Depok (ANTARA) - Sekretaris Universitas Indonesia (UI) dr. Agustin mengatakan bahwa selama pandemi, Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) sebagai rumah sakit pendidikan, fungsinya tidak saja memberikan pelayanan yang optimal bagi penanganan COVID-19.

"Selain itu kami juga harus mampu berkontribusi dan berkolaborasi dalam menciptakan inovasi yang menunjang percepatan penanganan COVID pada lima level prevention dalam healthcare and surveillance yaitu detect, test, isolate, treat, dan trace," kata Agustin dalam keterangannya di Depok, Minggu.

Menurut dia, penunjukan RSUI sebagai RS Rujukan COVID tentunya membawa perubahan besar bagi rumah sakit itu dalam mengatur proses bisnis dan pengelolaan pelayanan. Saat itu,langkah awal RSUI untuk meningkatkan kemampuan menjadi RS rujukan adalah membuat mitigasi resiko yang baik. Manajemen mengidentifikasi setiap kebutuhan yang diperlukan dalam penanganan COVID-19 dengan detail.

Meski RSUI telah melayani penanganan COVID, pihaknya memastikan layanan kesehatan non-COVID-19 tetap dapat dijalankan dengan memastikan keamanan dan keselamatan bagi seluruh pasien dan pengunjung.

Direktur Utama RSUI dr. Astusi Giantini telah berkomitmen untuk mewujudkan RS yang aman bagi pasien, pengunjung, dan seluruh pekerja di lingkungan RS, salah satunya dengan skrining awal kesehatan.

"Skrining awal ini bertujuan memisahkan kategori pasien, pengunjung, maupun staf serta area RS yang dapat diakses mereka sehingga tidak bercampur dan meminimalkan risiko terjadinya penularan dan penyebaran infeksi khususnya COVID-19," ujar dr. Astuti

Lebih lanjut, dr. Astuti meyakinkan bahwa masyarakat yang ingin mengakses layanan kesehatan di RSUI juga tidak perlu khawatir karena telah dilakukan pembagian zonasi yang tegas antara pasien COVID dan non-COVID.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok drg. Novarita menjelaskan tentang penunjukan RSUI sebagai RS Rujukan COVID di Kota Depok. Dalam upaya mendeteksi kasus COVID-19, Pemerintah Kota Depok awalnya berencana membangun fasilitas laboratorium yang dapat menunjang pemeriksaan COVID-19 di Kota Depok.

Namun hal tersebut membutuhkan waktu yang lama dan dana yang cukup besar. Oleh sebab itu, di awal masa pandemi, Pemerintah Kota Depok bekerja sama dengan RSUI sebagai satu-satunya rumah sakit yang memiliki laboratorium PCR dengan standar keamanan BSL-2. Layanan biomolekular yang dilakukan di RSUI dianggap sangat membantu dalam meningkatkan kapasitas deteksi kasus COVID 19 di Indonesia, khususnya di wilayah Depok dan sekitarnya.

"Sebagai salah satu strategi penanggulangan pandemi adalah to respons, yaitu menetapkan RSUI sebagai salah satu RS rujukan. Selain itu berdasar analisis kebutuhan masih terbatasnya pemeriksaan PCR, Kota Depok melibatkan RSUI dalam optimalisasi to detect," drg. Novarita.

Pemilihan Rumah Sakit UI juga didasarkan pada potensi fasilitas dan tenaga kesehatan yang memadai. RSUI dianggap telah memiliki ruangan perawatan bertekanan negatif dan ICU, dokter spesialis yang kompeten di bidangnya, serta fasilitas laboratorium yang dapat digunakan untuk pemeriksaan PCR.

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Masuki M. Astro
COPYRIGHT © ANTARA 2020