London (ANTARA) - Diaspora ingin kuliner Indonesia hadir secara lebih luas di Inggris yang diakui merupakan soft power bagi diplomasi.
Apalagi Indonesia memiliki budaya, tradisi dan kekayaan kuliner yang sangat potensial untuk merambah tidak hanya pasar Inggris, tapi dunia.
Pensosbud KBRI London, Hartyo Harkomoyo kepada ANTARA London, Kamis, mengatakan pengakuan peluang kuliner Indonesia ini terungkap dalam pertemuan virtual warga Inggris pecinta Indonesia bertema “Indonesian Cuisine” yang diadakan KBRI London bekerja sama dengan The Anglo-Indonesian Society (AIS), di London.
Kuasa Usaha RI di London Adam M. Tugio mengatakan acara virtual ini bertujuan untuk mempromosikan kuliner dan meningkatkan pemahaman mengenai budaya Indonesia kepada masyarakat Inggris. Secara khusus sesi diskusi difokuskan untuk memperoleh pandangan mengenai strategi dalam memperkuat promosi kuliner Indonesia di Inggris.
Baca juga: Majalah digital budaya kuliner Indonesia beredar rutin di Perancis
Baca juga: Menteri PUPR ajak kontraktor Turki menikmati kuliner Indonesia
Untuk itu, ujarnya KBRI London dan AIS mengundang Chef William Wongso, Chef Petty Elliott dan Sri Owen untuk berbagi pengalaman dengan masyarakat Inggris dalam pertemuan virtual tersebut.
KBRI London juga mengundang warga setempat dari berbagai latar belakang diantaranya para profesional muda, budayawan, pecinta kuliner dan Indonesianis.
Chef William Wongso, yang sukses membawa Chef Inggris Gordon Ramsay dan National Geographic memproduksi episode Uncharted Series: Western Sumatera, mengajak diaspora untuk terus mempromosikan kuliner Indonesia.
“Perwakilan RI berperan sangat besar dalam mendukung para diaspora. Kemitraan pemerintah dan swasta juga penting dalam memperkuat upaya promosi kuliner,” ungkapnya.
Pendekatan diplomasi kuliner tidak harus dengan membuka restoran, dapat juga dengan acara memperkenalkan kekayaan bumbu. Chef William mengajak promosi bumbu Indonesia agar dikenal secara global.
Sementara Chef Petty Elliott dan Sri Owen mengatakan potensi kuliner Indonesia berkembang di Inggris. “Hal ini didasarkan dengan perkembangan semakin digemarinya tren makanan yang sifatnya plant based,” kata Chef Petty.
Dicontohkannya, saat ini tempe menjadi makanan favorit dan dapat ditemui di berbagai supermarket ternama di Inggris. Demikian pula bahan makanan kuliner Indonesia hampir 90 persen tersedia di Inggris.
Perkembangan ini patut dimanfaatkan sebagai modal bagi upaya promosi.
Era normal baru COVID-19, diyakini membawa transformasi digitalisasi di hampir semua aspek kehidupan. Strategi penguatan promosi kuliner di ranah digital tampaknya perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar.
Masyarakat Inggris semakin banyak yang memanfaatkan jasa pesan antar. Jadi ini peluang untuk mengembangkan jasa katering yang secara relatif akan menekan biaya dibandingkan dengan mendirikan restoran. Demikian berbagai pemikiran para diaspora pecinta kuliner Indonesia dalam pertemuan virtual, demikian Hartyo Harkomoyo.*
Baca juga: Gado-gado, makanan Indonesia yang terpengaruh budaya Portugis
Baca juga: Bisnis kuliner Indonesia makin marak di tengah corona di Inggris
Apalagi Indonesia memiliki budaya, tradisi dan kekayaan kuliner yang sangat potensial untuk merambah tidak hanya pasar Inggris, tapi dunia.
Pensosbud KBRI London, Hartyo Harkomoyo kepada ANTARA London, Kamis, mengatakan pengakuan peluang kuliner Indonesia ini terungkap dalam pertemuan virtual warga Inggris pecinta Indonesia bertema “Indonesian Cuisine” yang diadakan KBRI London bekerja sama dengan The Anglo-Indonesian Society (AIS), di London.
Kuasa Usaha RI di London Adam M. Tugio mengatakan acara virtual ini bertujuan untuk mempromosikan kuliner dan meningkatkan pemahaman mengenai budaya Indonesia kepada masyarakat Inggris. Secara khusus sesi diskusi difokuskan untuk memperoleh pandangan mengenai strategi dalam memperkuat promosi kuliner Indonesia di Inggris.
Baca juga: Majalah digital budaya kuliner Indonesia beredar rutin di Perancis
Baca juga: Menteri PUPR ajak kontraktor Turki menikmati kuliner Indonesia
Untuk itu, ujarnya KBRI London dan AIS mengundang Chef William Wongso, Chef Petty Elliott dan Sri Owen untuk berbagi pengalaman dengan masyarakat Inggris dalam pertemuan virtual tersebut.
KBRI London juga mengundang warga setempat dari berbagai latar belakang diantaranya para profesional muda, budayawan, pecinta kuliner dan Indonesianis.
Chef William Wongso, yang sukses membawa Chef Inggris Gordon Ramsay dan National Geographic memproduksi episode Uncharted Series: Western Sumatera, mengajak diaspora untuk terus mempromosikan kuliner Indonesia.
“Perwakilan RI berperan sangat besar dalam mendukung para diaspora. Kemitraan pemerintah dan swasta juga penting dalam memperkuat upaya promosi kuliner,” ungkapnya.
Pendekatan diplomasi kuliner tidak harus dengan membuka restoran, dapat juga dengan acara memperkenalkan kekayaan bumbu. Chef William mengajak promosi bumbu Indonesia agar dikenal secara global.
Sementara Chef Petty Elliott dan Sri Owen mengatakan potensi kuliner Indonesia berkembang di Inggris. “Hal ini didasarkan dengan perkembangan semakin digemarinya tren makanan yang sifatnya plant based,” kata Chef Petty.
Dicontohkannya, saat ini tempe menjadi makanan favorit dan dapat ditemui di berbagai supermarket ternama di Inggris. Demikian pula bahan makanan kuliner Indonesia hampir 90 persen tersedia di Inggris.
Perkembangan ini patut dimanfaatkan sebagai modal bagi upaya promosi.
Era normal baru COVID-19, diyakini membawa transformasi digitalisasi di hampir semua aspek kehidupan. Strategi penguatan promosi kuliner di ranah digital tampaknya perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar.
Masyarakat Inggris semakin banyak yang memanfaatkan jasa pesan antar. Jadi ini peluang untuk mengembangkan jasa katering yang secara relatif akan menekan biaya dibandingkan dengan mendirikan restoran. Demikian berbagai pemikiran para diaspora pecinta kuliner Indonesia dalam pertemuan virtual, demikian Hartyo Harkomoyo.*
Baca juga: Gado-gado, makanan Indonesia yang terpengaruh budaya Portugis
Baca juga: Bisnis kuliner Indonesia makin marak di tengah corona di Inggris
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2020
0 comments:
Post a Comment