Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR, Jazilul Fawaid, mengingatkan, budaya hidup gotong-royong yang dimiliki bangsa Indonesia mampu mengatasi ancaman resesi seiring pandemi Covid-19.
"Dengan gotong-royong, saling membantu, saling memberi, untuk meringankan beban kehidupan maka ancaman resesi itu bisa dikendalikan dan diringankan," kata Gus Jazil, sapaan akrab Jazilul, melalui pernyataan tertulis, di Jakarta, Sabtu.
Di masyarakat, menurut dia, sudah terbangun tradisi budaya kebersamaan hidup, seperti dalam acara syukuran, pesta adat, dan menyimpan makanan dalam lumbung untuk bersama.
Baca juga: Pengamat: Pemulihan ekonomi dan penanganan COVID-19 harus beriringan
Berhentinya perekonomian karena pandemi Covid-19, dia sebut benar-benar nyata dan fatal sehingga membuat banyak negara mengalami resesi.
Ia menyebutkan setidaknya ada sembilan negara yang telah mengalami resesi, yakni Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Italia, Korea Selatan, Jepang, Hongkong, Singapura, dan Filipina. "Amerika, Jerman, Jepang, dan Korea Selatan sebagai negara maju saja bisa goyah karena Covid-19," kata politikus PKB itu.
Baca juga: Ekonom katakan cegah resesi harus selaras dengan tahan laju COVID-19
Bangsa-bangsa yang lain, kata dia, bisa mengalami hal yang sama bila pandemi Covid-19 belum benar-benar bisa dikendalikan.
Dari fakta yang ada, pertumbuhan perkonomi bangsa Indonesia berada pada angka minus 5,32 persen.
Kondisi demikian, kata Gus Jazil, tentu sangat mengkhawatirkan bagi masa depan masyarakat sehinhha apabila tidak segera diatasi dan ditangani akan terjadi pertambahan jumlah pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan sosial.
Baca juga: Menghindari jurang resesi dengan percepatan stimulus belanja
"Ini merupakan ancaman resesi," tutur pria asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, itu.
Ia berharap semua ikut turun tangan dan ikut memberi solusi agar perekonomian bisa kembali ke pertumbuhan yang mensejahterakan masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi yang mencapai minus 5,32 persen, kata dia, dapat diatasi apabila masyarakat terus mengembangkan potensi budaya yang sudah hidup di tengah masyarakat.
Baca juga: Pertama kalinya dalam 29 tahun, ekonomi Filipina jatuh ke dalam resesi
Koordinator Nasional Nusantara Mengaji itu menyebutkan bahwa bangsa Indonesia dianugerahi berbagai keragaman, dengan ribuan pulau yang terbentang dari Sabang hingga Merauke tersebar berbagai suku, agama, bahasa, dan budaya.
"Meski banyak perbedaan namun mereka bisa hidup dalam satu nusa, bangsa, dan bahasa Indonesia. Tidak banyak negara yang memiliki perbedaan bisa seperti Indonesia. Perbedaan menjadi pengikat bukan sebaliknya," katanya.
Baca juga: Ketua MPR: Perbaiki serapan anggaran belanja untuk cegah resesi
"Dengan gotong-royong, saling membantu, saling memberi, untuk meringankan beban kehidupan maka ancaman resesi itu bisa dikendalikan dan diringankan," kata Gus Jazil, sapaan akrab Jazilul, melalui pernyataan tertulis, di Jakarta, Sabtu.
Di masyarakat, menurut dia, sudah terbangun tradisi budaya kebersamaan hidup, seperti dalam acara syukuran, pesta adat, dan menyimpan makanan dalam lumbung untuk bersama.
Baca juga: Pengamat: Pemulihan ekonomi dan penanganan COVID-19 harus beriringan
Berhentinya perekonomian karena pandemi Covid-19, dia sebut benar-benar nyata dan fatal sehingga membuat banyak negara mengalami resesi.
Ia menyebutkan setidaknya ada sembilan negara yang telah mengalami resesi, yakni Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Italia, Korea Selatan, Jepang, Hongkong, Singapura, dan Filipina. "Amerika, Jerman, Jepang, dan Korea Selatan sebagai negara maju saja bisa goyah karena Covid-19," kata politikus PKB itu.
Baca juga: Ekonom katakan cegah resesi harus selaras dengan tahan laju COVID-19
Bangsa-bangsa yang lain, kata dia, bisa mengalami hal yang sama bila pandemi Covid-19 belum benar-benar bisa dikendalikan.
Dari fakta yang ada, pertumbuhan perkonomi bangsa Indonesia berada pada angka minus 5,32 persen.
Kondisi demikian, kata Gus Jazil, tentu sangat mengkhawatirkan bagi masa depan masyarakat sehinhha apabila tidak segera diatasi dan ditangani akan terjadi pertambahan jumlah pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan sosial.
Baca juga: Menghindari jurang resesi dengan percepatan stimulus belanja
"Ini merupakan ancaman resesi," tutur pria asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, itu.
Ia berharap semua ikut turun tangan dan ikut memberi solusi agar perekonomian bisa kembali ke pertumbuhan yang mensejahterakan masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi yang mencapai minus 5,32 persen, kata dia, dapat diatasi apabila masyarakat terus mengembangkan potensi budaya yang sudah hidup di tengah masyarakat.
Baca juga: Pertama kalinya dalam 29 tahun, ekonomi Filipina jatuh ke dalam resesi
Koordinator Nasional Nusantara Mengaji itu menyebutkan bahwa bangsa Indonesia dianugerahi berbagai keragaman, dengan ribuan pulau yang terbentang dari Sabang hingga Merauke tersebar berbagai suku, agama, bahasa, dan budaya.
"Meski banyak perbedaan namun mereka bisa hidup dalam satu nusa, bangsa, dan bahasa Indonesia. Tidak banyak negara yang memiliki perbedaan bisa seperti Indonesia. Perbedaan menjadi pengikat bukan sebaliknya," katanya.
Baca juga: Ketua MPR: Perbaiki serapan anggaran belanja untuk cegah resesi
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2020
0 comments:
Post a Comment