Jakarta (ANTARA) - Jika Anda kembali punya kesempatan untuk mampir ke kawasan Monumen Nasional setelah pandemi berakhir, coba lihat lebih jeli detil-detil di sekitar tugu Monas.
Area yang biasa didatangi wisatawan yang ingin melihat Jakarta dari ketinggian ini memiliki lima patung pahlawan yang tersebar di berbagai titik.
1. Patung Mohammad Husni Thamrin
MH Thamrin, yang namanya diabadikan jadi salah satu jalan protokol di Jakarta, berlokasi di kawasan barat Monas. Mohammad Husni Thamrin adalah tokoh Betawi yang pernah jadi bagian Dewan Rakyat (Volkstraad). Patung yang memperlihatkan bagian dada ke atas ini dibuat pematung Arsono dan diresmikan pada 11 Januari 1982.
2. Patung IKADA
IKADA adalah nama lapangan luas yang akhirnya dijadikan kawasan Monas. Monumen ini dibuat untuk memperingati Peristiwa Rapat IKADA 19 September 1945.
Selma Isnaini, pemandu dari Wisata Kreatif Jakarta, dalam tur virtual "Landmark Ikonik Jakarta" bersama Atourin, Rabu (23/6), menuturkan saat itu para pemuda dari berbagai tempat ingin berkumpul untuk mendengarkan pidato dari Presiden Soekarno tak lama setelah Indonesia merdeka.
"Padahal Soekarno khawatir akan ada konflik karena masih ada tentara Jepang," kata Selma.
Monumen ini memperlihatkan lima sosok manusia yang berkumpul. Selma menuturkan, patungnya terdiri dari lima manusia karena pada masa pendudukan Jepang, perkumpulan lebih dari lima orang dilarang karena dianggap akan merencanakan sesuatu.
Patung ini dirancang oleh patung Sunaryo yang juga dosen ITB, dan diresmikan pada 20 Mei 1988.
3. Patung Kartini
Patung yang terletak di kawasan timur Monas menggambarkan tiga pose Kartini yang sedang menari, berjalan dan mengasuh anak. Jika diperhatikan secara seksama, terdapat tulisan Jepang di bagian bawah patung. Ini tak mengherankan sebab patung Kartini tersebut pemberian dari pemerintah Jepang.
4. Patung Chairil Anwar
Patung penyair Chairil Anwar yang dikenal lewat puisi-puisinya dibuat oleh Arsono dan diletakkan di Taman Monas Utara. Wajah Chairil Anwar yang tenang memandang lurus ke depan. Dikutip dari laman resmi provinsi DKI Jakarta, patung ini diresmikan pada 21 Maret 1986.
5. Patung Diponegoro
Patung Pangeran Diponegoro di Monas ini dibuat oleh pemahat Italia Cobertaldo yang dikirim oleh Konsul General Italia di Indonesia Dr. Mario Pitta ke Indonesia. Dikutip dari laman resmi provinsi DKI Jakarta, Cobertaldo melakukan penelitian untuk membuat patung Diponegoro, termasuk mempelajari berbagai posisi kuda yang sering ditunggangi Diponegoro.
Patung Diponegoro memperlihatkan sang pangeran dalam jubah dan sorban putih sedang menunggang kuda yang kedua kaki depannya diangkat ke atas. Patung ini dibuat selama setahun di Italia pada 1965.
Selma mengungkapkan, ada makna di balik patung pahlawan yang menunggangi kuda.
"Kalau dua kaki depan naik ke atas, penunggangnya meninggal di saat perang. Kalau kaki kuda naik satu, penunggang meninggal karena sakit atau kecelakaan. Kalau semua kaki kudanya menapak, penunggang meninggal karena sudah waktunya (usia tua)."
Baca juga: Baju Sadariah, pakaian adat Betawi untuk kaum Adam
Baca juga: Apa arti "pletok" dalam bir pletok?
Baca juga: Jelajah kuliner & budaya Betawi lewat tur virtual keliling ibu kota
Area yang biasa didatangi wisatawan yang ingin melihat Jakarta dari ketinggian ini memiliki lima patung pahlawan yang tersebar di berbagai titik.
1. Patung Mohammad Husni Thamrin
MH Thamrin, yang namanya diabadikan jadi salah satu jalan protokol di Jakarta, berlokasi di kawasan barat Monas. Mohammad Husni Thamrin adalah tokoh Betawi yang pernah jadi bagian Dewan Rakyat (Volkstraad). Patung yang memperlihatkan bagian dada ke atas ini dibuat pematung Arsono dan diresmikan pada 11 Januari 1982.
2. Patung IKADA
IKADA adalah nama lapangan luas yang akhirnya dijadikan kawasan Monas. Monumen ini dibuat untuk memperingati Peristiwa Rapat IKADA 19 September 1945.
Selma Isnaini, pemandu dari Wisata Kreatif Jakarta, dalam tur virtual "Landmark Ikonik Jakarta" bersama Atourin, Rabu (23/6), menuturkan saat itu para pemuda dari berbagai tempat ingin berkumpul untuk mendengarkan pidato dari Presiden Soekarno tak lama setelah Indonesia merdeka.
"Padahal Soekarno khawatir akan ada konflik karena masih ada tentara Jepang," kata Selma.
Monumen ini memperlihatkan lima sosok manusia yang berkumpul. Selma menuturkan, patungnya terdiri dari lima manusia karena pada masa pendudukan Jepang, perkumpulan lebih dari lima orang dilarang karena dianggap akan merencanakan sesuatu.
Patung ini dirancang oleh patung Sunaryo yang juga dosen ITB, dan diresmikan pada 20 Mei 1988.
3. Patung Kartini
Patung yang terletak di kawasan timur Monas menggambarkan tiga pose Kartini yang sedang menari, berjalan dan mengasuh anak. Jika diperhatikan secara seksama, terdapat tulisan Jepang di bagian bawah patung. Ini tak mengherankan sebab patung Kartini tersebut pemberian dari pemerintah Jepang.
4. Patung Chairil Anwar
Patung penyair Chairil Anwar yang dikenal lewat puisi-puisinya dibuat oleh Arsono dan diletakkan di Taman Monas Utara. Wajah Chairil Anwar yang tenang memandang lurus ke depan. Dikutip dari laman resmi provinsi DKI Jakarta, patung ini diresmikan pada 21 Maret 1986.
5. Patung Diponegoro
Patung Pangeran Diponegoro di Monas ini dibuat oleh pemahat Italia Cobertaldo yang dikirim oleh Konsul General Italia di Indonesia Dr. Mario Pitta ke Indonesia. Dikutip dari laman resmi provinsi DKI Jakarta, Cobertaldo melakukan penelitian untuk membuat patung Diponegoro, termasuk mempelajari berbagai posisi kuda yang sering ditunggangi Diponegoro.
Patung Diponegoro memperlihatkan sang pangeran dalam jubah dan sorban putih sedang menunggang kuda yang kedua kaki depannya diangkat ke atas. Patung ini dibuat selama setahun di Italia pada 1965.
Selma mengungkapkan, ada makna di balik patung pahlawan yang menunggangi kuda.
"Kalau dua kaki depan naik ke atas, penunggangnya meninggal di saat perang. Kalau kaki kuda naik satu, penunggang meninggal karena sakit atau kecelakaan. Kalau semua kaki kudanya menapak, penunggang meninggal karena sudah waktunya (usia tua)."
Baca juga: Baju Sadariah, pakaian adat Betawi untuk kaum Adam
Baca juga: Apa arti "pletok" dalam bir pletok?
Baca juga: Jelajah kuliner & budaya Betawi lewat tur virtual keliling ibu kota
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © ANTARA 2020
0 comments:
Post a Comment