Jakarta (ANTARA) - Konsultan properti Colliers International mengingatkan bahwa persoalan terkait investasi jangan hanya terfokus kepada besarnya jumlah investasi yang masuk, tetapi juga perlu betul-betul diantisipasi persoalan ketersediaan lahan kawasan industri dalam menghadapinya.

"Berapapun besarnya investasi yang akan masuk ke Indonesia, yang terpenting adalah ketersediaan lahan," kata Director Industrial & Logistics Services Colliers International Indonesia, Rivan Munansa, dalam keterangan tertulis, Sabtu.

Berdasarkan laporan Badan Koordinasi Penanaman Modal, terdapat 16 perusahaan asing yang berniat merelokasi investasinya ke Indonesia sehingga perlu ada kesiapan dari kawasan industri di Indonesia untuk memenuhi realisasi ini.

Baca juga: Ada relokasi investasi, pembelian lahan industri diprediksi meningkat

Menurut Rivan, terkait kesiapan kawasan industri dalam menghadapi realisasi tersebut, banyak pengembang kawasan industri, dan juga pemerintah, saat ini sedang dalam tahap peningkatan kesiapan.

Ia memaparkan, selain Kawasan Industri Terpadu Batang yang menjadi salah satu tujuan investasi, terdapat berbagai kawasan industri lain yang akan segera tersedia untuk dipasarkan.

"Demikian juga beberapa areal lahan yang berpotensi dibebaskan dan dialihkan fungsinya menjadi kawasan industri. Pengembang perlu memastikan semua izin sudah siap, karena dengan masuknya investor ke pasar, harus ada perbaikan yang nyata di area ini," katanya.

Rivan juga mengemukakan bahwa pengembang perlu memastikan bahwa persiapan juga mencakup sudah dikeluarkannya izin AMDAL dan izin pengembangan kawasan industri, pembangunan infrastruktur dan fasilitas telah dimulai, jalur listrik telah ditentukan, kebutuhan fasilitas WTP (Water Treatment Plant) dan IPAL (Waste Water Treatment Plant) sudah jelas, berapa banyak lahan yang nantinya akan diolah, dan masih banyak lagi terkait aspek perizinan.

Baca juga: Kemenko: Hasil uji coba produksi garam tanpa lahan keluar akhir 2020

Beragam permasalahan itu, ujar dia, adalah sangat penting untuk ditangani agar investor dapat merasa percaya diri dalam mengambil keputusan.

"Dengan perkembangan kawasan industri saat ini yang menghadirkan cukup banyak pilihan, penting bagi investor untuk memiliki pengetahuan yang baik dalam menentukan dimana mereka ingin membangun pabrik, gudang, dan lain-lain," paparnya.

Sebagaimana diwartakan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mengakselerasi pengembangan kawasan industri di sejumlah wilayah guna menarik investor potensial global, khususnya yang ingin relokasi produksi ke Indonesia, dengan upaya pembangunan fasilitas dan infrastruktur terintegrasi sehingga bisa berdaya saing.

Dirjen Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Eko SA Cahyanto di Jakarta, Jumat, menyatakan, pihaknya aktif menyosialisasikan program dan kebijakan pemerintah kepada para pemangku kepentingan, terutama yang terkait dengan kemudahan investasi.

Di samping itu, kata dia, Kemenperin menjalin kerja sama promosi kawasan industri, pengembangan pilot project kawasan industri tertentu seperti kawasan industri halal, dan mendorong penyediaan dukungan infrastruktur bagi kebutuhan kawasan industri seperti jalan, pelabuhan, dan harga gas.

“Kami optimistis Indonesia masih menjadi incaran para investor global untuk menanamkan investasinya dalam rangka ekspansi atau relokasi,” ungkap Eko.

Hal itu tercermin dari realisasi nilai investasi sektor manufaktur sebesar Rp272,9 triliun pada tahun 2020, yang naik 26 persen dibandingkan 2019.

Eko SA Cahyanto juga menyampaikan bahwa terjadi peningkatan jumlah dan luasan kawasan industri dalam lima tahun terakhir.

“Dari sisi jumlah, terjadi peningkatan sebesar 47,5 persen. Sedangkan, dari sisi luas, mengalami peningkatan 15.662,02 hektare (Ha) atau sebesar 43,26 persen,” sebutnya.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2021