Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia yang diwakili Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, menjajaki kerjasama di bidang transportasi udara dengan Pemerintah Belanda.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu menyampaikan penghargaan atas kolaborasi antara Kedutaan Besar Indonesia di Den Haag dan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Indonesia dalam menyelenggarakan Forum Penerbangan Sipil ini.
“Kami, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara percaya bahwa forum ini akan menjadi salah satu upaya besar untuk lebih meningkatkan hubungan antara Indonesia dan Belanda di bidang penerbangan sipil,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa penerbangan sipil kedua negara ini memiliki sejarah panjang.
Dua catatan yang paling terkenal adalah Pertama, KLM Royal Dutch Airline yang melakukan penerbangan antarbenua pertama dari Amsterdam ke Batavia pada 1 Oktober 1924.
Kemudian Anthony Fokker, perintis penerbangan Belanda yang terkenal dan memiliki pabrik pesawat terbang, lahir di Indonesia, di Blitar Jawa Timur.
Dengan sejarah yang luar biasa itu, Indonesia memiliki keinginan untuk mengeksplorasi potensi kerja sama di bidang penerbangan.
“Penerbangan sipil Indonesia sendiri kini telah berevolusi. Secara bertahap mengembangkan dan menerima sejumlah prestasi. Antara lain, Indonesia menerima skor implementasi yang efektif dari hasil audit keselamatan penerbangan ICAO (USOAP) dengan nilai yang lebih tinggi dari rata-rata dunia, mendapatkan Peringkat Standar Keselamatan Penerbangan Kategori 1 (satu) dari Federal Aviation Administration (FAA),” katanya.
Kemudian juga pencabutan larangan terbang (EU Ban) oleh Uni Eropa.
“Prestasi ini memungkinkan maskapai Indonesia untuk melayani penerbangan ke seluruh bagian dunia, tetapi mengharuskan Indonesia untuk mempercepat pengembangan teknologi di berbagai bidang,” katanya.
Untuk mengatasi konsekuensi-konsekuensi tersebut, Indonesia berkomitmen untuk melakukan upaya berkolaborasi dengan negara manapun termasuk Belanda dalam bentuk kerja sama untuk terus memastikan penerbangan sipil yang selamat, aman, nyaman, berkelanjutan secara ekonomi, dan bertanggung jawab secara lingkungan.
“Saya harapkan agar para pemangku kepentingan sipil Indonesia dan Belanda dapat mengambil manfaat dari forum ini, tidak hanya bersifat kebijakan tapi lebih ke implementasi sehingga dapat terjalin kerjasama yang baik. Pada Forum ini akan dibahas proposal yang mereka berikan dan apa yang bisa kita tawarkan. Kerjasama bisa berupa pengelolaan bandara, konsultasi, training, teknologi, capacity building,” kata Novie.
Forum tersebut merupakan tindak lanjut dari forum penerbangan sipil sebelumnya pada Desember 2019 di Lelystad, Belanda, dan merupakan salah satu rangkaian kunjungan Kenegaraan Raja dan Ratu Belanda ke Indonesia.
Baca juga: Indonesia tujuan investasi menarik bagi pengusaha Belanda
Baca juga: Indonesia-Belanda bahas peningkatan kerja sama ekonomi
Baca juga: RI-Belanda genjot kerja sama perdagangan, investasi dan pariwisata
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu menyampaikan penghargaan atas kolaborasi antara Kedutaan Besar Indonesia di Den Haag dan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Indonesia dalam menyelenggarakan Forum Penerbangan Sipil ini.
“Kami, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara percaya bahwa forum ini akan menjadi salah satu upaya besar untuk lebih meningkatkan hubungan antara Indonesia dan Belanda di bidang penerbangan sipil,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa penerbangan sipil kedua negara ini memiliki sejarah panjang.
Dua catatan yang paling terkenal adalah Pertama, KLM Royal Dutch Airline yang melakukan penerbangan antarbenua pertama dari Amsterdam ke Batavia pada 1 Oktober 1924.
Kemudian Anthony Fokker, perintis penerbangan Belanda yang terkenal dan memiliki pabrik pesawat terbang, lahir di Indonesia, di Blitar Jawa Timur.
Dengan sejarah yang luar biasa itu, Indonesia memiliki keinginan untuk mengeksplorasi potensi kerja sama di bidang penerbangan.
“Penerbangan sipil Indonesia sendiri kini telah berevolusi. Secara bertahap mengembangkan dan menerima sejumlah prestasi. Antara lain, Indonesia menerima skor implementasi yang efektif dari hasil audit keselamatan penerbangan ICAO (USOAP) dengan nilai yang lebih tinggi dari rata-rata dunia, mendapatkan Peringkat Standar Keselamatan Penerbangan Kategori 1 (satu) dari Federal Aviation Administration (FAA),” katanya.
Kemudian juga pencabutan larangan terbang (EU Ban) oleh Uni Eropa.
“Prestasi ini memungkinkan maskapai Indonesia untuk melayani penerbangan ke seluruh bagian dunia, tetapi mengharuskan Indonesia untuk mempercepat pengembangan teknologi di berbagai bidang,” katanya.
Untuk mengatasi konsekuensi-konsekuensi tersebut, Indonesia berkomitmen untuk melakukan upaya berkolaborasi dengan negara manapun termasuk Belanda dalam bentuk kerja sama untuk terus memastikan penerbangan sipil yang selamat, aman, nyaman, berkelanjutan secara ekonomi, dan bertanggung jawab secara lingkungan.
“Saya harapkan agar para pemangku kepentingan sipil Indonesia dan Belanda dapat mengambil manfaat dari forum ini, tidak hanya bersifat kebijakan tapi lebih ke implementasi sehingga dapat terjalin kerjasama yang baik. Pada Forum ini akan dibahas proposal yang mereka berikan dan apa yang bisa kita tawarkan. Kerjasama bisa berupa pengelolaan bandara, konsultasi, training, teknologi, capacity building,” kata Novie.
Forum tersebut merupakan tindak lanjut dari forum penerbangan sipil sebelumnya pada Desember 2019 di Lelystad, Belanda, dan merupakan salah satu rangkaian kunjungan Kenegaraan Raja dan Ratu Belanda ke Indonesia.
Baca juga: Indonesia tujuan investasi menarik bagi pengusaha Belanda
Baca juga: Indonesia-Belanda bahas peningkatan kerja sama ekonomi
Baca juga: RI-Belanda genjot kerja sama perdagangan, investasi dan pariwisata
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2020
Editor: Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2020
0 comments:
Post a Comment