Jakarta (ANTARA) - Fasilitas bebas tarif bea masuk (generalized system of preference/GSP) untuk produk-produk ekspor Indonesia, yang telah resmi diperpanjang oleh Amerika Serikat, dapat menjadi jalan untuk menjajaki negosiasi kesepakatan perdagangan terbatas (LTD) antara kedua negara.
Hal itu disampaikan oleh Duta Besar RI untuk Amerika Serikat, Muhammad Lutfi, dalam pengarahan media secara virtual pada Senin malam
"Jadi LTD (Limited Trade Deal) ini pintu masuknya adalah GSP. Karena kalau sudah di GSP, ke LTD-nya ini semakin simpel negosiasinya, parameternya, itu akan jauh lebih mudah dengan adanya GSP tersebut," kata Dubes Lutfi.
Menurut Lutfi, pemerintah menargetkan peningkatan volume perdagangan antara Indonesia dan AS menjadi dua kali lipat, atau senilai 60 miliar dolar AS, dalam lima tahun ke depan, yang diharapkan dapat tercapai melalui kesepakatan perdagangan terbatas (LTD) tersebut.
Dalam menjajaki negosiasi LTD, Lutfi menyebutkan pihaknya mengutamakan skema 5+7+5, yang berarti lima produk ekspor utama, tujuh produk ekspor potensial dan lima produk strategis.
Lima produk ekspor utama tersebut yakni pakaian, produk karet, alas kaki, barang-barang elektronik, dan perabot. Sementara itu, tujuh produk potensial termasuk produk kayu, travel goods, produk kimia terutama yang berbasis kelapa sawit, perhiasan, mainan, rambut artifisial, dan produk kertas.
Baca juga: Mendag: RI tetap dapat fasilitas GSP Amerika Serikat
Adapun produk mesin, produk plastik, suku cadang otomotif, alat optik dan medis, serta produk kimia organik menjadi lima produk strategis yang masuk ke dalam skema tersebut.
"Saya merasa yakin bahwa 5+7+5 ini lebih practical, lebih masuk akal, dan ini bukan proses yang sangat sulit, dan kami menargetkan akan terjadi pertumbuhan," ujar Lutfi.
Tak hanya terkait perdagangan barang, dia menjelaskan bahwa LTD juga dapat membuka potensi investasi dalam kerja sama kedua negara, termasuk di sektor digital, di mana menurut dia Indonesia merupakan pasar yang menarik bagi AS di bidang tersebut.
"Kalau kita membuka pasar digital kita yang memang sudah terbuka, kita bisa mendatangkan investasi dengan platform digital dan pasar digital kita yang bagus, mempunyai tren yang sangat baik, dan kita akan membuat pasar kita ini menjadi pasar kelas dunia dengan harapan akan dapat terjadi perbaikan dalam sektor logistik kita, memperbaiki sektor konten teknologi kita dan menjadikan Indonesia negara tujuan utama untuk pasar digital," paparnya.
Baca juga: Kemenperin: Perpanjangan GSP perluas pasar produk RI di AS
Baca juga: UMKM diajak manfaatkan fasilitas GSP ekspor produk ke AS
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan menyebut bahwa Indonesia akan mengusulkan pelaksanaan negosiasi Limited Trade Deal (LTD) antara Indonesia dan AS, dalam rangka menegaskan komitmen Indonesia untuk terus mengoptimalkan potensi tinggi kerja sama ekonomi dan perdagangan kedua negara.
Generalized System of Preferences atau GSP merupakan fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk yang diberikan secara unilateral oleh Pemerintah Amerika serikat melalui United States Trade Representative (USTR) kepada negara-negara berkembang di dunia sejak 1974.
Indonesia mendapatkan fasilitas GSP dari AS pertama kali pada 1980, menurut laman resmi Kementerian Luar Negeri RI.
Baca juga: Presiden: Perpanjangan GSP AS peluang perbaiki investasi
Baca juga: Indef: AS perpanjang GSP untungkan UMKM
Hal itu disampaikan oleh Duta Besar RI untuk Amerika Serikat, Muhammad Lutfi, dalam pengarahan media secara virtual pada Senin malam
"Jadi LTD (Limited Trade Deal) ini pintu masuknya adalah GSP. Karena kalau sudah di GSP, ke LTD-nya ini semakin simpel negosiasinya, parameternya, itu akan jauh lebih mudah dengan adanya GSP tersebut," kata Dubes Lutfi.
Menurut Lutfi, pemerintah menargetkan peningkatan volume perdagangan antara Indonesia dan AS menjadi dua kali lipat, atau senilai 60 miliar dolar AS, dalam lima tahun ke depan, yang diharapkan dapat tercapai melalui kesepakatan perdagangan terbatas (LTD) tersebut.
Dalam menjajaki negosiasi LTD, Lutfi menyebutkan pihaknya mengutamakan skema 5+7+5, yang berarti lima produk ekspor utama, tujuh produk ekspor potensial dan lima produk strategis.
Lima produk ekspor utama tersebut yakni pakaian, produk karet, alas kaki, barang-barang elektronik, dan perabot. Sementara itu, tujuh produk potensial termasuk produk kayu, travel goods, produk kimia terutama yang berbasis kelapa sawit, perhiasan, mainan, rambut artifisial, dan produk kertas.
Baca juga: Mendag: RI tetap dapat fasilitas GSP Amerika Serikat
Adapun produk mesin, produk plastik, suku cadang otomotif, alat optik dan medis, serta produk kimia organik menjadi lima produk strategis yang masuk ke dalam skema tersebut.
"Saya merasa yakin bahwa 5+7+5 ini lebih practical, lebih masuk akal, dan ini bukan proses yang sangat sulit, dan kami menargetkan akan terjadi pertumbuhan," ujar Lutfi.
Tak hanya terkait perdagangan barang, dia menjelaskan bahwa LTD juga dapat membuka potensi investasi dalam kerja sama kedua negara, termasuk di sektor digital, di mana menurut dia Indonesia merupakan pasar yang menarik bagi AS di bidang tersebut.
"Kalau kita membuka pasar digital kita yang memang sudah terbuka, kita bisa mendatangkan investasi dengan platform digital dan pasar digital kita yang bagus, mempunyai tren yang sangat baik, dan kita akan membuat pasar kita ini menjadi pasar kelas dunia dengan harapan akan dapat terjadi perbaikan dalam sektor logistik kita, memperbaiki sektor konten teknologi kita dan menjadikan Indonesia negara tujuan utama untuk pasar digital," paparnya.
Baca juga: Kemenperin: Perpanjangan GSP perluas pasar produk RI di AS
Baca juga: UMKM diajak manfaatkan fasilitas GSP ekspor produk ke AS
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan menyebut bahwa Indonesia akan mengusulkan pelaksanaan negosiasi Limited Trade Deal (LTD) antara Indonesia dan AS, dalam rangka menegaskan komitmen Indonesia untuk terus mengoptimalkan potensi tinggi kerja sama ekonomi dan perdagangan kedua negara.
Generalized System of Preferences atau GSP merupakan fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk yang diberikan secara unilateral oleh Pemerintah Amerika serikat melalui United States Trade Representative (USTR) kepada negara-negara berkembang di dunia sejak 1974.
Indonesia mendapatkan fasilitas GSP dari AS pertama kali pada 1980, menurut laman resmi Kementerian Luar Negeri RI.
Baca juga: Presiden: Perpanjangan GSP AS peluang perbaiki investasi
Baca juga: Indef: AS perpanjang GSP untungkan UMKM
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
COPYRIGHT © ANTARA 2020
0 comments:
Post a Comment