Jakarta (ANTARA) - Juru bicara Kepresidenan RI Mochammad Fadjroel Rachman menegaskan bahwa lebih baik serius penanganan COVID-19 daripada terjebak dalam perbedaan pandangan antara Amerika Serikat dan China mengenai asal mula wabah tersebut.
"Sikap pemerintah Indonesia sudah jelas, betul-betul fokus penanganan COVID-19 sesuai prinsip konstitusi kita," ujarnya dalam Webinar Indonesia dan Kerja Sama Internasional Penanganan COVID-19, Jumat.
Dengan mengutamakan penanganan COVID-19, jelasnya, berarti melindungi keselamatan 267 juta jiwa penduduk Indonesia.
Baca juga: Presiden ingin disiplin normal baru diterapkan secara humanis
Dengan fokus penanganan itu pula, lanjut Fadjroel, maka Indonesia juga turut berupaya menyelamatkan 7,7 miliar jiwa penduduk dunia.
"Presiden Jokowi hanya fokus dalam upaya menyelamatkan WNI karena berarti ikut pula dalam upaya menyelamatkan 7,7 miliar jiwa penduduk dunia melalui kerja sama dan pertukaran pengetahuan," katanya dalam webinar yang digelar oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok itu.
Ia menegaskan bahwa Indonesia tidak pernah berpihak kepada negara mana pun terkait polemik mengenai asal virus yang menyerang saluran pernafasan tersebut.
"Pemerintah tidak berupaya melihat perbedaan (AS-China) karena seluruh dunia sedang menghadapi bencana yang sama. 216 negara di dunia ini tidak ada satu pun yang kebal. COVID-19 tidak mengenal suku, ras, agama, dan negara," ujarnya dalam seminar virtual itu yang dipandu oleh Ahmad Syaifuddin Zuhri, kandidat doktor Central China Normal University (CCNU) Wuhan.
Dalam penanganan pandemi, jelasnya, Presiden Joko Widodo telah memperkenalkan pola kerja sama kolaborasi komunitas.
"Pola yang disebut presiden sebagai gotong royong ini tidak hanya berlaku di dalam negeri, melainkan juga di luar negeri. Apalagi Bapak Presiden juga sebelumnya membangun solidaritas politik antarnegara berkembang," kata Fadjroel.
Baca juga: Fadjroel: Presiden berhasil kendalikan pandemi COVID-19 secara terukur
Melalui pola kerja sama internasional tersebut, hingga Juni 2020 Indonesia menerima bantuan penanganan COVID-19 dari sejumlah negara, termasuk organisasi internasional, senilai 111,71 juta dolar AS.
"Hampir semua negara, baik Asia, Eropa, maupun Amerika, kita kerja sama saling membantu menghadapi COVID-19. Jepang, Uni Eropa, dan Korsel menjadi penyumbang terbesar," katanya.
Rais Syuriah PCINU Tiongkok Imron Rosyadi Hamid mengajak masyarakat untuk menghargai kerja keras pemerintah Indonesia dalam menangani pandemi.
"Presiden sangat serius mengatasi persoalan pandemi ini. Kita perlu melakukan kolaborasi komunitas bersama PCINU dan PCI Muhammadiyah untuk ikut mengatasi COVID-19," ujar kandidat doktor Hubungan Internasional dari Jilin University di Kota Changchun, Provinsi Jilin, itu.
Oleh sebab itu, Fadjroel menambahkan bahwa tanpa melibatkan tokoh-tokoh agama, maka perjuangan melawan COVID-19 kurang efektif.
Sampai saat ini, AS dan China masih saling tuduh mengenai asal mula COVID-19 sehingga menjadikan dunia makin terpolarisasi.
Baca juga: Tim reaksi cepat COVID-19 berjaga di 135 pintu masuk RI
"Sikap pemerintah Indonesia sudah jelas, betul-betul fokus penanganan COVID-19 sesuai prinsip konstitusi kita," ujarnya dalam Webinar Indonesia dan Kerja Sama Internasional Penanganan COVID-19, Jumat.
Dengan mengutamakan penanganan COVID-19, jelasnya, berarti melindungi keselamatan 267 juta jiwa penduduk Indonesia.
Baca juga: Presiden ingin disiplin normal baru diterapkan secara humanis
Dengan fokus penanganan itu pula, lanjut Fadjroel, maka Indonesia juga turut berupaya menyelamatkan 7,7 miliar jiwa penduduk dunia.
"Presiden Jokowi hanya fokus dalam upaya menyelamatkan WNI karena berarti ikut pula dalam upaya menyelamatkan 7,7 miliar jiwa penduduk dunia melalui kerja sama dan pertukaran pengetahuan," katanya dalam webinar yang digelar oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok itu.
Ia menegaskan bahwa Indonesia tidak pernah berpihak kepada negara mana pun terkait polemik mengenai asal virus yang menyerang saluran pernafasan tersebut.
"Pemerintah tidak berupaya melihat perbedaan (AS-China) karena seluruh dunia sedang menghadapi bencana yang sama. 216 negara di dunia ini tidak ada satu pun yang kebal. COVID-19 tidak mengenal suku, ras, agama, dan negara," ujarnya dalam seminar virtual itu yang dipandu oleh Ahmad Syaifuddin Zuhri, kandidat doktor Central China Normal University (CCNU) Wuhan.
Dalam penanganan pandemi, jelasnya, Presiden Joko Widodo telah memperkenalkan pola kerja sama kolaborasi komunitas.
"Pola yang disebut presiden sebagai gotong royong ini tidak hanya berlaku di dalam negeri, melainkan juga di luar negeri. Apalagi Bapak Presiden juga sebelumnya membangun solidaritas politik antarnegara berkembang," kata Fadjroel.
Baca juga: Fadjroel: Presiden berhasil kendalikan pandemi COVID-19 secara terukur
Melalui pola kerja sama internasional tersebut, hingga Juni 2020 Indonesia menerima bantuan penanganan COVID-19 dari sejumlah negara, termasuk organisasi internasional, senilai 111,71 juta dolar AS.
"Hampir semua negara, baik Asia, Eropa, maupun Amerika, kita kerja sama saling membantu menghadapi COVID-19. Jepang, Uni Eropa, dan Korsel menjadi penyumbang terbesar," katanya.
Rais Syuriah PCINU Tiongkok Imron Rosyadi Hamid mengajak masyarakat untuk menghargai kerja keras pemerintah Indonesia dalam menangani pandemi.
"Presiden sangat serius mengatasi persoalan pandemi ini. Kita perlu melakukan kolaborasi komunitas bersama PCINU dan PCI Muhammadiyah untuk ikut mengatasi COVID-19," ujar kandidat doktor Hubungan Internasional dari Jilin University di Kota Changchun, Provinsi Jilin, itu.
Oleh sebab itu, Fadjroel menambahkan bahwa tanpa melibatkan tokoh-tokoh agama, maka perjuangan melawan COVID-19 kurang efektif.
Sampai saat ini, AS dan China masih saling tuduh mengenai asal mula COVID-19 sehingga menjadikan dunia makin terpolarisasi.
Baca juga: Tim reaksi cepat COVID-19 berjaga di 135 pintu masuk RI
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Joko Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2020
0 comments:
Post a Comment