sebagai tempat terbanyak kasus kematian, CFR-nya tercatat 3,1 persen. Itu berarti Hubei menyumbang 97 persen kasus kematian pneumonia yang diakibatkan oleh virus corona di China itu.
Wuhan sebagai Ibu Kota Provinsi Hubei yang dinyatakan episentrum 2019-nCoV menyumbang 74 persen kematian secara nasional.
Di luar Provinsi Hubei, CFR-nya hanya 0,16 persen. “Rasio kematian ini perlahan-lahan berkurang di beberapa daerah di China. Kami sangat yakin itu sehingga masyarakat tidak perlu panik,” kata Jiao menambahkan.
Menurut dia, mayoritas kasus kematian akibat virus corona terjadi pada kaum pria. Sekitar 80 persen pasien yang meninggal akibat virus tersebut berusia lebih dari 60 tahun.
Lalu lebih dari 75 persen pasien yang meninggal memiliki riwayat penyakit lain yang menyertainya, seperti kardiovaskular, diabetes, dan tumor.
“Para manula yang terinfeksi virus yang juga memiliki penyakit bawaan sangat berisiko tinggi terhadap kematian,” ujar pejabat perempuan itu.
Baca juga: Evakuasi WNI dari Wuhan, Menkes lanjutkan sosialisasi ke daerah asal
Baca juga: Evakuasi WNI dari Wuhan, Menkes jamin kesehatan warga
Baca juga: Jokowi minta kalkulasi dampak virus corona terkait ekonomi Indonesia
“Pada awal-awal virus ini merebak, CFR-nya tercatat 2,3 persen,” kata Jiao Yahui dari Komisi Kesehatan Nasional China (NHC).
CFR merupakan angka perbandingan jumlah kematian akibat wabah 2019-nCoV dengan jumlah orang yang dinyatakan positif mengidap virus tersebut.
Baca juga: Pemerintah buka "hotline" 9 kementerian untuk jelaskan virus corona
Hingga Selasa malam, tercatat 20.523 kasus positif 2019-nCoV dengan jumlah kematian 426 kasus. Kasus kematian ini makin jauh lebih rendah daripada angka kesembuhan yang sudah mencapai 715 kasus.
Bahkan juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying menganggap 2019-nCoV tidak separah virus mematikan yang pernah mewabah sebelumnya, seperti Ebola, SARS, dan MERS.
“Meskipun 2019-nCoV telah menginfeksi banyak orang, angka kematian yang hanya 2,1 persen di China jauh berada di bawah penyakit menular seperti Ebola, SARS, dan MERS,” ucap diplomat perempuan itu dalam pernyataan tertulis yang diterima ANTARA.
Baca juga: Polda Kepri gelar penyuluhan terkait virus corona di Natuna
Sementara itu, di Provinsi Hubei sebagai tempat terbanyak kasus kematian, CFR-nya tercatat 3,1 persen. Itu berarti Hubei menyumbang 97 persen kasus kematian pneumonia yang diakibatkan oleh virus corona di China itu.
Wuhan sebagai Ibu Kota Provinsi Hubei yang dinyatakan episentrum 2019-nCoV menyumbang 74 persen kematian secara nasional.
Di luar Provinsi Hubei, CFR-nya hanya 0,16 persen. “Rasio kematian ini perlahan-lahan berkurang di beberapa daerah di China. Kami sangat yakin itu sehingga masyarakat tidak perlu panik,” kata Jiao menambahkan.
Menurut dia, mayoritas kasus kematian akibat virus corona terjadi pada kaum pria. Sekitar 80 persen pasien yang meninggal akibat virus tersebut berusia lebih dari 60 tahun.
Lalu lebih dari 75 persen pasien yang meninggal memiliki riwayat penyakit lain yang menyertainya, seperti kardiovaskular, diabetes, dan tumor.
“Para manula yang terinfeksi virus yang juga memiliki penyakit bawaan sangat berisiko tinggi terhadap kematian,” ujar pejabat perempuan itu.
Baca juga: Evakuasi WNI dari Wuhan, Menkes lanjutkan sosialisasi ke daerah asal
Baca juga: Evakuasi WNI dari Wuhan, Menkes jamin kesehatan warga
Baca juga: Jokowi minta kalkulasi dampak virus corona terkait ekonomi Indonesia
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Triono Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2020
Editor: Triono Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2020
0 comments:
Post a Comment