New York (ANTARA) - Dolar jatuh terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena sentimen risiko membaik di tengah harapan baru untuk paket stimulus lanjutan yang dapat membantu meringankan penderitaan ekonomi akibat resesi yang dipicu oleh virus corona.

Secara keseluruhan, dolar membukukan kuartal terburuk sejak September 2017, dengan penurunan sekitar 3,5 persen karena ekspektasi untuk pemulihan yang cepat dari kejatuhan ekonomi COVID-19 membuat investor keluar dari tempat berlindung yang aman dan membeli mata uang berisiko.

Greenback tergelincir terhadap yen Jepang dan melemah terhadap mata uang yang terkait dengan risiko lebih tinggi seperti dolar Australia, Selandia Baru dan Kanada.

Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin bertemu pada Rabu (30/9) dalam upaya untuk menengahi kesepakatan bipartisan tentang rancangan undang-undang bantuan COVID-19 yang macet menjelang pemilu 3 November.

Saham-saham di Wall Street naik, sementara harga surat utang negara AS turun karena penghindaran risiko mereda.

“Optimisme berlimpah pada stimulus, entah itu bodoh atau tidak,” kata Amo Sahota, direktur eksekutif di firma penasihat mata uang Klarity FX di San Francisco.

“Jelas kami membutuhkan sesuatu. Saya tidak yakin RUU itu akan diberlakukan, tetapi setiap berita positif pasar akan melompatinya,” tambah dia.

Pemimpin Mayoritas Senat AS Mitch McConnell pada Rabu malam (30/9) menghalangi beberapa optimisme tersebut. Dia mengatakan Partai Republik dan Demokrat masih sangat jauh tentang berapa banyak yang harus dibelanjakan untuk paket bantuan virus corona berikutnya.

Indeks dolar terakhir diperdagangkan sedikit berubah pada 93,89. Indeks mencapai level tertinggi dua bulan pada Jumat lalu (25/9).

“Mendengar retorika itu menggembirakan, tetapi sampai ditandatangani, disegel, dan disampaikan, pasar akan skeptis,” kata Joe Manimbo, analis pasar senior, di Western Union Business Solutions di Washington.

Debat yang sangat kontroversial pada Selasa (29/9) antara Presiden AS Donald Trump dan penantang Demokrat Joe Biden meningkatkan dolar sebelumnya, karena memperkuat kekhawatiran bahwa hasil pemilihan presiden 3 November dapat digugat.

Trump dan Biden bertarung sengit atas rekor petahana Partai Republik tentang pandemi virus corona, perawatan kesehatan, dan ekonomi dalam debat pertama yang kacau dan sengit yang ditandai dengan penghinaan pribadi presiden saat ini dan interupsi berulang.

Greenback sebelumnya juga didorong oleh penyeimbangan kembali portofolio akhir kuartal dan akhir bulan, kata analis. Permintaan dolar cenderung naik pada akhir kuartal karena penyeimbangan kembali portofolio dan transfer dana membutuhkan mata uang seperti euro dan sterling untuk dikonversi ke dolar.

Data ekonomi AS juga sebagian besar mendukung dolar.

Pengusaha swasta AS meningkatkan perekrutan pada September, dengan data penggajian swasta meningkat sebesar 749.000 pekerjaan, Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP menunjukkan pada Rabu (30/9).

Namun, data lain menunjukkan produk domestik bruto AS jatuh pada tingkat tahunan 31,4 persen pada kuartal kedua, penurunan paling tajam sejak pemerintah mulai membuat catatan pada 947.

Dolar turun 0,2 persen terhadap yen menjadi 105,49 yen.

Dolar Australia naik 0,5 persen terhadap greenback menjadi 0,7163 dolar. Dolar Selandia Baru menguat ​​​​​​0,4 persen menjadi 0,6611 dolar AS. Terhadap dolar Kanada, dolar AS turun 0,6 persen menjadi 1,3312 dolar Kanada. Sementara euro turun 0,2 persen menjadi 1,1717 dolar.

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
COPYRIGHT © ANTARA 2020