Jakarta (ANTARA) - Keberhasilan prajurit TNI AU memulangkan atau mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Afghanistan patut menjadi contoh bagi anggota TNI lainnya, kata Kepala Staf TNI AU (Kasau) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, di Jakarta, Sabtu.
Ia menyampaikan prajurit TNI AU yang terlibat dalam proses evakuasi WNI di Afghanistan telah menunjukkan kerja profesional, meskipun waktu persiapannya cukup cepat.
“Saya sangat bangga kepada kalian semua, karena dengan persiapan yang begitu cepat kalian mampu menunjukkan profesionalisme. Ini merupakan kebanggaan bagi seorang prajurit yang sukses melaksanakan tugas operasi dan kembali dalam keadaan selamat,” kata Marsekal TNI Fadjar Prasetyo di Apron/Pelataran Lanud Halim Perdanakusuma sebagaimana dikutip dari keterangan tertulisnya.
Ia berharap kerja profesional itu dapat dicontoh oleh anggota TNI AU lainnya.
Baca juga: Menlu: Membawa WNA dalam misi evakuasi adalah kewajiban kemanusiaan
“Meskipun dalam situasi yang tidak menentu, kalian dapat melaksanakan tugas operasi dengan sangat baik. Ini bisa jadi contoh bagi prajurit lainnya,” katanya.
Operasi kemanusiaan evakuasi 26 WNI beserta lima warga negara Filipina dan dua warga negara Afghanistan dari Bandara Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, menggunakan pesawat militer TNI AU Boeing 737 seri 400 Skadron Udara 17 Lanud Halim Perdanakusuma. Pesawat evakuasi itu terbang dengan sinyal/tanda “Kencana Zero Four”.
Sementara itu, prajurit TNI AU yang terlibat dalam evakuasi tersebut, yaitu Satbravo-90 Paskhas.
Pesawat yang mengangkut para WNI di Afghanistan itu diterbangkan oleh Letkol Pnb Ludwig Bayu dan Mayor Pnb Mulyo. Enam awak pesawat lainnya yang bertugas, yaitu Kapten Pnb Sang Made K Y, Lettu Pnb R P Pratama A, Lettu Pnb Andhika, Letda Tek Suparno, Letda Tek Yusuf Affandi, Letda Andromeda, Serka Priyan Wahyu, Serka Riyan Agieta, Serka Budi R, dan Pratu Yulio A.
Sementara itu, enam anggota Satbravo-90 Paskhas yang terlibat dalam evakuasi, yaitu Kapten Pas Galih Pinto Nugroho, Serda Trenggono, Serda Yudi Aji Widagdo, Kopda Umar Haris, Praka Aidil Artawijaya, dan Praka Ilham Dwi Laksana.
Baca juga: Legislatif : Misi pemulangan WNI dari Afghanistan berkat kerja keras
Tim evakuasi secara keseluruhan terdiri atas prajurit TNI, anggota Badan Intelijen Negara (BIN), dan Kementerian Luar Negeri RI.
Pemerintah memutuskan menggunakan pesawat militer untuk memulangkan puluhan WNI di Afghanistan demi memastikan keamanan dan keselamatan WNI, kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat jumpa pers di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu.
Pesawat TNI Angkatan Udara itu berangkat dari Bandara Halim Perdana Kusuma pada 18 Agustus 2021, sekitar pukul 06.00. Namun, izin pendaratan di Bandara Hamid Karzai, Kabul baru diberikan oleh otoritas setempat pada 20 Agustus 2021. Proses evakuasi berlangsung selama dua jam, lebih lama dari rencana awal selama 30 menit.
Rute yang ditempuh pesawat untuk mencapai Kabul, yaitu Jakarta, Aceh, Kolombo di Sri Lanka, Karachi di Pakistan, dan Islamabad di Afghanistan.
Baca juga: Menlu diminta lanjutkan lobi internasional demi perdamaian Afghanistan
Di Islamabad, tim evakuasi menunggu izin mendarat di Bandara Hamid Karzai, Kabul, dari otoritas setempat.
Kemudian saat lepas landas dari Bandara Hamid Karzai, pesawat kembali mendarat di Islamabad untuk pengisian bahan bakar sebelum pulang ke Tanah Air menggunakan rute yang sama, yaitu Karachi, Kolombo, Aceh, dan Jakarta.
Ia menyampaikan prajurit TNI AU yang terlibat dalam proses evakuasi WNI di Afghanistan telah menunjukkan kerja profesional, meskipun waktu persiapannya cukup cepat.
“Saya sangat bangga kepada kalian semua, karena dengan persiapan yang begitu cepat kalian mampu menunjukkan profesionalisme. Ini merupakan kebanggaan bagi seorang prajurit yang sukses melaksanakan tugas operasi dan kembali dalam keadaan selamat,” kata Marsekal TNI Fadjar Prasetyo di Apron/Pelataran Lanud Halim Perdanakusuma sebagaimana dikutip dari keterangan tertulisnya.
Ia berharap kerja profesional itu dapat dicontoh oleh anggota TNI AU lainnya.
Baca juga: Menlu: Membawa WNA dalam misi evakuasi adalah kewajiban kemanusiaan
“Meskipun dalam situasi yang tidak menentu, kalian dapat melaksanakan tugas operasi dengan sangat baik. Ini bisa jadi contoh bagi prajurit lainnya,” katanya.
Operasi kemanusiaan evakuasi 26 WNI beserta lima warga negara Filipina dan dua warga negara Afghanistan dari Bandara Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, menggunakan pesawat militer TNI AU Boeing 737 seri 400 Skadron Udara 17 Lanud Halim Perdanakusuma. Pesawat evakuasi itu terbang dengan sinyal/tanda “Kencana Zero Four”.
Sementara itu, prajurit TNI AU yang terlibat dalam evakuasi tersebut, yaitu Satbravo-90 Paskhas.
Pesawat yang mengangkut para WNI di Afghanistan itu diterbangkan oleh Letkol Pnb Ludwig Bayu dan Mayor Pnb Mulyo. Enam awak pesawat lainnya yang bertugas, yaitu Kapten Pnb Sang Made K Y, Lettu Pnb R P Pratama A, Lettu Pnb Andhika, Letda Tek Suparno, Letda Tek Yusuf Affandi, Letda Andromeda, Serka Priyan Wahyu, Serka Riyan Agieta, Serka Budi R, dan Pratu Yulio A.
Sementara itu, enam anggota Satbravo-90 Paskhas yang terlibat dalam evakuasi, yaitu Kapten Pas Galih Pinto Nugroho, Serda Trenggono, Serda Yudi Aji Widagdo, Kopda Umar Haris, Praka Aidil Artawijaya, dan Praka Ilham Dwi Laksana.
Baca juga: Legislatif : Misi pemulangan WNI dari Afghanistan berkat kerja keras
Tim evakuasi secara keseluruhan terdiri atas prajurit TNI, anggota Badan Intelijen Negara (BIN), dan Kementerian Luar Negeri RI.
Pemerintah memutuskan menggunakan pesawat militer untuk memulangkan puluhan WNI di Afghanistan demi memastikan keamanan dan keselamatan WNI, kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat jumpa pers di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu.
Pesawat TNI Angkatan Udara itu berangkat dari Bandara Halim Perdana Kusuma pada 18 Agustus 2021, sekitar pukul 06.00. Namun, izin pendaratan di Bandara Hamid Karzai, Kabul baru diberikan oleh otoritas setempat pada 20 Agustus 2021. Proses evakuasi berlangsung selama dua jam, lebih lama dari rencana awal selama 30 menit.
Rute yang ditempuh pesawat untuk mencapai Kabul, yaitu Jakarta, Aceh, Kolombo di Sri Lanka, Karachi di Pakistan, dan Islamabad di Afghanistan.
Baca juga: Menlu diminta lanjutkan lobi internasional demi perdamaian Afghanistan
Di Islamabad, tim evakuasi menunggu izin mendarat di Bandara Hamid Karzai, Kabul, dari otoritas setempat.
Kemudian saat lepas landas dari Bandara Hamid Karzai, pesawat kembali mendarat di Islamabad untuk pengisian bahan bakar sebelum pulang ke Tanah Air menggunakan rute yang sama, yaitu Karachi, Kolombo, Aceh, dan Jakarta.
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment