Jakarta (ANTARA) - Kabar duka menyelimuti keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) setelah salah satu tokoh terbaiknya, KH Hasyim Wahid, berpulang ke haribaan Yang Maha Kuasa, pada Sabtu, pukul 04.18 WIB, di RS Mayapada, Jakarta, dalam usia 67 tahun.

Adik bungsu Presiden keempat Indonesia, KH Abdurrahman Wahid, itu dikenal sebagai salah satu tokoh nahdiyin yang pernah berkarir di pemerintahan, serta aktif berkegiatan di dalam organisasi NU.

Hasyim Wahid, yang akrab disapa Gus Im, lahir di Jakarta pada 30 Oktober 1953. Dia merupakan putra bungsu pasangan pahlawan nasional KH Abdul Wahid Hasyim dan Nyai Solichah. Sang Kakek, KH Hasyim Asy'ari merupakan pendiri NU.

Gus Im merupakan anak keenam dari enam bersaudara. Kakak-kakaknya dirunut dari yang tertua yakni Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Aisyah Hamid Baidlowi, Salahudin Wahid (Gus Solah), Umar Wahid (Gus Umar), dan Lily Chodijah Wahid.

Baca juga: Adik bungsu Gus Dur, KH Hasyim Wahid (Gus Im) meninggal

Tak banyak informasi yang bisa diperoleh mengenai sosok Gus Im, termasuk pendidikan yang ditempuh sejak dia kecil, karir, organisasi, bisnis yang dijalani, hingga kehidupan keluarganya.

Semasa hidup, Gus Im pernah berkuliah di sejumlah perguruan negeri. Dia diketahui mengenyam pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI). Dia juga sempat menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Fakultas Psikologi UI.

Lepas dari bangku perkuliahan, Gus Im menyibukkan diri dengan berorganisasi dan berbisnis. Pada 1999, dirinya menjabat sebagai konsultan di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Pada tahun itu, kakaknya, Gus Dur, tengah menjabat sebagai Presiden.

Sosok tauladan berambut kriting itu juga tercatat pernah menjadi pengurus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan anggota YKPK (Yayasan Keluarga Pembina Kesatuan).

Sedangkan di dalam organisasi NU, Gus Im pernah masuk dalam jajaran ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 2010-2015.

Pria yang sosoknya dikenang sebagai mentor para aktivis, terutama dari kalangan kaum nahdiyin itu juga masuk dalam jajaran dewan penasehat syuriah atau mustasyar PB NU periode 2015-2020.

Baca juga: Jenazah Gus Im dibawa ke Denanyar Jombang lewat jalur darat

Kepergian Gus Im menyisakan duka dan kenangan bagi para keluarga, kerabat, dan sahabat yang ditinggalkan.

Ketua Umum PB NU, KH Said Aqil Siradj, mengenang Gus Im sebagai sosok yang kerap memberikan nasihat. Salah satu nasehat yang paling diingat Said Aqil yakni sat dia akan maju pada pemilihan ketua umum PB NU pada Muktamar Ke-32 NU di Makassar pada 2010.

"Beliau menasihati saya panjang lebar, saya tidak menyangka karena Gus Sholah (Salahuddin Wahid) khan juga maju. Cuma kok saya yang dinasihati panjang lebar?," kata Said Aqil kepada wartawan di Jakarta, Sabtu siang.

Keheranan Said Aqil muncul karena saat Muktamar NU itu, Said bersaing dengan kakak kandung Gus Im, yakni Gus Sholah. Tapi yang kelihatan dinasihati Gus Im malah dirinya, bukan sang kakak.

"Saya waktu itu maju dengan Gus Sholah, Gus Sholah kan kakak beliau (Gus Im). Tahun 2010 itu," kata Said Aqil.

Setelah kejadian itu, Said Aqil mengaku jarang menjalin komunikasi lagi dengan Gus Im.

Jenazah almarhum Gus Im diberangkatkan menuju Pondok Pesantren Denanyar, Jombang lewat jalur darat, Sabtu (1/8/2020) siang. Almarhum dibawa pukul 11.11 WIB menggunakan mobil jenazah dengan nomor registrasi B 1377 TYC usai dishalatkan di Masjid Jami’ Al Munawwaroh Ciganjur, Jakarta Selatan.

“Kami kehilangan seorang tokoh NU, adik kandung Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) yang paling bungsu. Beliau yang saya kenal, seorang yang punya prinsip, tidak mudah dilobi, tidak mudah dinego, tegas sekali orangnya,” kata Said Aqil.

Sementara itu, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, juga mengungkapkan rasa kehilangan atas berpulangnya sosok panutan banyak pihak itu.

"Atas nama pribadi dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur saya mengucapkan turut berbelasungkawa sedalam-dalamnya," tulis Khofifah melalui akun media sosial instagram miliknya (@khofifah.ip) pada Sabtu.

Baca juga: Said Aqil miliki kenangan terakhir tentang Gus Im

Khofifah yang juga berlatar belakang NU itu mendoakan agar almarhum dipanggil oleh Sang Maha Pencipta dengan husnul khotimah serta seluruh amal ibadah diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa.

"Diberi kelapangan kubur, dan dimasukkan ke dalam surga. Pun, keluarga yang ditinggalkan diberikan kelapangan dan ketabahan hati dalam menerima cobaan ini. Al-Fatihah," tulis Khofifah.

Adapun sang keponakan, Irfan Wahid, putra Salahuddin Wahid, mengenang Gus Im sebagai sosok jenius dan tokoh pergerakan anak-anak muda NU.

Jenazah Gus Im saat ini tengah disemayamkan di kediaman Gus Dur di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Rencananya, jenazah akan diberangkatkan menggunakan jalur darat menuju Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif, Denanyar, Jombang, Jawa Timur untuk dimakamkan.

Selamat jalan Gus Im, engkau akan senantiasa menjadi suri tauladan umat.

Oleh Fathur Rochman
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2020