Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menilai sosok Sabam Sirait tidak hanya sekadar menjadi tokoh senior di PDI Perjuangan, melainkan juga telah menjadi tokoh senior dan guru politik bagi bangsa Indonesia.
"Sabam mampu berpolitik bersama tujuh presiden Indonesia, mulai Presiden pertama RI Soekarno hingga Presiden ketujuh RI Joko Widodo. Itu menunjukkan sosok Sabam Sirait merupakan pelintas batas waktu politk Indonesia," kata Bambang Soesatyo dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Hal itu dikatakan Bamsoet usai melayat ke rumah duka mendiang Sabam Sirait didampingi Putranya Maruarar Sirait dan Komjen Pol (Purn) Nanan Soekarna di kawasan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Kamis.
Bamsoet mengatakan politisi lain boleh datang dan pergi, namun Sabam Sirait tidak seperti itu, keberadaannya di tujuh kepemimpinan presiden membuktikan bahwa kiprah politiknya tidak lekang oleh waktu.
Baca juga: Politisi senior Sabam Sirait meninggal dunia
Dia menjelaskan Sabam yang lahir di Pulau Simardan, Tanjungbalai, Sumatera Utara pada13 Oktober 1936, merupakan penerima Bintang Mahaputra Utama karena berbagai pengabdian yang pernah dilakukan.
Pengabdian Sabam tersebut antara lain sebagai anggota DPR Gotong Royong (DPR-GR) periode 1967-1973, anggota DPR RI periode 1973-1982, anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (DPA-RI) periode 1983-1993, anggota DPR RI periode 1992-2009, anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) periode 2019-sekarang.
"Di kepartaian, Sabam Sirait pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 1963-1967, Sekjen Parkindo 1967-1973, dan merupakan penandatangan deklarasi pembentukan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), 10 Januari 1973," katanya.
Baca juga: Teras Narang: Konsistensi dan kematangan nalar Sabam Sirait luar biasa
Sabam juga pernah menjadi Sekjen PDI tiga periode yaitu 1973-1976, 1976-1981, dan 1981-1986. Sabam juga turut mendirikan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pada September 1998 dan menjadi anggota Dewan Pertimbangan Pusat PDI-P 1988-2008.
Bamsoet mengatakan Sabam tidak hanya aktif memperjuangkan tegaknya demokrasi dan kemanusiaan di dalam negeri namun juga aktif memperjuangkan hal serupa di dunia internasional yaitu dengan sikapnya mendukung kemerdekaan negara Palestina.
"Saya termasuk pengagum keteguhan prinsip berpolitik yang diajarkan Pak Sabam," ujarnya.
Menurut dia, para pemuda yang ingin dan sedang terjuan di dunia politik, harus terlebih dahulu membaca biografi dan mempelajari perjalanan hidup Sabam sehingga tidak menjadi politisi pragmatis ataupun politisi "musiman".
Baca juga: Presiden melayat ke rumah duka mendiang Sabam Sirait
"Sabam mampu berpolitik bersama tujuh presiden Indonesia, mulai Presiden pertama RI Soekarno hingga Presiden ketujuh RI Joko Widodo. Itu menunjukkan sosok Sabam Sirait merupakan pelintas batas waktu politk Indonesia," kata Bambang Soesatyo dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Hal itu dikatakan Bamsoet usai melayat ke rumah duka mendiang Sabam Sirait didampingi Putranya Maruarar Sirait dan Komjen Pol (Purn) Nanan Soekarna di kawasan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Kamis.
Bamsoet mengatakan politisi lain boleh datang dan pergi, namun Sabam Sirait tidak seperti itu, keberadaannya di tujuh kepemimpinan presiden membuktikan bahwa kiprah politiknya tidak lekang oleh waktu.
Baca juga: Politisi senior Sabam Sirait meninggal dunia
Dia menjelaskan Sabam yang lahir di Pulau Simardan, Tanjungbalai, Sumatera Utara pada13 Oktober 1936, merupakan penerima Bintang Mahaputra Utama karena berbagai pengabdian yang pernah dilakukan.
Pengabdian Sabam tersebut antara lain sebagai anggota DPR Gotong Royong (DPR-GR) periode 1967-1973, anggota DPR RI periode 1973-1982, anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (DPA-RI) periode 1983-1993, anggota DPR RI periode 1992-2009, anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) periode 2019-sekarang.
"Di kepartaian, Sabam Sirait pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 1963-1967, Sekjen Parkindo 1967-1973, dan merupakan penandatangan deklarasi pembentukan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), 10 Januari 1973," katanya.
Baca juga: Teras Narang: Konsistensi dan kematangan nalar Sabam Sirait luar biasa
Sabam juga pernah menjadi Sekjen PDI tiga periode yaitu 1973-1976, 1976-1981, dan 1981-1986. Sabam juga turut mendirikan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pada September 1998 dan menjadi anggota Dewan Pertimbangan Pusat PDI-P 1988-2008.
Bamsoet mengatakan Sabam tidak hanya aktif memperjuangkan tegaknya demokrasi dan kemanusiaan di dalam negeri namun juga aktif memperjuangkan hal serupa di dunia internasional yaitu dengan sikapnya mendukung kemerdekaan negara Palestina.
"Saya termasuk pengagum keteguhan prinsip berpolitik yang diajarkan Pak Sabam," ujarnya.
Menurut dia, para pemuda yang ingin dan sedang terjuan di dunia politik, harus terlebih dahulu membaca biografi dan mempelajari perjalanan hidup Sabam sehingga tidak menjadi politisi pragmatis ataupun politisi "musiman".
Baca juga: Presiden melayat ke rumah duka mendiang Sabam Sirait
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Joko Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment