Jakarta (ANTARA) - Anggota DPD RI Filep Wamafma mendesak TNI Angkatan Udara (AU) menelusuri secara mendalam terkait tindak kekerasan yang dilakukan oknum institusi tersebut terhadap seorang warga sipil Papua.
"Saya mendesak TNI AU maupun tim penyidik menelusuri secara mendalam dalam upaya penegakan hukum yang adil dan bermartabat," kata Filep saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.
Hal itu dikatakannya terkait tindakan dua oknum TNI AU yang melakukan tindak kekerasan terhadap seorang warga sipil di Merauke, Papua, Senin (26/7). Peristiwa yang terjadi di warung makan tersebut terekam dalam sebuah video dan viral di media sosial.
Filep mengutuk keras tindakan oknum TNI AU tersebut karena tidak berperikemanusiaan dan membuktikan masih ada oknum anggota TNI maupun aparat keamanan di Papua belum memahami tentang wawasan kebangsaan dan berkehidupan dengan pemahaman empat pilar kebangsaan yang ditorehkan para pendiri negara.
Baca juga: Ketua DPD RI minta masyarakat tetap ikuti aturan perpanjangan PPKM
Dia khawatir apabila persoalan tersebut tidak diselesaikan dengan adil dan bermartabat akan menambah ketidakpercayaan rakyat terhadap komitmen pemerintah dan negara dalam penanganan persoalan di Papua secara damai dan bijaksana.
"Saya meminta adanya proses penegakan hukum segera dengan keputusan hukum yang adil tanpa tebang pilih. Setiap pelaku pelanggar hukum harus ditindak dengan tegas agar dapat memberikan efek jera," katanya.
Filep mengkritisi beberapa hal ganjil yang terjadi pada peristiwa tersebut. Pertama, bagaimana mungkin dua oknum anggota TNI AU dengan status sebagai Provos menjemput korban di rumah makan.
"Hal ini tidak masuk dalam logika mana pun. Sebagai seorang politikus dan akademisi, saya menilai hal ini tidak masuk akal, apa sesungguhnya tugas dan fungsi Provos jika hanya kasus soal makan dan soal perdebatan di rumah makan tetapi melakukan penjemputan paksa dan tindakan main hakim sendiri," ujarnya.
Kedua, menurut dia, tempat kejadian perkara di warung makan, dalam penanganan peristiwa yang berkaitan dengan tindak pidana umum maupun tindak pidana tertentu diatur dalam undang-undang yang diberikan wewenang adalah kepolisian.
Baca juga: Ketua DPD berharap atlet lain terpacu keberhasilan Lifter Windy
Senator asal Papua Barat itu menegaskan bahwa pihaknya sudah sering mengingatkan Panglima TNI maupun Kapolri untuk menghentikan kekerasan dan segala tindakan yang tidak sesuai dengan perikemanusiaan terhadap warga Papua.
Karena itu, dia berharap penanganan persoalan di Papua selalu mengedepankan dialog damai dan penerapan 4 pilar kebangsaan sehingga kehidupan rakyat di Papua dapat harmonis dalam bingkai NKRI.
"Sebagus apa pun kebijakan pemerintah yang diberikan kepada Papua, tetapi sepanjang cara pandang pemerintah, TNI, dan Polri terhadap orang Papua semacam itu, tentu akan mencederai kebijakan-kebijakan yang dibuat Presiden Joko Widodo dan jajarannya di tanah Papua," katanya.
Karena itu, Filep berharap institusi TNI maupun Polri di Papua tidak kembali melakukan tindakan-tindakan rasis dan tidak berperikemanusiaan kepada orang asli Papua.
Baca juga: La Nyalla minta kepala daerah evaluasi penanganan COVID-19
Sebelumnya, Markas Besar TNI Angkatan Udara menyatakan penyesalan dan permohonan maaf atas tindakan oknum prajuritnya yang menginjak kepala warga di sebuah warung makan, di Merauke, Senin (26/7), yang viral di media sosial.
"Menyikapi insiden salah paham antara oknum dua anggota Pomau Lanud J.A Dimara, Merauke dan warga di sebuah warung di Merauke, TNI AU menyatakan penyesalan dan permohonan maaf," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsma TNI Indan Gilang B dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Selasa (27/7).
Menurut Indan, insiden yang diawali keributan seorang warga yang diduga mabuk dengan pemilik warung dan melibatkan dua anggota Pomau yang bermaksud melerai, dan saat ini dalam penanganan petugas Lanud J.A Dimara Merauke.
Dia menjelaskan, kedua oknum anggota Pomau Lanud Merauke tersebut sudah ditahan dan dalam pengawasan Komandan Lanud J.A Dimara Merauke. Menurut dia, proses penyidikan sedang dilakukan oleh Pomau Lanud Merauke.
"Saya mendesak TNI AU maupun tim penyidik menelusuri secara mendalam dalam upaya penegakan hukum yang adil dan bermartabat," kata Filep saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.
Hal itu dikatakannya terkait tindakan dua oknum TNI AU yang melakukan tindak kekerasan terhadap seorang warga sipil di Merauke, Papua, Senin (26/7). Peristiwa yang terjadi di warung makan tersebut terekam dalam sebuah video dan viral di media sosial.
Filep mengutuk keras tindakan oknum TNI AU tersebut karena tidak berperikemanusiaan dan membuktikan masih ada oknum anggota TNI maupun aparat keamanan di Papua belum memahami tentang wawasan kebangsaan dan berkehidupan dengan pemahaman empat pilar kebangsaan yang ditorehkan para pendiri negara.
Baca juga: Ketua DPD RI minta masyarakat tetap ikuti aturan perpanjangan PPKM
Dia khawatir apabila persoalan tersebut tidak diselesaikan dengan adil dan bermartabat akan menambah ketidakpercayaan rakyat terhadap komitmen pemerintah dan negara dalam penanganan persoalan di Papua secara damai dan bijaksana.
"Saya meminta adanya proses penegakan hukum segera dengan keputusan hukum yang adil tanpa tebang pilih. Setiap pelaku pelanggar hukum harus ditindak dengan tegas agar dapat memberikan efek jera," katanya.
Filep mengkritisi beberapa hal ganjil yang terjadi pada peristiwa tersebut. Pertama, bagaimana mungkin dua oknum anggota TNI AU dengan status sebagai Provos menjemput korban di rumah makan.
"Hal ini tidak masuk dalam logika mana pun. Sebagai seorang politikus dan akademisi, saya menilai hal ini tidak masuk akal, apa sesungguhnya tugas dan fungsi Provos jika hanya kasus soal makan dan soal perdebatan di rumah makan tetapi melakukan penjemputan paksa dan tindakan main hakim sendiri," ujarnya.
Kedua, menurut dia, tempat kejadian perkara di warung makan, dalam penanganan peristiwa yang berkaitan dengan tindak pidana umum maupun tindak pidana tertentu diatur dalam undang-undang yang diberikan wewenang adalah kepolisian.
Baca juga: Ketua DPD berharap atlet lain terpacu keberhasilan Lifter Windy
Senator asal Papua Barat itu menegaskan bahwa pihaknya sudah sering mengingatkan Panglima TNI maupun Kapolri untuk menghentikan kekerasan dan segala tindakan yang tidak sesuai dengan perikemanusiaan terhadap warga Papua.
Karena itu, dia berharap penanganan persoalan di Papua selalu mengedepankan dialog damai dan penerapan 4 pilar kebangsaan sehingga kehidupan rakyat di Papua dapat harmonis dalam bingkai NKRI.
"Sebagus apa pun kebijakan pemerintah yang diberikan kepada Papua, tetapi sepanjang cara pandang pemerintah, TNI, dan Polri terhadap orang Papua semacam itu, tentu akan mencederai kebijakan-kebijakan yang dibuat Presiden Joko Widodo dan jajarannya di tanah Papua," katanya.
Karena itu, Filep berharap institusi TNI maupun Polri di Papua tidak kembali melakukan tindakan-tindakan rasis dan tidak berperikemanusiaan kepada orang asli Papua.
Baca juga: La Nyalla minta kepala daerah evaluasi penanganan COVID-19
Sebelumnya, Markas Besar TNI Angkatan Udara menyatakan penyesalan dan permohonan maaf atas tindakan oknum prajuritnya yang menginjak kepala warga di sebuah warung makan, di Merauke, Senin (26/7), yang viral di media sosial.
"Menyikapi insiden salah paham antara oknum dua anggota Pomau Lanud J.A Dimara, Merauke dan warga di sebuah warung di Merauke, TNI AU menyatakan penyesalan dan permohonan maaf," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsma TNI Indan Gilang B dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Selasa (27/7).
Menurut Indan, insiden yang diawali keributan seorang warga yang diduga mabuk dengan pemilik warung dan melibatkan dua anggota Pomau yang bermaksud melerai, dan saat ini dalam penanganan petugas Lanud J.A Dimara Merauke.
Dia menjelaskan, kedua oknum anggota Pomau Lanud Merauke tersebut sudah ditahan dan dalam pengawasan Komandan Lanud J.A Dimara Merauke. Menurut dia, proses penyidikan sedang dilakukan oleh Pomau Lanud Merauke.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment