Jakarta (ANTARA) -
Ketua DPP PDI Perjuangan Ahmad Basarah mengatakan Presiden Jokowi menunaikan harapan para pendiri bangsa untuk menyatukan nasionalisme dan Islam dengan hadirnya Hari Santri di era kepemimpinannya. 
  
PDIP pun ikut gembira dalam memperingati Hari Santri Nasional 2021 yang digelar dari studio DPP PDI Perjuangan di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.
 
Dijelaskannya, sejarah hari santri berawal dari kampanye Pilpres 2014. Saat itu, tepatnya pada 27 Juni 2014, dirinya mengajak Jokowi ke Pesantren Babussalam Malang, Jawa Timur.
 
Di situ, Jokowi bertemu dengan KH Thoriq bin Ziyad, Jokowi lalu ditawarkan kontrak politik yang memang sebelumnya telah dibicarakan PDIP dan Jokowi, kontrak politik itu adalah membuat peringatan Hari Santri Nasional.
 
Jokowi, menurut Basarah kemudian memenuhi permintaan KH Thoriq Bin Ziyad dan para alim ulama yang hadir di pesantren Babussalam itu.

"Di akhir pidato kampanyenya pada 27 Juni 2014 itu Jokowi menyatakan insya Allah kalau saya terpilih saya akan menetapkan Hari Santri Nasional lalu kemudian beliau menandatangani kontrak politik itu dan alhamdulillah ketika beliau terpilih di 2015 tepatnya di 22 Oktober 2015 beliau kemudian secara resmi mengumumkan mengeluarkan Keppres No 22 Tahun 2015 yang menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional," jelas Wakil Ketua MPR ini.

Sekretaris Bamusi PDIP Nasyirul Falah (Gus Falah) menuturkan, kedekatan PDIP dan kaum santri sangatlah dekat.

Baca juga: Kemenag Sulteng luncurkan Al Quran tulisan tangan 400 santri
Baca juga: Pemkab Bogor bagikan penghargaan di Hari Santri Nasional 2021
Baca juga: Ketua KPK: Sosok santri diperlukan dalam perang lawan korupsi


Buktinya, sejumlah kader PDIP yang duduk di jabatan strategis berlatar belakang santri.

Semasa hidup Proklamator RI Bung Karno juga kerap bahu membahu dengan kaum santri untuk memerdekakan Indonesia.

"Jadi kalau kita bicara PDI Perjuangan dengan kaum santri sesungguhnya amat dekat sekali karena dalam kehidupan sehari-sehari masyarakat orang dari PDI Perjuangan ya pasti juga dengan kaum santri yang mana ketika kita melihat seberapa dekat, amat sangat dekat. Pada saat era Hadratussyaikh Hasyim Asyari, Bung Karno kemudian sampai saat sekarang, tidak ada sebuah perbedaan yang sangat jauh," kata Gus Falah.

Sementara itu, cendekiawan Muslim PDIP Zuhairi Misrawi (Gus Mis) merefleksikan pandangannya betapa santri adalah elemen penting untuk menjaga kepribadian bangsa.

Sebab, tak hanya ilmu akherat, santri juga mumpuni di bidang ilmu pengetahuan dunia yaitu sains dan teknologi. Hal ini komposisi lengkap untuk menjemput kebahagiaan.

"Kebahagiaan di dunia harus dengan sains dan teknologi harus dengan ilmu pengetahuan, kalau bahagia di akhirat harus menguasai ilmu akhirat. Kalau ingin bahagia dunia dan akhirat harus dengan ilmu pengetahuan," tutur Gus Mis.

Hadir pula dalam dialog itu Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama sekaligus Anggota DPR RI Fraksi PDIP Nabil Haroen (Gus Nabil), ia memiliki pesan khusus sebagai alumni pesantren di Hari Santri 2021.

"Apa pesan saya di hari santri ini, saya sebagai alumni pesantren, saya melihat dan merasakan bagaimana kemandirian dibangun di pesantren. Banyak sekali santri luar biasa yang hari ini mengisi peran luar biasa di negeri ini. Jangan patah semangat, Indonesia ada selama santri ada," kata Gus Nabil.

Pesan Hari Santri Nasional juga disampaikan tokoh muda Muhammadiyah Ulfah Mawardi, yang menaruh harapan santri di seluruh Indonesia memaknai peringatan Hari Santri untuk kemajuan Indonesia ke depan.

"Selamat untuk santri seluruh Indonesia, semoga tidak hanya seremonial tetapi memaknai pada prinsip-prinsip pendidikan yang merdeka belajar yang membebaskan, yang ber-bhineka tunggal ika dan pancasilais," kata Ulfah.

 

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: M Arief Iskandar
COPYRIGHT © ANTARA 2021