Pontianak (ANTARA) - Wakil Wali Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Bahasan mengingatkan aparatur di tingkat kelurahan adalah ujung tombak pemerintahan, sehingga harus tetap waspada dan tidak lengah terhadap munculnya paham-paham radikalisme dan terorisme di wilayahnya masing-masing.
"Antisipasi yang bisa dilakukan sebagai upaya pencegahan munculnya paham-paham tersebut adalah mengawasi setiap gerak-gerik warganya apabila menemukan hal-hal mencurigakan, karena aparatur di desa maupun kelurahan adalah ujung tombak yang mengetahui betul kondisi dan situasi masyarakat di wilayahnya," kata Bahasan saat membuka kegiatan Pelibatan Aparatur Kelurahan/Desa tentang Literasi Informasi dalam Pencegahan Terorisme yang digelar Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kalbar di Pontianak, Rabu.
Ia berharap para aparatur di tingkat desa atau kelurahan harus bersinergi dengan FKPT Provinsi Kalbar. Kolaborasi dan komunikasi antara pihak terkait menjadi hal yang penting dilakukan dalam mencegah dan mengantisipasi berkembangnya paham radikalisme dan terorisme.
"Saya berharap FKPT tingkat kabupaten/kota juga bisa terbentuk dalam rangka upaya pencegahan terorisme di wilayah kabupaten/kota yang ada," ungkap Bahasan.
Baca juga: Densus tangkap 12 terduga teroris di Kalsel, Bali dan NTB
Sekarang ini, lanjutnya, yang perlu diwaspadai selain terorisme adalah maraknya paham radikalisme. Benih-benih radikalisme perlu diantisipasi karena memang tengah marak di media sosial (medsos). Untuk itu masyarakat diminta selalu memilah dan memilih informasi yang masuk melalui medsos.
"Benih-benih radikalisme bisa terlihat dari berbagai postingan maupun komentar di medsos yang cenderung pada ujaran kebencian, provokasi, kasar dan lain sebagainya, sehingga penegakkan hukum dari tim siber perlu bekerja keras dalam mencegah penyebaran paham-paham tersebut yang bertebaran di internet atau medsos," katanya.
Bahasan mengajak seluruh masyarakat agar lebih selektif terhadap setiap literasi yang diterima. Karena, katanya, paham radikalisme dan terorisme merupakan ancaman bagi bangsa dan negara, sehingga peran generasi muda yang aktif dalam mengakses medsos juga tak kalah pentingnya.
"Anak-anak muda dan penggiat medsos ini bisa ikut mencegah atau menangkal munculnya benih-benih terorisme dan radikalisme," ucapnya.
Sekretaris FKPT Provinsi Kalbar, Alexander Rombonang berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat dan menjadikan individu yang melek media atau dapat diartikan memiliki pemahaman dan kecakapan atas akses pengetahuan dan sikap terhadap suatu media yang digunakan.
"Sehingga dapat mewaspadai penyalahgunaan teknologi informasi oleh kelompok terorisme yang ada di masyarakat," katanya.
Baca juga: BIN rangkul eks napi terorisme kembali ke NKRI
Menurut dia, seiring dengan perkembangan teknologi, pola terorisme mengalami perubahan. Mereka mulai memanfaatkan media internet sebagai wahana dalam melakukan berbagai macam aksi. Aksi teror yang dilakukan sekelompok terorisme tidak hanya menyerang target yang nampak secara fisik, tetapi juga secara psikologis dan "mindset" dari kelompok-kelompok masyarakat yang ada.
"Untuk itu perlu adanya proses pembelajaran kepada masyarakat agar bisa memanfaatkan berbagai platform media secara baik dan bijaksana, sehingga pemanfaatannya tidak menjadi sarana penyebaran paham radikalisme dan terorisme," katanya.
Alexander menyebut media adalah salah satu alat tempur yang mempunyai peranan penting dalam menggiring opini publik, sehingga diharapkan dapat memberikan informasi deradikalisasi yang tepat sebagai pembelajaran ke seluruh publik yang ada. Salah satu hal yang menjadi permasalahan akhir-akhir ini adalah maraknya pemberitaan palsu atau hoaks yang bertebaran di dunia maya.
"Sangat disayangkan terkadang masyarakat langsung percaya dengan informasi tersebut tanpa terlebih dahulu memastikan kebenarannya. Untuk itu perlunya masyarakat mendapatkan literasi agar tidak begitu saja menelan informasi yang diterimanya," katanya.
Baca juga: Sahroni: Polri sudah mumpuni tangani aksi terorisme
"Antisipasi yang bisa dilakukan sebagai upaya pencegahan munculnya paham-paham tersebut adalah mengawasi setiap gerak-gerik warganya apabila menemukan hal-hal mencurigakan, karena aparatur di desa maupun kelurahan adalah ujung tombak yang mengetahui betul kondisi dan situasi masyarakat di wilayahnya," kata Bahasan saat membuka kegiatan Pelibatan Aparatur Kelurahan/Desa tentang Literasi Informasi dalam Pencegahan Terorisme yang digelar Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kalbar di Pontianak, Rabu.
Ia berharap para aparatur di tingkat desa atau kelurahan harus bersinergi dengan FKPT Provinsi Kalbar. Kolaborasi dan komunikasi antara pihak terkait menjadi hal yang penting dilakukan dalam mencegah dan mengantisipasi berkembangnya paham radikalisme dan terorisme.
"Saya berharap FKPT tingkat kabupaten/kota juga bisa terbentuk dalam rangka upaya pencegahan terorisme di wilayah kabupaten/kota yang ada," ungkap Bahasan.
Baca juga: Densus tangkap 12 terduga teroris di Kalsel, Bali dan NTB
Sekarang ini, lanjutnya, yang perlu diwaspadai selain terorisme adalah maraknya paham radikalisme. Benih-benih radikalisme perlu diantisipasi karena memang tengah marak di media sosial (medsos). Untuk itu masyarakat diminta selalu memilah dan memilih informasi yang masuk melalui medsos.
"Benih-benih radikalisme bisa terlihat dari berbagai postingan maupun komentar di medsos yang cenderung pada ujaran kebencian, provokasi, kasar dan lain sebagainya, sehingga penegakkan hukum dari tim siber perlu bekerja keras dalam mencegah penyebaran paham-paham tersebut yang bertebaran di internet atau medsos," katanya.
Bahasan mengajak seluruh masyarakat agar lebih selektif terhadap setiap literasi yang diterima. Karena, katanya, paham radikalisme dan terorisme merupakan ancaman bagi bangsa dan negara, sehingga peran generasi muda yang aktif dalam mengakses medsos juga tak kalah pentingnya.
"Anak-anak muda dan penggiat medsos ini bisa ikut mencegah atau menangkal munculnya benih-benih terorisme dan radikalisme," ucapnya.
Sekretaris FKPT Provinsi Kalbar, Alexander Rombonang berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat dan menjadikan individu yang melek media atau dapat diartikan memiliki pemahaman dan kecakapan atas akses pengetahuan dan sikap terhadap suatu media yang digunakan.
"Sehingga dapat mewaspadai penyalahgunaan teknologi informasi oleh kelompok terorisme yang ada di masyarakat," katanya.
Baca juga: BIN rangkul eks napi terorisme kembali ke NKRI
Menurut dia, seiring dengan perkembangan teknologi, pola terorisme mengalami perubahan. Mereka mulai memanfaatkan media internet sebagai wahana dalam melakukan berbagai macam aksi. Aksi teror yang dilakukan sekelompok terorisme tidak hanya menyerang target yang nampak secara fisik, tetapi juga secara psikologis dan "mindset" dari kelompok-kelompok masyarakat yang ada.
"Untuk itu perlu adanya proses pembelajaran kepada masyarakat agar bisa memanfaatkan berbagai platform media secara baik dan bijaksana, sehingga pemanfaatannya tidak menjadi sarana penyebaran paham radikalisme dan terorisme," katanya.
Alexander menyebut media adalah salah satu alat tempur yang mempunyai peranan penting dalam menggiring opini publik, sehingga diharapkan dapat memberikan informasi deradikalisasi yang tepat sebagai pembelajaran ke seluruh publik yang ada. Salah satu hal yang menjadi permasalahan akhir-akhir ini adalah maraknya pemberitaan palsu atau hoaks yang bertebaran di dunia maya.
"Sangat disayangkan terkadang masyarakat langsung percaya dengan informasi tersebut tanpa terlebih dahulu memastikan kebenarannya. Untuk itu perlunya masyarakat mendapatkan literasi agar tidak begitu saja menelan informasi yang diterimanya," katanya.
Baca juga: Sahroni: Polri sudah mumpuni tangani aksi terorisme
Pewarta: Andilala
Editor: Joko Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2020
0 comments:
Post a Comment