Jakarta (ANTARA/JACX) - Sebuah kabar beredar di media sosial Facebook yang menyebut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menerapkan metode pembelajaran jarak jauh demi keuntungan pribadi.
Salah satu akun di Facebook, pada Minggu (2/8/2020), mengunggah pernyataan sistem pembelajaran jarak jauh melalui jaringan Internet telah mengeksploitasi kapital terhadap rakyat.
Berikut narasi yang dibangun oleh akun tersebut:
*Rupanya ada udang dibalik batu.*
Biadapnya sekolah On len, rupanya menguntungkan Pribadi Nadim mantari Pendidikan
Jumlah peserta didik saat ini diperkirakan mencapai 46 juta siswa terdiri dari
SD 26 JUTA
SMP 10 JUTA
SMA 5 JUTA
SMK 5 JUTA
Totalnya mencapai 46 Juta. Angka ini belum termasuk Mahasiswa. Jika biaya utk pulsa internet perhari 10 ribu selama mengikuti belajar via online maka putaran penjualan pulsa utk sejumlah siswa tersebut mencapai 460 miliar/hari. Luar biasa eksploitasi kapital thdp rakyat dg pola sekolah online ini.
Belum termasuk mahasiswa, yg lebih dari 10 ribu/hari.
*Rupanya kita punya Mentri Dikbud yg jago mengeruk dana dan selalu berusaha menguntungkan kooporasi yg ada dibelakangnya...layaknya spt Ojek dan Gojek. Bukti yg lebih jelas lagi dana POP sebesar 20 M dr APBN tiap tahun akan mengalir ke Yayasan milik Korporasi yg justru wajib memberikan konstribusi CSR ke publik.*
*Viralkan biar publik tahu...still bangkit mayarakat ku...*
Hingga Minggu sore, konten tersebut telah dibagikan ulang hingga 10 pengguna lain dan mendapatkan komentar dari tujuh akun lain Facebook.
Namun, benarkah Nadiem mengambil keuntungan pribadi dari sistem pembelajaran jarak jauh itu?
Penjelasan:
Saat Nadiem Makarim menerima jabatan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 2019, dia telah mundur dari jabatannya sebagai CEO Gojek.
Setelah Nadiem mundur, Gojek pun dipimpin oleh Andre Soelistyo sebagai Presiden Gojek Grup dan Kevin Aluwi co-founder Gojek.
Sementara itu, sekolah jarak jauh diterapkan pada masa pandemi COVID-19 terjadi di Indonesia. Sistem pembelajaran jarak jauh itu untuk mengindarkan anak-anak usia sekolah, termasuk mahasiswa, dari paparan virus corona baru penyebab COVID-19 karena sekolah dan kampus memiliki potensi sebagai klaster penularan COVID-19.
Mendikbud pun menyebut pihaknya tidak memiiki rencana untuk meneruskan pendidikan jarak jauh jika pandemi telah mereda.
"Pembelajaran tatap muka adalah model pembelajaran terbaik yang tidak bisa digantikan," kata Nadiem.
Mengenai Program Organisasi Penggerak (POP), Nadiem memastikan Putera Sampoerna Foundation bersama Tanoto Foundation akan menggunakan pembiayaan mandiri, tidak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Klaim : Nadiem terapkan pembelajaran jarak jauh demi keuntungan pribadi
Rating : Salah/Disinformasi
Baca juga: Nadiem tekankan protokol soal pembelajaran tatap muka di zona nonhijau
Baca juga: Kemendikbud tengah selesaikan kurikulum untuk masa pandemi
Salah satu akun di Facebook, pada Minggu (2/8/2020), mengunggah pernyataan sistem pembelajaran jarak jauh melalui jaringan Internet telah mengeksploitasi kapital terhadap rakyat.
Berikut narasi yang dibangun oleh akun tersebut:
*Rupanya ada udang dibalik batu.*
Biadapnya sekolah On len, rupanya menguntungkan Pribadi Nadim mantari Pendidikan
Jumlah peserta didik saat ini diperkirakan mencapai 46 juta siswa terdiri dari
SD 26 JUTA
SMP 10 JUTA
SMA 5 JUTA
SMK 5 JUTA
Totalnya mencapai 46 Juta. Angka ini belum termasuk Mahasiswa. Jika biaya utk pulsa internet perhari 10 ribu selama mengikuti belajar via online maka putaran penjualan pulsa utk sejumlah siswa tersebut mencapai 460 miliar/hari. Luar biasa eksploitasi kapital thdp rakyat dg pola sekolah online ini.
Belum termasuk mahasiswa, yg lebih dari 10 ribu/hari.
*Rupanya kita punya Mentri Dikbud yg jago mengeruk dana dan selalu berusaha menguntungkan kooporasi yg ada dibelakangnya...layaknya spt Ojek dan Gojek. Bukti yg lebih jelas lagi dana POP sebesar 20 M dr APBN tiap tahun akan mengalir ke Yayasan milik Korporasi yg justru wajib memberikan konstribusi CSR ke publik.*
*Viralkan biar publik tahu...still bangkit mayarakat ku...*
Hingga Minggu sore, konten tersebut telah dibagikan ulang hingga 10 pengguna lain dan mendapatkan komentar dari tujuh akun lain Facebook.
Namun, benarkah Nadiem mengambil keuntungan pribadi dari sistem pembelajaran jarak jauh itu?
Penjelasan:
Saat Nadiem Makarim menerima jabatan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 2019, dia telah mundur dari jabatannya sebagai CEO Gojek.
Setelah Nadiem mundur, Gojek pun dipimpin oleh Andre Soelistyo sebagai Presiden Gojek Grup dan Kevin Aluwi co-founder Gojek.
Sementara itu, sekolah jarak jauh diterapkan pada masa pandemi COVID-19 terjadi di Indonesia. Sistem pembelajaran jarak jauh itu untuk mengindarkan anak-anak usia sekolah, termasuk mahasiswa, dari paparan virus corona baru penyebab COVID-19 karena sekolah dan kampus memiliki potensi sebagai klaster penularan COVID-19.
Mendikbud pun menyebut pihaknya tidak memiiki rencana untuk meneruskan pendidikan jarak jauh jika pandemi telah mereda.
"Pembelajaran tatap muka adalah model pembelajaran terbaik yang tidak bisa digantikan," kata Nadiem.
Mengenai Program Organisasi Penggerak (POP), Nadiem memastikan Putera Sampoerna Foundation bersama Tanoto Foundation akan menggunakan pembiayaan mandiri, tidak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Klaim : Nadiem terapkan pembelajaran jarak jauh demi keuntungan pribadi
Rating : Salah/Disinformasi
Baca juga: Nadiem tekankan protokol soal pembelajaran tatap muka di zona nonhijau
Baca juga: Kemendikbud tengah selesaikan kurikulum untuk masa pandemi
Pewarta: Tim JACX
Editor: Imam Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2020
0 comments:
Post a Comment