Surabaya (ANTARA) - DPC Partai Demokrasi Indonesia (PDIP) Kota Surabaya, Jawa Timur, menilai sosok almarhum K.H. Sholahudin Wahid atau Gus Sholah, pengasuh PP Tebuireng, Jombang meninggalkan teladan literasi yang baik.
Ketua DPC PDIP Surabaya Adi Sutarwijono, di Surabaya, Selasa, mengatakan keluarga besar DPC PDIP Surabaya berduka atas berpulangnya Gus Sholah.
Ketua DPC PDIP Surabaya Adi Sutarwijono, di Surabaya, Selasa, mengatakan keluarga besar DPC PDIP Surabaya berduka atas berpulangnya Gus Sholah.
"Kami mendoakan agar Gus Sholah mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa, serta keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kekuatan," katanya.
Menurut dia, kepergian Gus Sholah meninggalkan kesedihan yang mendalam karena beliau adalah sosok ulama teladan, aktivis kebangsaan yang senantiasa mengayomi umat, dan pejuang pendidikan yang gigih mendidik umat agar senantiasa giat mencari ilmu serta berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
"Gus Sholah juga meninggalkan teladan literasi yang baik, di mana beliau adalah seorang penulis yang sangat produktif. Pemikirannya ditulis melalui buku maupun artikel di media massa," ujarnya.
Bahkan, Gus Sholah yang juga rektor Universitas Hasyim Asyari masih sempat menulis pada akhir Januari lalu tentang refleksi hari lahir Nahdlatul Ulama, di mana tulisan beliau yang begitu bernas dan reflektif dimuat di salah satu media massa nasional.
Bangsa Indonesia kehilangan satu lagi sosok teladan yang sangat jernih dalam membina umat dan republik ini. Gus Sholah selalu mengajak seluruh elemen bangsa untuk saling menghormati meski berbeda pendapat dan keyakinan.
Gus Sholah kerap mencontohkan kiprah Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sebagai dua organisasi massa Islam terbesar yang berdampingan tanpa konflik, bahkan keduanya berkontribusi optimal untuk kemajuan Indonesia.
"Gus Sholah mengajak kita untuk mengutamakan persatuan ketimbang konflik, mengajak kita saling menghargai perbedaan, semata-mata demi kemajuan bangsa," katanya.
Gus Sholah juga memberi teladan tentang etos kerja yang tinggi. Meski beliau adalah seorang tokoh besar sekaligus cucu ulama pendiri NU KH Hasyim Asyari, Gus Sholah tetap menjalankan segala penugasan yang diamanatkan kepadanya dengan total.
Misalnya, ketika beliau menjadi anggota Komnas HAM, dengan sejumlah tugas berat seperti memimpin TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta) untuk sejumlah kasus dugaan pelanggaran HAM.
"Semoga kita bisa meneladani perjuangan Gus Sholah yang begitu tulus mencintai umat, begitu kukuh dalam menjaga umat dengan nilai-nilai kebenaran dan keadilan," katanya.
Gus Sholah wafat pada Minggu (2/2) sekitar pukul 20.55 WIB di RS Harapan Kita, Jakarta setelah menjalani operasi penyakit jantung. Jenazah Gus Sholah dimakamkan di kompleks pemakaman area Pesantren Tebuireng, Jombang pada Senin (3/2).
Gus Sholah merupakan pengasuh ketujuh Pesantren Tebuireng mulai 2006 hingga 2020, sejak generasi sang kakek KH Hasyim Asyari (1899-1947).
Gus Sholah merupakan adik kandung mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Ia lahir di Jombang pada 11 September 1942 dari pasangan suami istri, KH Wahid Hasyim dan ibundanya Hj Solichah.
Baca juga: Khofifah ungkap sejumlah pesan Gus Sholah
Baca juga: Komunikonten: Gus Sholah mandiri
Baca juga: Din: Gus Sholah tokoh pemersatu
Baca juga: MUI Palu: Gus Sholah tokoh agama yang sangat toleran
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Yuniardi Ferdinand
COPYRIGHT © ANTARA 2020
Editor: Yuniardi Ferdinand
COPYRIGHT © ANTARA 2020
0 comments:
Post a Comment