Jakarta (ANTARA) - Ketua Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) Zaini Alif menjelaskan bahwa nilai-nilai Pancasila dapat dikenalkan kepada anak-anak melalui permainan.
“Ketika kita ingin mengenalkan konten nilai-nilai persatuan, nilai-nilai sosial, dan sebagainya (kepada anak), kita bisa menggunakan permainan,” kata Zaini Alif di seminar dalam jaringan (daring) bertema Pengenalan Pancamain Indonesia, Selasa.
Dia menjelaskan bahwa pengajar dapat memberi narasi kepada anak didik mereka berupa kisah-kisah dan latar belakang suatu permainan dan menceritakan nilai-nilai Pancasila di dalamnya. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan imajinasi para peserta didik sebelum memulai permainan.
“Contohnya, injit-injit semut ini belajar tentang nilai empati,” tutur Zaini. Dosen Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung tersebut memaparkan bahwa nilai empati akan didapat oleh pemain ketika cubitan yang ia berikan kepada seseorang di sebelahnya kembali pada dirinya.
Baca juga: BPIP perkenalkan Pancamain kepada tenaga pengajar seluruh Indonesia
“Mereka akan merasakan kerasnya cubitan dan belajar untuk tidak mencubit seperti itu,” ucap Zaini melanjutkan.
Pemaparan nilai-nilai Pancasila melalui narasi merupakan bagian pertama yang mendorong terbentuknya Pancamain, ungkap Zaini.
Bagian kedua adalah pengalaman, yang mana para peserta didik akan bersentuhan secara langsung untuk mengalami dan meresapi nilai-nilai yang berusaha disampaikan melalui permainan.
Para pengajar dapat membantu peserta didik untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila melalui aksi-aksi interaktif ketika melakoni permainan tersebut.
“Pengalaman-pengalaman ini yang akan kita bawa ke Pancamain, sehingga anak-anak akan mempelajarinya dengan penuh kesadaran,” tuturnya.
Baca juga: BPIP tanamkan nilai-nilai Pancasila melalui Pancamain
Bagian ketiga yang mendorong terbentuknya Pancamain adalah keberlangsungan. Pada bagian ini, kelompok-kelompok pengajar akan dibina dalam pengembangan Pancamain sebagai media pendidikan Pancasila di sekolah.
Bagian keberlangsungan mengacu pada Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Dalam UU tersebut diatur mengenai perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan, yang kemudian digunakan sebagai struktur dari Pancamain.
Oleh karena itu, selain memberi binaan untuk mengembangkan, struktur Pancamain juga mencakup perlindungan data-data permainan, tata cara pengembangan permainan, lalu pemanfaatan Pancamain dalam pendidikan.
Ketiga bagian tersebut menyokong Pancamain untuk mengenalkan nilai-nilai Pancasila kepada anak-anak, jelas Zaini.
Baca juga: BPIP-Komite Olahraga Tradisional kenalkan Pancasila melalui permainan
“Ketika kita ingin mengenalkan konten nilai-nilai persatuan, nilai-nilai sosial, dan sebagainya (kepada anak), kita bisa menggunakan permainan,” kata Zaini Alif di seminar dalam jaringan (daring) bertema Pengenalan Pancamain Indonesia, Selasa.
Dia menjelaskan bahwa pengajar dapat memberi narasi kepada anak didik mereka berupa kisah-kisah dan latar belakang suatu permainan dan menceritakan nilai-nilai Pancasila di dalamnya. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan imajinasi para peserta didik sebelum memulai permainan.
“Contohnya, injit-injit semut ini belajar tentang nilai empati,” tutur Zaini. Dosen Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung tersebut memaparkan bahwa nilai empati akan didapat oleh pemain ketika cubitan yang ia berikan kepada seseorang di sebelahnya kembali pada dirinya.
Baca juga: BPIP perkenalkan Pancamain kepada tenaga pengajar seluruh Indonesia
“Mereka akan merasakan kerasnya cubitan dan belajar untuk tidak mencubit seperti itu,” ucap Zaini melanjutkan.
Pemaparan nilai-nilai Pancasila melalui narasi merupakan bagian pertama yang mendorong terbentuknya Pancamain, ungkap Zaini.
Bagian kedua adalah pengalaman, yang mana para peserta didik akan bersentuhan secara langsung untuk mengalami dan meresapi nilai-nilai yang berusaha disampaikan melalui permainan.
Para pengajar dapat membantu peserta didik untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila melalui aksi-aksi interaktif ketika melakoni permainan tersebut.
“Pengalaman-pengalaman ini yang akan kita bawa ke Pancamain, sehingga anak-anak akan mempelajarinya dengan penuh kesadaran,” tuturnya.
Baca juga: BPIP tanamkan nilai-nilai Pancasila melalui Pancamain
Bagian ketiga yang mendorong terbentuknya Pancamain adalah keberlangsungan. Pada bagian ini, kelompok-kelompok pengajar akan dibina dalam pengembangan Pancamain sebagai media pendidikan Pancasila di sekolah.
Bagian keberlangsungan mengacu pada Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Dalam UU tersebut diatur mengenai perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan, yang kemudian digunakan sebagai struktur dari Pancamain.
Oleh karena itu, selain memberi binaan untuk mengembangkan, struktur Pancamain juga mencakup perlindungan data-data permainan, tata cara pengembangan permainan, lalu pemanfaatan Pancamain dalam pendidikan.
Ketiga bagian tersebut menyokong Pancamain untuk mengenalkan nilai-nilai Pancasila kepada anak-anak, jelas Zaini.
Baca juga: BPIP-Komite Olahraga Tradisional kenalkan Pancasila melalui permainan
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Joko Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment