Tugas orangtua dan guru memberikan ‘pupuk’ yang pas agar tanahnya subur dan anak bisa tumbuh di dalam tanah yang subur itu
Jakarta (ANTARA) - Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Richardus Eko Indrajit mengatakan orangtua di rumah dan pendidik di sekolah perlu membuka ruang komunikasi yang baik untuk mendukung anak menemukan kekuatan atau potensi dari dalam (inner strength).“Ketika komunikasi itu terjadi, anak-anak merasa disayang oleh orangtua dan guru-gurunya, dan inner strength-nya pasti akan keluar, terutama kalau yang dia lakukan adalah yang dia sukai,” kata Eko saat diskusi panel virtual "Biskuat #GenerasiTiger" pada Senin.
Menurut Eko, situasi pandemi juga membuka kesempatan para guru untuk mendiskusikan model pembelajaran yang tepat bersama dengan orangtua dan anak-anak.
Baca juga: Edukasi lewat "minigames" digital dorong pendidikan anak berkualitas
Selain sebagai pengajar, Eko juga merasakan bagaimana tantangan menjadi orangtua. Menurutnya, masa pandemi yang telah berlangsung dua tahun belakangan justru membuka jalan kepada anak-anaknya untuk berkembang dan menemukan inner strength.
“Segitiga komunikasi antara orangtua, guru, dan anak-anak itu adalah penting karena pendidikan dimulai dari rumah. Kalau di rumahnya sudah bahagia, masuk ke sekolah dia juga akan bahagia,” ujar Eko yang juga Ketua PGRI Smart Learning and Character Center.
Ia menekankan bahwa pendidikan yang baik untuk anak-anak bermula dari lingkungan keluarga, baru kemudian didukung oleh tenaga pendidik di sekolah.
“Saya punya empat anak yang memiliki hubungan darah dan emosional dengan saya dan istri saya, itu saja sulit bagi untuk bisa mendidik dengan kesabaran hati dan segala bentuk tantangannya. Bayangkan seorang guru, di satu kelas bertemu 30 anak yang tidak memiliki hubungan darah dan hubungan emosionalnya baru saja terjadi saat baru masuk, Anda harapkan mereka bisa mendidik sebagaimana orangtuanya tentu saja guru akan mengalami kesulitan,” terang Eko.
Oleh sebab itu, kata Eko, guru juga perlu mendapat dukungan penuh dari orangtua dan orangtua tidak boleh angkat tangan terhadap tanggungjawab pendidikan anak-anak.
Baca juga: Keluarga jadi kunci pendidikan karakter anak "down syndrome"
“Tugas orangtua dan guru memberikan ‘pupuk’ yang pas agar tanahnya subur dan anak bisa tumbuh di dalam tanah yang subur itu,” tuturnya.
Senada dengan Eko, Psikolog Anak dan Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Kak Seto Mulyadi mengatakan orangtua memiliki peran penting untuk memberi dorongan di dalam proses tumbuh kembang anak sehingga rasa percaya dirinya dapat terpupuk dengan baik dan inner strength juga dapat terbentuk.
“Kalau saya mengumpamakan anak-anak adalah aneka warna bunga di taman sari keluarga. Mereka hanya akan merekah dengan segala keelokannya kalau ditanam di tanah yang subur, yang diberi pupuk, disiram dengan penuh kasih sayang, dilindungi dari terpaan angin atau badai, dan sebagainya,” katanya.
Ia menekankan orangtua harus mampu menjadi orangtua yang ramah anak dan selalu mengapresiasi apa pun potensi sang anak. Anak-anak harus diperlakukan sebagai subjek dan bukan objek semata, serta tidak perlu membanding-bandingkan dirinya dengan anak-anak lain sehingga di masa depan mereka akan lebih cemerlang.
“Semua anak itu unggul, hebat, dan cemerlang. Sama saja kita tidak bisa membandingkan siapa yang lebih hebat antara Einstein, Pablo Picasso, Mozart, Bethoven, Ronaldo, atau Michael Jackson, semuanya hebat pada bidangnya masing-masing,” ujar kak Seto.
Baca juga: Menteri PPPA: Pendidikan karakter anak wujudkan SDM berkualitas
Baca juga: Stigma keluarga terhadap anak penyandang disabilitas hambat pendidikan
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment