Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR mempercepat pembangunan Bendungan Manikin di Kabupaten Kupang, NTT dalam rangka mendukung produktivitas pertanian.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, ketersediaan air menjadi kunci pembangunan di NTT yang memiliki curah hujan lebih rendah dibanding daerah lain.
“Pembangunan bendungan juga harus diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat bermanfaat karena air nya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani,” kata Menteri Basuki dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Saat ini tengah digenjot pembangunan Bendungan Manikin yang juga diproyeksikan dapat memenuhi kebutuhan irigasi pertanian masyarakat di Kabupaten Kupang.
Konstruksi Bendungan Manikin mulai dikerjakan pada 2019 melalui 2 paket pekerjaan senilai Rp2 triliun. Paket I progres konstruksinya hingga 31 Januari 2021 mencapai 19 persen dengan kontraktor pelaksana PT Wijaya Karya (Persero) Tbk-PT Adhi Karya (Persero) Tbk-PT Jaya Konstruksi (KSO) dengan nilai kontrak Rp1,02 triliun.
Baca juga: Tahapan pembangunan Bendungan Manikin sudah dimulai
Sementara untuk Paket II senilai Rp905,2 miliar dilaksanakan oleh kontraktor PT PP (Persero) Tbk-PT Ashfri Putralora-PT Minarta Dutahutama (KSO) dengan progres fisik 26,46 persen atau lebih cepat dari rencana 25,2 persen.
Bendungan ini direncanakan dapat memenuhi kebutuhan irigasi pertanian seluas 310 hektar di Kabupaten Kupang. Selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku sebesar 700 liter per detik untuk Kota Kupang dan Kabupaten Kupang, Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sebesar 0,125 MW, pengendalian banjir di Dataran Manikin 531,70 meter kubik per detik, dan potensi pariwisata.
Selain Bendungan Manikin, di Provinsi NTT juga dibangun 4 bendungan lainnya yakni Napun Gete di Kabupaten Sikka yang saat ini progres konstruksinya sudah 98 persen, Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Bendungan Mbay di Kabupaten Nagekeo, dan Welekis di Kabupaten Belu.
Selama masa Pandemi COVID-19, pekerjaan pembangunan bendungan tidak dihentikan untuk menjaga kesinambungan roda perekonomian, terutama penyediaan lapangan kerja bagi kontraktor, konsultan dan tenaga kerja konstruksi beserta kegiatan yang mengikutinya.
Baca juga: PP klaim membangun proyek di pedalaman Indonesia
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, ketersediaan air menjadi kunci pembangunan di NTT yang memiliki curah hujan lebih rendah dibanding daerah lain.
“Pembangunan bendungan juga harus diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat bermanfaat karena air nya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani,” kata Menteri Basuki dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Saat ini tengah digenjot pembangunan Bendungan Manikin yang juga diproyeksikan dapat memenuhi kebutuhan irigasi pertanian masyarakat di Kabupaten Kupang.
Konstruksi Bendungan Manikin mulai dikerjakan pada 2019 melalui 2 paket pekerjaan senilai Rp2 triliun. Paket I progres konstruksinya hingga 31 Januari 2021 mencapai 19 persen dengan kontraktor pelaksana PT Wijaya Karya (Persero) Tbk-PT Adhi Karya (Persero) Tbk-PT Jaya Konstruksi (KSO) dengan nilai kontrak Rp1,02 triliun.
Baca juga: Tahapan pembangunan Bendungan Manikin sudah dimulai
Sementara untuk Paket II senilai Rp905,2 miliar dilaksanakan oleh kontraktor PT PP (Persero) Tbk-PT Ashfri Putralora-PT Minarta Dutahutama (KSO) dengan progres fisik 26,46 persen atau lebih cepat dari rencana 25,2 persen.
Bendungan ini direncanakan dapat memenuhi kebutuhan irigasi pertanian seluas 310 hektar di Kabupaten Kupang. Selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku sebesar 700 liter per detik untuk Kota Kupang dan Kabupaten Kupang, Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sebesar 0,125 MW, pengendalian banjir di Dataran Manikin 531,70 meter kubik per detik, dan potensi pariwisata.
Selain Bendungan Manikin, di Provinsi NTT juga dibangun 4 bendungan lainnya yakni Napun Gete di Kabupaten Sikka yang saat ini progres konstruksinya sudah 98 persen, Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Bendungan Mbay di Kabupaten Nagekeo, dan Welekis di Kabupaten Belu.
Selama masa Pandemi COVID-19, pekerjaan pembangunan bendungan tidak dihentikan untuk menjaga kesinambungan roda perekonomian, terutama penyediaan lapangan kerja bagi kontraktor, konsultan dan tenaga kerja konstruksi beserta kegiatan yang mengikutinya.
Baca juga: PP klaim membangun proyek di pedalaman Indonesia
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Adi Lazuardi
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment