Jakarta (ANTARA) - Data terbaru dari iPrice menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk terus menumbuhkan e-commerce. Hal ini dipengaruhi oleh persentase berbelanja daring di Indonesia yang meningkat hingga 400 persen per Juli 2020.
iPrice, melalui keterangannya kepada ANTARA, Jumat, mengatakan bahwa fenomena ini juga dibarengi dengan produk yang lebih beragam yang dibeli oleh konsumen. Ini juga memicu produsen dan penjual untuk menyediakan berbagai kebutuhan yang bisa mendorong transaksi di platform daring.
Baca juga: Pembayaran digital dan logistik jadi trend e-commerce 2021
Melengkapi hal tersebut, riset terbaru eConomy SEA 2020 mencatatkan selama pandemi kemarin rataan orang Indonesia menghabiskan waktu sekitar 4,7 jam per harinya untuk mengakses internet.
Jumlah waktu online ini meningkat sebanyak 30 persen jika dibandingkan sebelum pandemi, yang biasanya hanya menghabiskan sekitar 3,6 jam per hari. Dikaitkan dengan kegiatan rutin yang dilakukan offline seperti sekolah dan bekerja sekarang berpindah menjadi aktifitas online.
Dalam laporan ini juga disebutkan e-commerce masih memegang total dari internet ekonomi di Asia Tenggara. Pada 2015, konsumen mayoritas membeli produk elektronik melalui platform e-commerce dengan total share sebanyak 41 persen.
Dengan adanya penerapan lockdown and pembatasan sosial, kategori food and groceries meningkat hingga 175 persen pada tahun 2020 dan terus diprediksikan akan mengambil bagian hingga 15 persen pada tahun 2025 dari total seluruh kategori produk yang dibeli di e-commerce.
"Dengan adanya perkembangan GMV (gross merchandise volume) hingga 54 persen sejak 2019, e-commerce memiliki banyak potensi untuk terus mengakuisisi konsumer di Indonesia dan e-commerce diprediksikan akan terus memimpin eConomy di Indonesia," tulis laporan tersebut.
Baca juga: Primadona selama pandemi: kopi literan, tteokbokki & pisang goreng
Penetrasi pembayaran digital
Berbelanja daring juga menawarkan pembayaran tanpa kontak (cashless) melalui dompet digital (e-wallet).
iPrice mencatat penggunaan e-wallet untuk transaksi juga semakin meningkat dari waktu ke waktu di Indonesia.
Riset iPrice bersama Jakpat tahun 2020 menyebutkan bahwa sebanyak 30 persen dari responden memilih transfer bank dan 26 persen responden menggunakan e-wallet atau e-money untuk pembayaran berbelanja online.
Kurangnya akses rekening bank serta tingginya angka “unbanked” populasi di Indonesia memberikan udara segar bagi perusahaan layanan dompet digital. E-wallet dianggap bisa memberikan kemudahan untuk bertransaksi baik online maupun offline hanya dalam satu platform.
Baca juga: E-commerce di India bakal terintegrasi WhatsApp
Baca juga: Komunitas Gojek nilai merger Gojek-Tokopedia dapat tambah penghasilan
Baca juga: Produk UMKM lokal terus tumbuh di e-commerce
iPrice, melalui keterangannya kepada ANTARA, Jumat, mengatakan bahwa fenomena ini juga dibarengi dengan produk yang lebih beragam yang dibeli oleh konsumen. Ini juga memicu produsen dan penjual untuk menyediakan berbagai kebutuhan yang bisa mendorong transaksi di platform daring.
Baca juga: Pembayaran digital dan logistik jadi trend e-commerce 2021
Melengkapi hal tersebut, riset terbaru eConomy SEA 2020 mencatatkan selama pandemi kemarin rataan orang Indonesia menghabiskan waktu sekitar 4,7 jam per harinya untuk mengakses internet.
Jumlah waktu online ini meningkat sebanyak 30 persen jika dibandingkan sebelum pandemi, yang biasanya hanya menghabiskan sekitar 3,6 jam per hari. Dikaitkan dengan kegiatan rutin yang dilakukan offline seperti sekolah dan bekerja sekarang berpindah menjadi aktifitas online.
Dalam laporan ini juga disebutkan e-commerce masih memegang total dari internet ekonomi di Asia Tenggara. Pada 2015, konsumen mayoritas membeli produk elektronik melalui platform e-commerce dengan total share sebanyak 41 persen.
Dengan adanya penerapan lockdown and pembatasan sosial, kategori food and groceries meningkat hingga 175 persen pada tahun 2020 dan terus diprediksikan akan mengambil bagian hingga 15 persen pada tahun 2025 dari total seluruh kategori produk yang dibeli di e-commerce.
"Dengan adanya perkembangan GMV (gross merchandise volume) hingga 54 persen sejak 2019, e-commerce memiliki banyak potensi untuk terus mengakuisisi konsumer di Indonesia dan e-commerce diprediksikan akan terus memimpin eConomy di Indonesia," tulis laporan tersebut.
Baca juga: Primadona selama pandemi: kopi literan, tteokbokki & pisang goreng
Penetrasi pembayaran digital
Berbelanja daring juga menawarkan pembayaran tanpa kontak (cashless) melalui dompet digital (e-wallet).
iPrice mencatat penggunaan e-wallet untuk transaksi juga semakin meningkat dari waktu ke waktu di Indonesia.
Riset iPrice bersama Jakpat tahun 2020 menyebutkan bahwa sebanyak 30 persen dari responden memilih transfer bank dan 26 persen responden menggunakan e-wallet atau e-money untuk pembayaran berbelanja online.
Kurangnya akses rekening bank serta tingginya angka “unbanked” populasi di Indonesia memberikan udara segar bagi perusahaan layanan dompet digital. E-wallet dianggap bisa memberikan kemudahan untuk bertransaksi baik online maupun offline hanya dalam satu platform.
Baca juga: E-commerce di India bakal terintegrasi WhatsApp
Baca juga: Komunitas Gojek nilai merger Gojek-Tokopedia dapat tambah penghasilan
Baca juga: Produk UMKM lokal terus tumbuh di e-commerce
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment