Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo menyampaikan tiga hal dalam Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (KTT APEC) 2020 yang dilakukan secara virtual.
"Presiden juga menyampaikan bahwa ekonomi APEC mengalami kontraksi PDB hingga 2,7 persen dan 74 juta penduduk kehilangan mata pencaharian, sehingga APEC harus membalikkan keadaan ini, karena itu Presiden menyampaikan tiga hal," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam konferensi pers virtual di Istana Kepresidenan Bogor, Jumat.
Pertemuan APEC 2020 mengangkat tema "Optimising Human Potential Towards a Resilient Future of Shared Prosperity: Pivot. Prioritise. Progress" yang mencerminkan harapan akan ketahanan, kelincahan, dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif di kawasan Asia-Pasifik melalui konsep kesejahteraan bersama selama pandemi COVID-19.
Baca juga: Pemimpin APEC sepakati dokumen visi 2040 dan Deklarasi Kuala Lumpur
Baca juga: Menlu: Para pemimpin APEC bahas dua agenda utama
Baca juga: Presiden Jokowi hadiri KTT APEC 2020 secara virtual
"Pertama mengenai pentingnya kembali merajut 'strategic trust' visi APEC. Pasca 2020 menjadi momentum untuk mempertebal 'strategic trust' guna mewujudkan kerja sama yang saling menguntungkan," ungkap Retno.
Kedua, Presiden Jokowi menekankan pentingnya mereaktivasi pertumbuhan perekonomian APEC.
"Presiden mengharapkan pada 2021 akan terjadi pertumbuhan positif dan upaya harus didorong mulai dari sekarang, misalnya perjalanan bisnis esensial harus didorong termasuk melalui optimalisasi APEC 'business travel card' tentunya dengan protokol kesehatan yang disiplin," tambah Retno.
Selanjutnya rantai pasok konektivitas dan digitalisasi ekonomi juga harus diperkuat.
"Ketiga, Presiden menekankan pentingnya reformasi struktural dan multilateralisme harus terus didorong," ungkap retno.
Sebagai penutup, Presiden menyampaikan bahwa tidak ada pilihan lain bagi APEC untuk bekerja sama sebagaimana yang telah dilakukan di Bogor pada tahun 1994.
"Sebuah terobosan besar telah dilakukan APEC pada 1994, terobosan ini dinilai Presiden masih sangat relevan sampai saat ini antara lain mengenai pentingnya memperkokoh sistem pasar terbuka dan multilateralisme dan tebalnya spirit saling membantu, bekerja sama untuk mencapai tatanan ekonomi yang menguntungkan semua," tambah Retno.
Menurut Retno, Presiden Jokowi secara jujur mengatakan bahwa fondasi kebersamaan yang telah dibangun pada masa lalu cenderung melemah 2 tahun lalu karena KTT APEC 2018 tidak dapat mencapai kesepakatan.
"Oleh karena itu Presiden menyambut baik bahwa di KTT kali ini kita dapat menyepakati hasil pertemuan," kata Retno.
Pada KTT APEC kali ini, Malaysia bertindak selaku tuan rumah.
Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir Jaelani.
"Presiden juga menyampaikan bahwa ekonomi APEC mengalami kontraksi PDB hingga 2,7 persen dan 74 juta penduduk kehilangan mata pencaharian, sehingga APEC harus membalikkan keadaan ini, karena itu Presiden menyampaikan tiga hal," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam konferensi pers virtual di Istana Kepresidenan Bogor, Jumat.
Pertemuan APEC 2020 mengangkat tema "Optimising Human Potential Towards a Resilient Future of Shared Prosperity: Pivot. Prioritise. Progress" yang mencerminkan harapan akan ketahanan, kelincahan, dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif di kawasan Asia-Pasifik melalui konsep kesejahteraan bersama selama pandemi COVID-19.
Baca juga: Pemimpin APEC sepakati dokumen visi 2040 dan Deklarasi Kuala Lumpur
Baca juga: Menlu: Para pemimpin APEC bahas dua agenda utama
Baca juga: Presiden Jokowi hadiri KTT APEC 2020 secara virtual
"Pertama mengenai pentingnya kembali merajut 'strategic trust' visi APEC. Pasca 2020 menjadi momentum untuk mempertebal 'strategic trust' guna mewujudkan kerja sama yang saling menguntungkan," ungkap Retno.
Kedua, Presiden Jokowi menekankan pentingnya mereaktivasi pertumbuhan perekonomian APEC.
"Presiden mengharapkan pada 2021 akan terjadi pertumbuhan positif dan upaya harus didorong mulai dari sekarang, misalnya perjalanan bisnis esensial harus didorong termasuk melalui optimalisasi APEC 'business travel card' tentunya dengan protokol kesehatan yang disiplin," tambah Retno.
Selanjutnya rantai pasok konektivitas dan digitalisasi ekonomi juga harus diperkuat.
"Ketiga, Presiden menekankan pentingnya reformasi struktural dan multilateralisme harus terus didorong," ungkap retno.
Sebagai penutup, Presiden menyampaikan bahwa tidak ada pilihan lain bagi APEC untuk bekerja sama sebagaimana yang telah dilakukan di Bogor pada tahun 1994.
"Sebuah terobosan besar telah dilakukan APEC pada 1994, terobosan ini dinilai Presiden masih sangat relevan sampai saat ini antara lain mengenai pentingnya memperkokoh sistem pasar terbuka dan multilateralisme dan tebalnya spirit saling membantu, bekerja sama untuk mencapai tatanan ekonomi yang menguntungkan semua," tambah Retno.
Menurut Retno, Presiden Jokowi secara jujur mengatakan bahwa fondasi kebersamaan yang telah dibangun pada masa lalu cenderung melemah 2 tahun lalu karena KTT APEC 2018 tidak dapat mencapai kesepakatan.
"Oleh karena itu Presiden menyambut baik bahwa di KTT kali ini kita dapat menyepakati hasil pertemuan," kata Retno.
Pada KTT APEC kali ini, Malaysia bertindak selaku tuan rumah.
Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir Jaelani.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: M Arief Iskandar
COPYRIGHT © ANTARA 2020
0 comments:
Post a Comment