Jakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Trisakti Prof Dr Kadarsah Suryadi mengatakan empat orang mahasiswa Trisakti yang gugur pada tragedi penembakan 12 Mei 1998 merupakan syuhada yang memperjuangkan reformasi di Tanah Air.

"Mereka telah memperjuangkan dengan nyawanya agar dilakukan reformasi dan pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme," kata dia saat upacara tragedi Trisakti 12 Mei 1998 di Jakarta, Rabu.

Perjuangan empat almarhum, yakni Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan dan Hendriawan Sie demi tegakknya demokrasi dan terwujudnya keadilan, kesejahteraan serta kemajuan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Baca juga: Aktivis 98 harapkan tragedi Trisakti tidak terulang

Selama 23 tahun berlalu, sudah banyak upaya yang dilakukan Universitas Trisakti agar penuntasan kasus tragedi penembakan mahasiswa di dalam kampus dapat dituntaskan.

"Namun, sampai saat ini penyelesaiannya bak pepatah jauh panggang dari api," katanya.

Ia berharap ke depan semoga ada terobosan-terobosan baru yang dapat mengusut dan menyelesaikan kasus penembakan mahasiswa Trisakti 12 Mei 1998 tersebut.

Baca juga: Alumni Trisakti pendukung Jokowi harap penuntasan Tragedi Trisakti

Sebagai umat beragama saling memaafkan memang harus dapat dilakukan. Di kalangan pelaku sejarah tragedi Trisakti sendiri terdapat slogan yang berbunyi "kita dapat memaafkan tapi tidak akan pernah melupakan tragedi penembakan mahasiswa dalam kampus Trisakti".

Banyak pahlawan di dunia yang telah gugur dalam membela kebenaran namun konspirasi mengenai dalang di balik gugurnya pahlawan tersebut tidak pernah terungkap.

Sebagai contoh Martin Luther King, John F Kennedy dari Amerika Serikat, dan Benigno Aquino dari Filipina yang gugur namun sampai sekarang tidak diketahui dalang sesungguhnya.

Baca juga: Keluarga korban minta Pemerintah tuntaskan kasus Trisakti

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Joko Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2021