Tuesday, April 14, 2020

Hutama Karya merajut nadi ekonomi Suwarnadwipa

Hutama Karya merajut nadi ekonomi Suwarnadwipa
Presiden Joko Widodo meninjau pembangunan jalan tol menghubungkan Pekanbaru Dumai, Februari 2020. (ANTARA/Anggi Romadhoni)
Ini juga menjadi optimisme dan harapan kami agar dalam setiap karya yang kami dibangun sarat manfaat
Pekanbaru (ANTARA) - Anthony Reid, sejarawan Selandia Baru dalam bukunya "An Indonesia Frontier: Acehnese and Other Histories of Sumatra (2004)" menuliskan bahwa Sumatera sebagai pulau kaya penuh rahasia.

Dia juga menjuluki Sumatera sebagai Suwarnadwipa atau tanah emas pengawal gerbang menuju harta Asia Tenggara.

Sumatera, pulau keenam terbesar di dunia sejak lama dikenal menyimpan berjuta pesona. Namun sayang, geliat perkembangan belum terajut mesra antara satu dengan provinsi lainnya.

Mulai dari Bakauheni, Lampung hingga "Tanah Rencong" Nangroe Aceh Darussalam berjalan sendiri, seolah terpisah gagahnya gugusan Bukit Barisan dan terjalnya pegunungan.

Alhasil, Sumatera kalah gesit dengan daratan semenanjung Malaya. Negeri Jiran itu sadar bahwa koneksi menjadi kunci. Perpindahan barang dan orang yang cepat via "Lebuh Raya" atau jalan tol dalam dialek Malaysia adalah nadi semenanjung untuk bersaing dengan tetangga kecilnya, Singapura.

Sumatera seharusnya bisa melakukan hal yang sama. Hamparan hijau sawit, bauksit, timah, minyak dan gas bumi, serta bentangan alam kelas priyayi merupakan anugerah terindah Ibu Pertiwi bagi 57 juta penduduk di pulau yang menjadi wajah terdepan Indonesia tersebut.

Untuk mengejar ketertinggalan itu, lahirlah Peraturan Presiden Nomor 100 Tahun 2014 yang kemudian diperbarui menjadi Peraturan Presiden Nomor 117 Tahun 2015.

Perpres itu seolah membuat Sumatera tersadar dan siap bangun dari tidur panjangnya. Pulau yang juga dijuluki Andalas itu bersiap menjadi lokomotif baru ekonomi serta meningkatkan daya saing bangsa di mata dunia.

Perpres tersebut mengatur tentang pembangunan secara masif Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Sebuah mahakarya yang akan menembus batas-batas hambatan, terjalnya pegunungan dan lebatnya hutan Sumatera serta menerabas sulitnya perizinan.

Salah satu BUMN konstruksi tertua Indonesia, PT Hutama Karya (Persero), yang baru merayakan ulang tahun ke-59 mendapat mandat terhormat sekaligus tantangan berat.

Sepanjang 2.974 kilometer jalan tol terdiri atas 27 ruas akan menjadi penyambung nadi ekonomi Sumatera sekaligus mega proyek yang harus dijawab tuntas.

Waktu berlalu, kerja keras tak kenal waktu. Hingga kini, total jalan tol yang telah beroperasi enam ruas dengan panjang 469 kilometer, sedangkan masih tahap konstruksi sembilan ruas sepanjang 495 kilometer, dalam persiapan konstruksi enam ruas dengan panjang 740 kilometer, dan sisanya dalam rencana 11 ruas sepanjang 1.270 kilometer. Seluruhnya diproyeksikan selesai pada 2024.

Ribuan kilometer jalur tanpa hambatan digesa secara terstruktur. Berbagai rintangan diselesaikan dengan perhitungan matang. Tak ada kata terlambat mengejar ketertinggalan.

Pemerintah terus berusaha menggali potensi memaksimalkan kemampuan terpendam dan merajut pulau yang berhadapan dengan jalur laut tersibuk di dunia, Selat Malaka.

Baca juga: Presiden Jokowi: Jalan tol ciptakan pertumbuhan ekonomi baru

Jelas, pembangunan jalan tol melewati belantara lebatnya hutan terjalnya perbukitan Sumatera serta rapuhnya gambut bukan pekerjaan mudah. Belum lagi persoalan satwa seperti kawanan gajah Sumatera hingga menyangkut masalah bisnis internal rate of return (IRR) yang tak sebanding dengan biaya pembangunan membuat investor tak terkesan.

Hal itu diakui oleh Presiden Joko Widodo. Dalam beberapa kesempatan, Presiden mengatakan pembangunan tidak harus menunggu IRR tinggi. Justru sebaliknya, keberadaan jalan tol akan meningkatkan perekonomian sehingga IRR akan terkerek naik, meski dalam hitung-hitungan perusahaan berarti tantangan.

IRR merupakan parameter pengukuran analisa suatu proyek atau investasi. Pengukuran ini sering digunakan untuk menghitung tingkat keuntungan suatu investasi.

Direktur Utama Hutama Karya Bintang Perbowo mengatakan sejatinya perkembangan industri konstruksi mempunyai peran strategis sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.

Untuk itu, Hutama Karya yang pada 2020 mengusung semangat "Menghubungkan Kebaikan untuk Indonesia Maju", akan menjawab semua tantangan itu dalam upaya merangkai kota-kota di Indonesia, terutama melalui proyek strategis tol Sumatera.

“Ini juga menjadi optimisme dan harapan kami agar dalam setiap karya yang kami dibangun sarat manfaat, sejalan dengan visi pemerintah, yakni untuk mewujudkan Indonesia maju,” katanya.

                                                                            Atensi besar
Presiden Joko Widodo memberikan atensi besar terkait dengan pengembangan tol Sumatera. Kepala negara tak pernah bosan untuk sekadar meninjau langsung dan memberikan masukan penyelesaian setiap masalah pembangunan jalan tol yang menjadi impian masyarakat tersebut.

Pada November 2019, senyum Presiden merekah renyah menggoreskan lembah tajam di keningnya kala meresmikan ruas tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung sepanjang 189 kilometer. Ruas tol ini sebagai terpanjang yang pernah diresmikan Presiden Jokowi.

Peresmian itu menjadi tonggak sejarah krusial bagi Hutama Karya dan Hutama Karya Infrastruktur untuk menyambungkan lebih banyak kota di Sumatera. Raut wajah optimistis Presiden jelas menggambarkan hal itu.

Pembangunan jalan tol tak hanya unjuk kebolehan kemampuan perencanaan konstruksi anak bangsa. Lebih dari itu, Presiden mengatakan pembangunan tol memiliki banyak arti dan manfaat, seperti menciptakan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru dan menciptakan perbaikan jaringan logistik yang lebih baik.

Baca juga: Kerja dari rumah, Hutama Karya pastikan konstruksi JTTS tak terhambat

Presiden berharap para kepala daerah bisa memanfaatkan hal tersebut dengan menyambungkan jalan tol ke berbagai titik pertumbuhan ekonomi.

"Menyambungkan ke kawasan-kawasan wisata, ke sentra-sentra produksi perikanan, perkebunan, pertanian sehingga muncul titik-titik pertumbuhan ekonomi baru. Termasuk juga ke zona-zona industri, semuanya," ujarnya.

Presiden Jokowi juga rajin meninjau dan melihat langsung perkembangan pembangunan. Pada akhir Februari 2020, ia secara khusus terbang ke Riau dan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam guna melihat langsung perkembangan tol.

Di Pekanbaru, Presiden menyaksikan betapa rapi dan terukurnya pembangunan tol Pekanbaru-Dumai (Permai). Tol itu sebagai pertama di "Bumi Lancang Kuning" yang menghubungkan ibu kota Provinsi Riau dengan kota industri dan pelabuhan, Dumai.

Dengan mengenakan setelan kemeja putih diselimuti rompi bertuliskan Indonesia Maju berwarna biru, bercelana panjang warna hitam dipadu sepatu kets, Presiden didampingi Bintang dan para menterinya mengatakan kehadiran ruas Permai akan memberikan napas baru berbagai sektor ekonomi di Riau dan pesisir Sumatera.

Indonesia Infrastructure Finance (IFF) mengkaji Riau berpotensi mendapat tambahan rerata produk domestik regional bruto (PDRB) hingga Rp132 triliun per tahun, sedangkan jumlah tenaga kerja terserap 187 ribu orang hingga 2040 serta pendapatan tenaga kerja hingga Rp24 triliun setiap tahun dalam rentang waktu hingga 2048.

Progres pembangunan jalan tol trans Sumatera. (ANTARA/Anggi Romadhoni)
Secara umum, proyek JTTS juga akan menurunkan biaya logistik di Sumatera hingga mampu menekan harga barang dan secara langsung meningkatkan perekonomian regional.

Sektor properti dan konstruksi misalnya, akan mengalami penurunan biaya hingga 37 persen, sektor pertanian 32 persen, transportasi 30 persen, serta manufaktur juga diuntungkan dengan biaya lebih rendah hingga 29 persen.

"Kita harapkan dengan kesiapan infrastruktur ini semuanya lebih cepat. Pengiriman logistik, mobilitas orang dan barang lebih cepat. Itu nanti keliatan dalam 'index competitiveness' Indonesia juga meningkat," kata Presiden seraya mengatakan tol Permai siap digunakan saat Lebaran mendatang.

                                                                           Terowongan gajah
Jalan Tol Trans Sumatera di ruas Pekanbaru-Dumai akan memiliki terowongan gajah pertama di Indonesia. Nantinya ada lima terowongan khusus perlintasan satwa di kawasan tersebut.

Hingga kini, pembangunan terowongan perlintasan satwa bongsor yang mendiami beberapa kantong gajah itu terus berlangsung.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Siti Nurbaya, mengatakan pihaknya telah menjalin kerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam pengerjaan proyek strategis nasional, yang masuk kawasan hutan maupun habitat satwa dilindungi.

Baca juga: Gubernur sebut JTTS tingkatkan kelancaran transportasi Sumatera-Jawa

Khusus di Riau, pengerjaan tol Pekanbaru-Dumai sepanjang 131 kilometer harus aman dan tidak mengganggu pergerakan gajah sumatera (elephas maximum sumatrensis).

“Untuk proyek strategis nasional yang tak bisa dihindari harus belah kawasan maupun habitat satwa, harus ada terowongan atau 'underpass atau flyover'. Malahan bila perlu ada yang dipagari juga,” katanya.

Perlintasan pertama berada di Sungai Tekuana yang lokasinya berdekatan dengan Jalan Tol Permai Seksi 2 (Minas-Kandis Selatan), yang mana posisinya tidak jauh dari Pusat Latihan Gajah Minas di Kabupaten Siak. Di kawasan itu terdapat sedikitnya 13 gajah sumatera liar.

Sedangkan lima perlintasan lainnya berada di Jalan Tol Seksi 5 (Kandis Utara-Duri Selatan), dekat dengan Suaka Margasatwa Balai Raja.

Senior Executive Vice President Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Muhammad Fauzan menuturkan pembangunan terowongan khusus gajah dilakukan agar mamalia yang terancam punah tersebut dapat tetap bebas berkeliaran dan melintas di habitatnya, dan tidak mengganggu pengguna jalan tol.

Hingga medio April 2020, progres pembangunan Tol Permai rata-rata telah mencapai 96 persen dengan pengadaan lahan mencapai 100 persen.

“Saat ini tol Permai seksi 5 (Duri Selatan-Duri Utara) progresnya sudah 99 persen dan hanya meninggalkan pemasangan 'erection girder' akhir saja,” tutur dia.

Ia mengatakan meski sekarang terjadi pandemi COVID-19, pembangunan tol Permai tetap berjalan dan cukup progresif.

“Tol ini sudah mau selesai, jadi kita masih berkomitmen sesuai jadwal. Namun, tentu kita terapkan protokol kesehatan yang ketat buat teman-teman proyek. Tidak ada penambahan pekerja dari luar untuk kontraktor, tidak boleh ada lembur, pembagian jadwal sif pekerja proyek yang jelas, hingga pengecekan suhu tubuh di setiap pergantian sif,” ujarnya.

Sebelumnya, tol Permai Seksi 1 (Pekanbaru-Minas) telah dibuka secara fungsional pada musim mudik Natal dan Tahun Baru 2019, dengan volume kendaraan 40.518 unit golongan I (nonbus).

Operasional jalan tol itu akan menyingkat waktu tempuh antara Kota Pekanbaru dan Dumai dari yang semula tujuh menjadi dua jam dengan kecepatan rata-rata 60 kilometer per jam.

Fauzan menjelaskan tol Permai akan dilengkapi dengan 10 tempat istirahat dan pelayanan (TIP). Akan sangat indah jika para pengendara berisitirahat dapat mengamati gajah-gajah liar yang melintas.

Terang saja, hadirnya tol Permai diharapkan dapat mendorong pemerataan ekonomi di tanah Riau hingga menjadi penghubung kegiatan ekonomi antara Sumatera dan ASEAN.

Keberadaan tol yang ramah dengan alam juga menjadi semangat bagi Hutama Karya untuk terus menghubungkan kebaikan demi menjalin nadi-nadi ekonomi hingga menjadi kekuatan baru bagi negeri ini.

Baca juga: Menteri PUPR dan Menhub tinjau rest area di JTTS Lampung
Baca juga: Hutama Karya: Progres konstruksi Tol Pekanbaru-Dumai capai 96 persen
Baca juga: Masuki usia 59 tahun, Hutama Karya siap lebih dinamis jalankan bisnis


Oleh Anggi Romadhoni
Editor: M. Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2020

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Hutama Karya merajut nadi ekonomi Suwarnadwipa

0 comments:

Post a Comment