Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir meminta kepada seluruh lapisan masyarakat agar memanfaatkan momentum puasa dan Idul Fitri untuk mengaktualisasikan nilai-nilai luhur agama dan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
"Kepada para warga bangsa terutama elite negeri dapat memanfaatkan momentum Idul Fitri untuk melakukan gerakan keteladanan dalam berbangsa dan bernegara," ujar Haedar dalam konferensi pers secara virtual, Senin.
Ia mengatakan bulan suci Ramadhan memupuk ketakwaan. Sikap takwa itu sejatinya harus diaktualisasikan melalui perbuatan yang mendatangkan manfaat sekaligus mencegah mudarat.
Secara kolektif menampilkan sikap dan tindakan yang jujur, amanah, adil, bertanggungjawab, moralitas luhur, taat hukum, dan mewujudkan Good Governance di segala lini kehidupan.
Baca juga: Ketum Muhammadiyah: Hindari narasi saling merendahkan
Baca juga: Haedar Nashir: Jangan jadikan puasa sebagai ritual individu semata
"Menjauhkan diri dari korupsi, penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan diri dan kelompok sendiri, perpecahan, dan segala tindakan yang merugikan kehidupan bersama serta menyalahi nilai-nilai luhur agama dan Pancasila," katanya.
Menurutnya, Agama dalam hal ini harus menjadi kekuatan terdepan yang menampilkan perilaku keislaman yang Akhlakul Karimah (segala tingkah laku yang terpuji) moralitas di ruang publik.
"Jangan sampai satu sama lain, kemudian kita banyak mengobral pertikaian perseteruan yang diakibatkan perbedaan pandangan perspektif. Hasil puasa membentuk kita menjadi arif dan bijaksana dalam berbangsa dan bernegara," kata dia.
Apabila dikaitkan dalam konteks mudik, tidak melakukan perjalanan merupakan salah satu bentuk ketakwaan seseorang. Dalam kondisi pandemi COVID-19 ini sangat rentan seseorang menularkan dan tertular.
Mobilisasi dari satu tempat rawan ke tempat lain seperti memberi jalan bagi virus untuk berkembang dan menebar teror. Dengan tidak mudik, setidaknya melindungi diri sendiri, keluarga, kerabat, hingga tetangga dari potensi penularan.
Juga termasuk penerapan protokol kesehatan. Sikap waspada dan taat protokol kesehatan merupakan bentuk kepedulian terhadap mereka yang terpuruk secara ekonomi karena pandemi, agar pandemi ini cepat berlalu dan tidak berlarut-larut.
"Hanya dengan ini kita bisa menghadapi pandemi dan tentu kita berharap ke depan semakin baik dan akhirnya kita bisa terbebas dari pandemi yang sangat dahsyat ini. Nah sikap waspada, sikap seksama, disiplin dan mengikuti protokol kesehatan itu wujud dari aktualisasi takwa sebenarnya," katanya.*
Baca juga: Muhammadiyah: Tidak mudik jadi bentuk empati kepada tenaga medis
Baca juga: Ketum PP Muhammadiyah ingatkan parpol berkomitmen majukan bangsa
"Kepada para warga bangsa terutama elite negeri dapat memanfaatkan momentum Idul Fitri untuk melakukan gerakan keteladanan dalam berbangsa dan bernegara," ujar Haedar dalam konferensi pers secara virtual, Senin.
Ia mengatakan bulan suci Ramadhan memupuk ketakwaan. Sikap takwa itu sejatinya harus diaktualisasikan melalui perbuatan yang mendatangkan manfaat sekaligus mencegah mudarat.
Secara kolektif menampilkan sikap dan tindakan yang jujur, amanah, adil, bertanggungjawab, moralitas luhur, taat hukum, dan mewujudkan Good Governance di segala lini kehidupan.
Baca juga: Ketum Muhammadiyah: Hindari narasi saling merendahkan
Baca juga: Haedar Nashir: Jangan jadikan puasa sebagai ritual individu semata
"Menjauhkan diri dari korupsi, penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan diri dan kelompok sendiri, perpecahan, dan segala tindakan yang merugikan kehidupan bersama serta menyalahi nilai-nilai luhur agama dan Pancasila," katanya.
Menurutnya, Agama dalam hal ini harus menjadi kekuatan terdepan yang menampilkan perilaku keislaman yang Akhlakul Karimah (segala tingkah laku yang terpuji) moralitas di ruang publik.
"Jangan sampai satu sama lain, kemudian kita banyak mengobral pertikaian perseteruan yang diakibatkan perbedaan pandangan perspektif. Hasil puasa membentuk kita menjadi arif dan bijaksana dalam berbangsa dan bernegara," kata dia.
Apabila dikaitkan dalam konteks mudik, tidak melakukan perjalanan merupakan salah satu bentuk ketakwaan seseorang. Dalam kondisi pandemi COVID-19 ini sangat rentan seseorang menularkan dan tertular.
Mobilisasi dari satu tempat rawan ke tempat lain seperti memberi jalan bagi virus untuk berkembang dan menebar teror. Dengan tidak mudik, setidaknya melindungi diri sendiri, keluarga, kerabat, hingga tetangga dari potensi penularan.
Juga termasuk penerapan protokol kesehatan. Sikap waspada dan taat protokol kesehatan merupakan bentuk kepedulian terhadap mereka yang terpuruk secara ekonomi karena pandemi, agar pandemi ini cepat berlalu dan tidak berlarut-larut.
"Hanya dengan ini kita bisa menghadapi pandemi dan tentu kita berharap ke depan semakin baik dan akhirnya kita bisa terbebas dari pandemi yang sangat dahsyat ini. Nah sikap waspada, sikap seksama, disiplin dan mengikuti protokol kesehatan itu wujud dari aktualisasi takwa sebenarnya," katanya.*
Baca juga: Muhammadiyah: Tidak mudik jadi bentuk empati kepada tenaga medis
Baca juga: Ketum PP Muhammadiyah ingatkan parpol berkomitmen majukan bangsa
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment