Pemilih yang akan menentukan siapa di antara tiga srikandi yang mereka pilih, atau mereka mencoblos surat suara yang tidak ada kaum hawanya.
Palu (ANTARA) - Ini merupakan sejarah pertama kali terjadi di Palu, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah, tiga srikandi yang bertarung sebagai calon wali kota dan calon wakil wali kota pada pilkada serentak, 9 Desember 2020.

Mereka adalah Habsayanti Ponulele, Imelda Lilihana Muhidin, dan dr. Reny Lamadjido, mantan Kepala Rumah Sakit Umum daerah (RSUD) Undata Palu.

Imelda Lilihana Muhidin akan tampil memperebutkan kursi Wali Kota Palu berpasangan dengan Arena J.R. Parampsi. Berikutnya adalah dr. Reny Lamadjido akan berpasangan dengan Calon Wali Kota Palu Hadianto Rasid.

Sementara itu, Habsayanti Ponulele, politikus, akan memperebutkan kursi wakil wali kota berpasangan dengan petahana Wali Kota Palu Hidayat.

Hidayat terpaksa mundur dari jabatan sebagai Wakli Kota Palu karena akan bertarung kembali pada Pemilihan Wali Kota Palu yang diikuti empat pasangan calon.

Satu-satunya di antara pasangan calon itu yang tidak menggandeng perempuan adalah pasangan Aristan-Wahyudin, keduanya diusung Partai NasDem.

Siapa pun yang terpilih kelak pada pilkada serentak,  Rabu (9 Desember 2020), dapat membawa amanah masyarakat Kota Palu ke arah yang lebih baik dan maju.

"Mereka semua yang akan bertarung merupakan putra/putri terbaik yang ada di Kota Palu," kata Achrul Udaya, pengamat politik di Kota Palu.

Menurut dia, semua pasangan calon memiliki peluang untuk memenangi pilkada sebab kemampuan mereka mendukung.

Mereka semua dari latar belakang yang berbeda satu sama lainnya. Mereka dipilih menjadi calon wali kota dan calon wakil wali kota tentu sudah melalui seleksi ketat dari partai politik yang mengusungnya.

Baca juga: Presiden minta jajarannya beri perhatian khusus pada proses pilkada

Oleh karena itu, siapa pun dari mereka yang menang pada pilkada tahun ini, berarti pasangan calon ini adalah terbaik sekaligus mendapatkan tempat paling banyak di hati pemilih (masyarakat).

Bagaimanapun, kata Achrul yang juga Ketua DPD Asiosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sulteng, masyarakat setempat tentu sangat berharap bahwa masa depan kota yang mereka cintai bersama ini akan lebih baik.

Apalagi, Palu sebagai Ibu Kota Provinsi Sulteng harus lebih baik dari daerah lainnya di Sulteng karena merupakan pintu gerbang utama di jantung Pulau Sulawesi.

Ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian bagi wali kota terpilih, antara lain menyelesaikan penyaluran dana stimulan rumah rusak akibat bencana alam gempa bumi 7,4 skala Richter yang terjadi pada tanggal 28 September 2018 yang hingga kini masih belum tuntas.

Pembangunan huntap (hunian tetap) penyintas bencana alam gempa bumi yang sampai sekarang ini juga belum rampung. Masalah lain adalah status tanah milik para korban gempa, khususnya di wilayah-wilayah yang mengalami likuefaksi dan telah diklaim pemerintah tidak boleh dijadikan tempat permukiman penduduk.

"Hal itu sangat terkait dengan hak atas penguasaan lahan yang hingga kini masih belum jelas," kata Achrul.

Selain itu, tentu birokrasi di kalangan kantor pemerintah yang perlu dibenahi dengan baik.

Begitu pula, masalah banjir yang sering terjadi saat curah hujan tinggi karena drainase tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya akibat tersumbat sampah dan menjadi sarang berkembang biaknya nyamuk.

Itu baru sebagian permasalahan yang perlu mendapatkan penanganan dan perhatian dari pemerintah. Hal ini sudah menjadi tugas dan tanggung jawab Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palu yang baru nanti.

Karena Palu tidak memiliki lahan pertanian dan perkebunan, lanjut Achrul, kehadiran para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) serta industri kecil menengah (IKM) perlu terus didorong.

Pasalnya, pascagempa, UKM dan IKM rata-rata terpuruk. Jika tidak didorong oleh pemerintah dengan memberikan bantuan modal usaha, akan sulit bagi mereka untuk bangkit kembali.

Baca juga: Ketua DPD-RI ingatkan pentingnya mitigasi bencana alam di Sulteng

Makanya, perlu perhatian dari pemerintah dan lembaga-lembaga keuangan, baik pusat maupun daerah, untuk memberikan bantuan modal atau bantuan hibah bagi para pelaku usaha di Kota Palu agar usaha mereka kembali bersinar seperti sebelum terjadinya bencana.

Hal senada juga disampaikan Dr. Darwis, pengamat dari Universitas Tadulako (Untad) Palu. Dia menyebutkan banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan oleh Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palu ke depan setelah terpilih pada pilkada serentak.

Jangan hanya janji-janji surga telinga, tetapi harus dibuktikannya. Semua program yang ditawarkan para pasangan calon sangat bagus dan harus benar-benar komitmern dengan janjinya.

Dia pun tidak mempersoalkan kapasitas para pasangan calon karena semuanya adalah putra dan putri terbaik di Kota Palu. Siapa pun terpilih, itu berarti yang terbaik untuk memimpin Kota Palu selama 5 tahun ke depan.

Pemilih yang Menentukan

Dalam surat suara nanti, pemilih yang akan menentukan siapa di antara tiga srikandi yang mereka pilih, atau mereka mencoblos surat suara yang tidak ada kaum hawanya.

Pada saat ini,  surat suara itu masih disortir. Dalam kegiatan ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Palu melibatkan mahasiswa untuk membantu melipat surat suara Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur Sulawesi Tengah dan Pemilihan Wali Kota/Wakil Wali Kota Palu.

Ketua KPU Kota Palu Agussalim Wahid mengatakan bahwa pihaknya melibatkan sekitar 100 mahasiswa dalam kegiatan tersebut.

Surat suara yang akan dilipat dan disortir oleh mahasiswa sebanyak 259.234 eksemplar, khusus untuk Pemilihan Wali Kota/Wakil Wali Kota Palu. Jumlah itu belum termasuk surat suara Pemilihan Guberbnur/Wakil Gubernur Sulteng.

Khusus untuk surat suara Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur Sulteng belum ada.  Agussalim Wahid lantas berharap dalam waktu dekat ini surat suara tersebut sudah tiba sehingga pihaknya segera melakukan pelipatan dan penyortiran.

Pelibatan mahasiswa ini, kata Agussalim Wahid, karena mereka sudah berpengalaman pada pemilu lalu. Mereka sangat paham sekali bagaimana menyortir surat suara yang rusak, gambar kabur, sobek, dan lain-lain.

Baca juga: KPU Palu libatkan 100 mahasiswa bantu lipat surat suara Pilkada

Dalam Pemilihan Wali Kota/Wakil Wali Kota Palu, diikuti empat paslon, sedangkan Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur Sulteng diikuti dua peserta: pasangan Rusdi Mastura-Ma'mun Amir dan pasangan Hidayat lamakarate-Bartholomeus Tandigala.

Rusdi Mastura adalah mantan Wali Kota Palu dan Ma'mun Amir mantan Bupati Banggai. Sementara itu, Hidayat Lamakarate sebelumnya Sekretaris Daerah Provinsi Sulteng dan juga mantan penjabat Bupati Banggai Laut. Pasangannya, Bartholemeus Tandigala, adalah mantan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulteng dan pernah menjabat sebagai Pelaksana Tugas Bupati Morowali.

Untuk pemungutan suara, kata Ketua KPU Kota Palu Agussalim Wahid, tetap mengedepankan protokol kesehatan COVID-19.

"Itu sudah harga mati. Bahkan, untuk penggunaan tinta usai memberikan suara di bilik suara yang telah ditetapkan masing-masing TPS, menggunakan pipet," kata Agussalim Wahid.

Pada pilkada dan pemilu sebelumnya, usai memilih setiap pemilih wajib untuk mencelupkan ujung jari kelingking ke botol tinta yang sudah disediakan di pintu keluar. Maka, pada pilkada kali ini akan menggunakan pipet. Semua itu semata-mata untuk mencegah dan mengantisipasi klaster baru pada pilkada.

Rencana penerapan protokol kesehatan (prokes) secara ketat pada pelaksanaan Pilkada Serentak 2020 diharapkan calon pemilih tidak khawatir lagi untuk mendatangi TPS pada tanggal 9 Desember mendatang.

Semoga antisipasi terkait dengan pencegahan penularan COVID-19 di arena TPS bakal menaikkan tingkat partisipasi pemilih di Kota Palu yang menargetkan 86 persen dari total 213.957 orang yang masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT).

Oleh Anas Masa
Editor: D.Dj. Kliwantoro
COPYRIGHT © ANTARA 2020