Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyoroti pentingnya peran ekonomi kreatif dalam upaya pemulihan ekonomi global pasca-pandemi.
Pernyataan tersebut ia sampaikan pada pameran virtual “Creative Economy for Sustainable Development: Let's Connect!" yang berlangsung di sela-sela Forum Politik Tingkat Tinggi (HLPF) Dewan Ekonomi Sosial (ECOSOC) Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Menurut Retno, meskipun terdampak parah oleh pandemi, ekonomi kreatif mampu beradaptasi dan memanfaatkan peluang yang ada sehingga dapat tetap tumbuh dan bertahan.
“Industri kreatif mampu berinovasi untuk tetap bertumbuh dan bertahan di tengah pandemi. International Year ini harus menjadi momentum untuk meningkatkan kemitraan dan mendukung ekonomi kreatif sebagai bagian dari upaya pemulihan ekonomi global," kata Retno pada pembukaan pameran virtual pada Selasa (6/7), seperti disampaikan dalam keterangan tertulis Kemlu RI.
Retno menambahkan bahwa potensi kontribusi ekonomi kreatif terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sangat besar. Ekonomi kreatif dapat mendorong pertumbuhan dan inovasi melalui penciptaan lapangan kerja dan pendapatan, pemberdayaan perempuan dan anak muda, serta pemajuan inklusi sosial.
Ia memaparkan tiga hal yang perlu difokuskan untuk mengembangkan ekonomi kreatif.
Pertama, perlunya menciptakan lingkungan yang mendukung dengan adanya kebijakan afirmatif (affirmative actions) guna menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang industri kreatif. Selain itu, penting untuk meningkatkan kesadaran dan penghargaan publik terhadap potensi industri kreatif.
Dalam hal ini, pemerintah perlu mengembangkan kebijakan untuk memastikan akses terhadap pembiayaan mikro, khususnya bagi UMKM, dan mendorong riset dan inovasi.
“Saya menantikan adanya kolaborasi lebih kuat untuk mendukung agar negara-negara berkembang dapat memanfaatkan ekonomi kreatif secara maksimal," kata Retno.
Kedua, mendukung pembelajaran sepanjang hayat karena pembangunan sumber daya manusia merupakan kunci dalam ekonomi kreatif.
Menlu memaparkan bahwa saat ini masih banyak pelaku ekonomi kreatif yang belum dapat beradaptasi dengan new normal, sehingga mereka butuh dukungan dan pengarahan agar dapat optimal. Hal ini dapat dicapai dengan pelatihan vokasional dan kewirausahaan yang ditopang dengan maraknya digitalisasi.
Ketiga, menumbuhkan pusat kreatif (creative hub) yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan dan keberlanjutan ekonomi kreatif karena menyediakan sarana bagi pelaku ekonomi kreatif untuk mengasah talenta, saling belajar, dan memperluas jaringan.
Retno menyebut bahwa Indonesia ingin memilki creative hub sendiri. Untuk itu, Indonesia telah mendirikan Global Center of Excellence and International Cooperation for Creative Economy (G-CINC) pada 2019 sebagai tidak lanjut dari World Conference on Creative Economy (WCCE) di Bali pada 2018.
Pusat tersebut didesain untuk memfasilitasi pelaku ekonomi kreatif dari Indonesia dan seluruh dunia, dengan harapan dapat mendorong riset, pengembangan, dan kerja sama internasional.
“Ekonomi kreatif mengajarkan kita untuk selalu gigih, inovatif, dan tak pernah ragu berpikir outside the box (di luar kebiasaan—red). Ini adalah kualitas yang kita butuhkan untuk mengatasi tantangan global yang kita hadapi, termasuk pandemi, dan menciptakan masa depan yang lebih baik untuk seluruh umat manusia," tutur dia.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dalam sambutannya menyampaikan bahwa ekonomi kreatif yang berbasis pada budaya memiliki keunggulan sebagai aset yang tidak terbatas, sehingga dapat berkontribusi bagi upaya pencapaian SDGs.
Pameran virtual “Creative Economy for Sustainable Development: Let's Connect!" menjadi sarana untuk memperkenalkan potensi UMKM kreatif Indonesia kepada audiens global. Pameran dapat diakses dari tanggal 6 hingga 15 Juli 2021 melalui tautan https://bit.ly/LetsConnect2021.
Terdapat 30 stan yang mewakili pemerintah, organisasi internasional, pelaku usaha ekonomi kreatif dan sektor UMKM serta komunitas lainnya. Di setiap stan, peserta akan mendapatkan informasi terkini dan berinteraksi secara langsung.
Selain pameran virtual, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Kolombia juga mengadakan diskusi bertema “Inclusive and Resilient Creative Economy for Sustainable Development" pada 8 Juli 2021 pukul 18.30 WIB. Pendaftaran dapat dilakukan melalui tautan https://bit.ly/CreativeatHLPF2021.
Baca juga: Menlu yakin Indonesia jadi modal ekonomi kreatif Asia Tenggara
Baca juga: Sandiaga resmikan Sentra Budaya dan Ekonomi Kreatif Melayu Riau
Baca juga: Menlu ajak dunia berkolaborasi kembangkan ekonomi kreatif
Pernyataan tersebut ia sampaikan pada pameran virtual “Creative Economy for Sustainable Development: Let's Connect!" yang berlangsung di sela-sela Forum Politik Tingkat Tinggi (HLPF) Dewan Ekonomi Sosial (ECOSOC) Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Menurut Retno, meskipun terdampak parah oleh pandemi, ekonomi kreatif mampu beradaptasi dan memanfaatkan peluang yang ada sehingga dapat tetap tumbuh dan bertahan.
“Industri kreatif mampu berinovasi untuk tetap bertumbuh dan bertahan di tengah pandemi. International Year ini harus menjadi momentum untuk meningkatkan kemitraan dan mendukung ekonomi kreatif sebagai bagian dari upaya pemulihan ekonomi global," kata Retno pada pembukaan pameran virtual pada Selasa (6/7), seperti disampaikan dalam keterangan tertulis Kemlu RI.
Retno menambahkan bahwa potensi kontribusi ekonomi kreatif terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sangat besar. Ekonomi kreatif dapat mendorong pertumbuhan dan inovasi melalui penciptaan lapangan kerja dan pendapatan, pemberdayaan perempuan dan anak muda, serta pemajuan inklusi sosial.
Ia memaparkan tiga hal yang perlu difokuskan untuk mengembangkan ekonomi kreatif.
Pertama, perlunya menciptakan lingkungan yang mendukung dengan adanya kebijakan afirmatif (affirmative actions) guna menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang industri kreatif. Selain itu, penting untuk meningkatkan kesadaran dan penghargaan publik terhadap potensi industri kreatif.
Dalam hal ini, pemerintah perlu mengembangkan kebijakan untuk memastikan akses terhadap pembiayaan mikro, khususnya bagi UMKM, dan mendorong riset dan inovasi.
“Saya menantikan adanya kolaborasi lebih kuat untuk mendukung agar negara-negara berkembang dapat memanfaatkan ekonomi kreatif secara maksimal," kata Retno.
Kedua, mendukung pembelajaran sepanjang hayat karena pembangunan sumber daya manusia merupakan kunci dalam ekonomi kreatif.
Menlu memaparkan bahwa saat ini masih banyak pelaku ekonomi kreatif yang belum dapat beradaptasi dengan new normal, sehingga mereka butuh dukungan dan pengarahan agar dapat optimal. Hal ini dapat dicapai dengan pelatihan vokasional dan kewirausahaan yang ditopang dengan maraknya digitalisasi.
Ketiga, menumbuhkan pusat kreatif (creative hub) yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan dan keberlanjutan ekonomi kreatif karena menyediakan sarana bagi pelaku ekonomi kreatif untuk mengasah talenta, saling belajar, dan memperluas jaringan.
Retno menyebut bahwa Indonesia ingin memilki creative hub sendiri. Untuk itu, Indonesia telah mendirikan Global Center of Excellence and International Cooperation for Creative Economy (G-CINC) pada 2019 sebagai tidak lanjut dari World Conference on Creative Economy (WCCE) di Bali pada 2018.
Pusat tersebut didesain untuk memfasilitasi pelaku ekonomi kreatif dari Indonesia dan seluruh dunia, dengan harapan dapat mendorong riset, pengembangan, dan kerja sama internasional.
“Ekonomi kreatif mengajarkan kita untuk selalu gigih, inovatif, dan tak pernah ragu berpikir outside the box (di luar kebiasaan—red). Ini adalah kualitas yang kita butuhkan untuk mengatasi tantangan global yang kita hadapi, termasuk pandemi, dan menciptakan masa depan yang lebih baik untuk seluruh umat manusia," tutur dia.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dalam sambutannya menyampaikan bahwa ekonomi kreatif yang berbasis pada budaya memiliki keunggulan sebagai aset yang tidak terbatas, sehingga dapat berkontribusi bagi upaya pencapaian SDGs.
Pameran virtual “Creative Economy for Sustainable Development: Let's Connect!" menjadi sarana untuk memperkenalkan potensi UMKM kreatif Indonesia kepada audiens global. Pameran dapat diakses dari tanggal 6 hingga 15 Juli 2021 melalui tautan https://bit.ly/LetsConnect2021.
Terdapat 30 stan yang mewakili pemerintah, organisasi internasional, pelaku usaha ekonomi kreatif dan sektor UMKM serta komunitas lainnya. Di setiap stan, peserta akan mendapatkan informasi terkini dan berinteraksi secara langsung.
Selain pameran virtual, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Kolombia juga mengadakan diskusi bertema “Inclusive and Resilient Creative Economy for Sustainable Development" pada 8 Juli 2021 pukul 18.30 WIB. Pendaftaran dapat dilakukan melalui tautan https://bit.ly/CreativeatHLPF2021.
Baca juga: Menlu yakin Indonesia jadi modal ekonomi kreatif Asia Tenggara
Baca juga: Sandiaga resmikan Sentra Budaya dan Ekonomi Kreatif Melayu Riau
Baca juga: Menlu ajak dunia berkolaborasi kembangkan ekonomi kreatif
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment