Kuala Lumpur (ANTARA) - Brunei, ketua Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) tahun ini, pada Senin menyampaikan dukungannya untuk pertemuan para pemimpin ASEAN untuk membahas perkembangan situasi di Myanmar.
Pemerintah Brunei juga mengatakan pihaknya telah meminta para pejabat ASEAN untuk mempersiapkan pertemuan di Jakarta.
Myanmar telah berada dalam krisis sejak militer pada 1 Februari melakukan kudeta, yang menggulingkan pemerintahan terpilih pimpinan Aung San Suu Kyi.
Para aktivis mengatakan setidaknya sudah 557 orang tewas dalam tindakan keras yang dilancarkan pasukan keamanan Myanmar atas protes dan aksi mogok di seluruh negeri, yang akses internetnya dibatasi oleh junta.
Indonesia telah memimpin upaya anggota ASEAN, yakni perhimpunan regional yang juga beranggotakan Myanmar, untuk mendorong agar solusi dinegosiasikan bersama untuk mencari penyelesaian masalah Myanmar.
Dorongan itu disampaikan ASEAN meskipun perhimpunan regional itu sudah lama menerapkan kebijakan yang mengamanatkan para negara anggotanya untuk tidak mengomentari masalah dalam negeri satu sama lain.
Dalam pernyataan bersama dengan Malaysia, Brunei mengatakan kedua negara telah meminta menteri dan pejabat senior mereka untuk melakukan "persiapan yang diperlukan untuk pertemuan yang akan diadakan di Sekretariat ASEAN di Jakarta, Indonesia."
Pernyataan itu disampaikan usai pertemuan antara Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin dan Sultan Brunei Hassanal Bolkiah pada Senin.
"Kedua pemimpin sepakat agar para pemimpin ASEAN bertemu untuk membahas perkembangan yang sedang berlangsung di Myanmar," kata mereka.
Namun, pihak Malaysia dan Brunei tidak menyebutkan kapan pertemuan para pemimpin ASEAN itu akan digelar.
Kedua pemimpin menyatakan keprihatinan atas meningkatnya jumlah korban jiwa di Myanmar.
"Mereka mendesak semua pihak untuk menarik diri agar tidak mendorong kekerasan lebih lanjut, dan bagi semua pihak untuk segera menahan diri dan fleksibilitas sepenuhnya," menurut pernyataan itu.
ASEAN beroperasi dengan konsensus. Tetapi, perbedaan pandangan di antara 10 anggotanya tentang cara menanggapi penggunaan kekuatan mematikan oleh tentara terhadap warga sipil serta kebijakan non-intervensi yang dianut kelompok tersebut telah membatasi kemampuan ASEAN untuk bertindak.
Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Singapura telah menyatakan keprihatinan atas pembunuhan para demonstran. Negara-negara itu mendukung ide agar pertemuan tingkat tinggi segera digelar untuk membahas Myanmar.
Menteri luar negeri keempat negara ASEAN tersebut masing-masing secara terpisah mengadakan pembicaraan pekan lalu dengan mitranya di China, yang adalah negara tetangga utara Myanmar yang berpengaruh.
Sumber: Reuters
Baca juga: China dukung ASEAN gelar pertemuan khusus terkait Myanmar
Baca juga: Menlu Retno: penggunaan kekerasan di Myanmar tak dapat diterima
Baca juga: Mencari Solusi Krisis Myanmar
Pemerintah Brunei juga mengatakan pihaknya telah meminta para pejabat ASEAN untuk mempersiapkan pertemuan di Jakarta.
Myanmar telah berada dalam krisis sejak militer pada 1 Februari melakukan kudeta, yang menggulingkan pemerintahan terpilih pimpinan Aung San Suu Kyi.
Para aktivis mengatakan setidaknya sudah 557 orang tewas dalam tindakan keras yang dilancarkan pasukan keamanan Myanmar atas protes dan aksi mogok di seluruh negeri, yang akses internetnya dibatasi oleh junta.
Indonesia telah memimpin upaya anggota ASEAN, yakni perhimpunan regional yang juga beranggotakan Myanmar, untuk mendorong agar solusi dinegosiasikan bersama untuk mencari penyelesaian masalah Myanmar.
Dorongan itu disampaikan ASEAN meskipun perhimpunan regional itu sudah lama menerapkan kebijakan yang mengamanatkan para negara anggotanya untuk tidak mengomentari masalah dalam negeri satu sama lain.
Dalam pernyataan bersama dengan Malaysia, Brunei mengatakan kedua negara telah meminta menteri dan pejabat senior mereka untuk melakukan "persiapan yang diperlukan untuk pertemuan yang akan diadakan di Sekretariat ASEAN di Jakarta, Indonesia."
Pernyataan itu disampaikan usai pertemuan antara Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin dan Sultan Brunei Hassanal Bolkiah pada Senin.
"Kedua pemimpin sepakat agar para pemimpin ASEAN bertemu untuk membahas perkembangan yang sedang berlangsung di Myanmar," kata mereka.
Namun, pihak Malaysia dan Brunei tidak menyebutkan kapan pertemuan para pemimpin ASEAN itu akan digelar.
Kedua pemimpin menyatakan keprihatinan atas meningkatnya jumlah korban jiwa di Myanmar.
"Mereka mendesak semua pihak untuk menarik diri agar tidak mendorong kekerasan lebih lanjut, dan bagi semua pihak untuk segera menahan diri dan fleksibilitas sepenuhnya," menurut pernyataan itu.
ASEAN beroperasi dengan konsensus. Tetapi, perbedaan pandangan di antara 10 anggotanya tentang cara menanggapi penggunaan kekuatan mematikan oleh tentara terhadap warga sipil serta kebijakan non-intervensi yang dianut kelompok tersebut telah membatasi kemampuan ASEAN untuk bertindak.
Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Singapura telah menyatakan keprihatinan atas pembunuhan para demonstran. Negara-negara itu mendukung ide agar pertemuan tingkat tinggi segera digelar untuk membahas Myanmar.
Menteri luar negeri keempat negara ASEAN tersebut masing-masing secara terpisah mengadakan pembicaraan pekan lalu dengan mitranya di China, yang adalah negara tetangga utara Myanmar yang berpengaruh.
Sumber: Reuters
Baca juga: China dukung ASEAN gelar pertemuan khusus terkait Myanmar
Baca juga: Menlu Retno: penggunaan kekerasan di Myanmar tak dapat diterima
Baca juga: Mencari Solusi Krisis Myanmar
RI-Malaysia upayakan penyelesaian pergolakan di Myanmar
Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Tia Mutiasari
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment