Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) Moch Bukhori Muslim menyatakan bahwa sila-sila dalam Pancasila tidak bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam.
“Antara sila pertama hingga sila kelima (mengandung, red) nilai-nilai Islam yang menyambung seperti rantai, tidak terpisahkan,” kata Bukhori dalam seminar nasional bertajuk Penguatan Nilai-Nilai Pancasila Kepada Da’i Nahdlatul Ulama yang diselenggarakan secara daring, Kamis.
Baca juga: Menag: Nilai-nilai Pancasila sebagai kunci moderasi beragama
Bukhori menyatakan hal tersebut guna menepis perdebatan yang tengah berlangsung di publik terkait Pancasila yang dianggap tidak selaras dengan ajaran agama Islam. Bahkan, terdapat dialog-dialog yang menuntut agar Pancasila digantikan.
Sebagai langkah untuk mempertegas pernyataannya, ia memberikan pemaparan tentang keterkaitan nilai-nilai ajaran Islam dalam sila-sila Pancasila.
Sila pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, menggambarkan orang-orang Indonesia yang harus mengenal dan membangun relasi yang baik dengan Tuhan. Relasi tersebut memungkinkan seseorang untuk memahami sifat-sifat Tuhan, seperti sifat penyayang maupun pengasih.
“Kalau pakai dalil para kyai, pasti sudah pada paham. Kita menyantuni sifat-sifat Tuhan untuk kita tiru,” tuturnya menjelaskan.
Kemudian, manifestasi dari sifat-sifat ketuhanan yang terbangun pada seseorang adalah terbentuknya rasa kemanusiaan yang adil dan beradab. Poin ini sesuai dengan sila kedua dari Pancasila.
“Tapi tidak cukup orang berkeadilan, harus diwujudkan juga dengan persatuan,” ucapnya seraya memberi paparan terkait sila ketiga.
Baca juga: Azyumardi Azra sebut Indonesia perlu kepemimpinan berbasis Pancasila
Menurut Bukhori, manusia dapat bersatu dengan erat dan harmonis ketika masing-masing individu berperilaku dengan adil dan beradab. Tanpa mengusik hak orang lain, dan dengan santun mengimplementasikan sifat-sifat ketuhanan, dalam hal ini penyayang dan pengasih, ke lingkungan di sekitarnya.
“Sehingga setelah bersatu dan kompak, kita akan bermusyawarah dengan kekeluargaan,” tutur Sekretaris Lembaga Dakwah PBNU ini melanjutkan.
Ia meyakini bahwa individu dengan semangat persatuan dan sifat keadilan akan bermusyawarah untuk menentukan cara-cara dan strategi-strategi terbaik guna merealisasikan cita-cita bersama.
Ketika seluruhnya tercapai, kata Bukhori, maka akan tercipta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Itu semua nyambung dengan ajaran Islam, mana yang bertentangan?” ucapnya.
Selain memberi pemaparan mengenai nilai-nilai ajaran Islam yang terkandung di dalam Pancasila, Bukhori juga menyatakan bahwa nilai-nilai Islam juga diterapkan oleh pemerintah Indonesia dalam ketatanegaraan.
Penerapan tersebut dapat dibuktikan dengan berbagai undang-undang (UU) yang berlaku di Indonesia, yakni UU Perkawinan, UU Peradilan Agama, UU Perbankan Syariah, UU Pengelolaan Zakat, UU Partai Islam, UU Pesantren, dan lain-lain.
“Minimal ada 14 UU yang terkait dengan Islam,” tutur Bukhori.
Oleh karena itu, bagi Bukhori, baik dari segi Pancasila maupun tata negara secara keseluruhan, Indonesia telah selaras dengan nilai-nilai ajaran Islam.
“Tatanan kita sudah clear, makanya nggak perlu diperdebatkan,” ucapnya.
Baca juga: Khatib Aam PBNU sebut Pancasila menggarisbawahi sendi-sendi Islam
Baca juga: PBNU imbau pengurus makmurkan masjid untuk tanggulangi COVID-19
“Antara sila pertama hingga sila kelima (mengandung, red) nilai-nilai Islam yang menyambung seperti rantai, tidak terpisahkan,” kata Bukhori dalam seminar nasional bertajuk Penguatan Nilai-Nilai Pancasila Kepada Da’i Nahdlatul Ulama yang diselenggarakan secara daring, Kamis.
Baca juga: Menag: Nilai-nilai Pancasila sebagai kunci moderasi beragama
Bukhori menyatakan hal tersebut guna menepis perdebatan yang tengah berlangsung di publik terkait Pancasila yang dianggap tidak selaras dengan ajaran agama Islam. Bahkan, terdapat dialog-dialog yang menuntut agar Pancasila digantikan.
Sebagai langkah untuk mempertegas pernyataannya, ia memberikan pemaparan tentang keterkaitan nilai-nilai ajaran Islam dalam sila-sila Pancasila.
Sila pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, menggambarkan orang-orang Indonesia yang harus mengenal dan membangun relasi yang baik dengan Tuhan. Relasi tersebut memungkinkan seseorang untuk memahami sifat-sifat Tuhan, seperti sifat penyayang maupun pengasih.
“Kalau pakai dalil para kyai, pasti sudah pada paham. Kita menyantuni sifat-sifat Tuhan untuk kita tiru,” tuturnya menjelaskan.
Kemudian, manifestasi dari sifat-sifat ketuhanan yang terbangun pada seseorang adalah terbentuknya rasa kemanusiaan yang adil dan beradab. Poin ini sesuai dengan sila kedua dari Pancasila.
“Tapi tidak cukup orang berkeadilan, harus diwujudkan juga dengan persatuan,” ucapnya seraya memberi paparan terkait sila ketiga.
Baca juga: Azyumardi Azra sebut Indonesia perlu kepemimpinan berbasis Pancasila
Menurut Bukhori, manusia dapat bersatu dengan erat dan harmonis ketika masing-masing individu berperilaku dengan adil dan beradab. Tanpa mengusik hak orang lain, dan dengan santun mengimplementasikan sifat-sifat ketuhanan, dalam hal ini penyayang dan pengasih, ke lingkungan di sekitarnya.
“Sehingga setelah bersatu dan kompak, kita akan bermusyawarah dengan kekeluargaan,” tutur Sekretaris Lembaga Dakwah PBNU ini melanjutkan.
Ia meyakini bahwa individu dengan semangat persatuan dan sifat keadilan akan bermusyawarah untuk menentukan cara-cara dan strategi-strategi terbaik guna merealisasikan cita-cita bersama.
Ketika seluruhnya tercapai, kata Bukhori, maka akan tercipta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Itu semua nyambung dengan ajaran Islam, mana yang bertentangan?” ucapnya.
Selain memberi pemaparan mengenai nilai-nilai ajaran Islam yang terkandung di dalam Pancasila, Bukhori juga menyatakan bahwa nilai-nilai Islam juga diterapkan oleh pemerintah Indonesia dalam ketatanegaraan.
Penerapan tersebut dapat dibuktikan dengan berbagai undang-undang (UU) yang berlaku di Indonesia, yakni UU Perkawinan, UU Peradilan Agama, UU Perbankan Syariah, UU Pengelolaan Zakat, UU Partai Islam, UU Pesantren, dan lain-lain.
“Minimal ada 14 UU yang terkait dengan Islam,” tutur Bukhori.
Oleh karena itu, bagi Bukhori, baik dari segi Pancasila maupun tata negara secara keseluruhan, Indonesia telah selaras dengan nilai-nilai ajaran Islam.
“Tatanan kita sudah clear, makanya nggak perlu diperdebatkan,” ucapnya.
Baca juga: Khatib Aam PBNU sebut Pancasila menggarisbawahi sendi-sendi Islam
Baca juga: PBNU imbau pengurus makmurkan masjid untuk tanggulangi COVID-19
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Nurul Hayat
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment