Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyuarakan pentingnya skema berbagi dosis (dose-sharing) untuk mengatasi ketimpangan distribusi vaksin COVID-19 antara negara berpenghasilan tinggi dan negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Merujuk pada penelitian yang dilaporkan oleh The Economist, Retno memaparkan bahwa tanpa redistribusi surplus vaksin dari negara maju, sebanyak 1,8 juta jiwa dapat melayang.
“Untuk itu ke depannya dose-sharing akan menjadi semakin penting,” kata Retno saat menyampaikan keterangan pers secara virtual tentang kedatangan sumbangan vaksin AstraZeneca dari Prancis, Jumat.
Dalam pertemuannya dengan para menteri kesehatan negara G20 pada 5 September lalu, direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengharapkan komitmen dose-sharing segera dipenuhi selambatnya akhir bulan ini.
“COVAX pun baru saja mengeluarkan pernyataan serupa. Dose-sharing diharapkan dapat dilakukan dalam skala lebih besar,” tutur Retno, merujuk pada mekanisme berbagi vaksin global yang dipimpin WHO dan Aliansi Vaksin GAVI.
Lebih lanjut Retno mengungkapkan bahwa target COVAX untuk menyalurkan 2 miliar dosis vaksin pada akhir 2021 menghadapi kendala, termasuk larangan ekspor, kelangkaan pasokan dibandingkan permintaan, dan keterlambatan persetujuan regulasi.
“Berdasarkan perkiraan pasokan terkini, COVAX hanya akan dapat mengirim 1,425 miliar dosis pada 2021, kecuali jika ada tindakan mendesak oleh produsen dan negara maju untuk memprioritaskan COVAX,” ujar Retno.
Perlunya partisipasi negara maju untuk mengatasi kesenjangan pasokan vaksin juga disuarakan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Pada Februari, Presiden Macron meminta mitranya dari G7, G20, dan Uni Eropa untuk berbagi, seperti halnya Prancis, sebagian dosis vaksin yang diterima dengan 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang menjadi bagian dari COVAX AMC.
“Inisiatif Prancis, yang mendukung donasi dosis, telah terbukti menjadi satu-satunya respons jangka pendek yang efektif untuk menyokong pengiriman vaksin di seluruh dunia,” kata Duta Besar Prancis untuk Indonesia Olivier Chambard.
Prancis sendiri telah mengumumkan komitmen berbagi total 3 juta dosis vaksin untuk Indonesia, yang 358.700 dosis di antaranya telah tiba di Indonesia pada Jumat.
Sumbangan vaksin tersebut diberikan melalui Fasilitas COVAX sebagai wujud dukungan Prancis terhadap program vaksinasi nasional di Indonesia, guna memerangi pandemi COVID-19.
“Donasi Prancis untuk COVAX adalah bagian dari upaya global Tim Eropa mendukung mekanisme ini, yang bertujuan untuk memastikan solidaritas vaksin yang nyata. Prancis berdiri bersama Indonesia sebagai mitra strategis untuk melanjutkan perjuangan melawan COVID-19,” tutur Chambard.
Berdasarkan data WHO, sebanyak 5,5 miliar dosis vaksin COVID-19 telah disuntikkan di seluruh dunia, dengan 80 persen di antaranya di negara berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan menengah ke atas.
Sebanyak 90 persen negara berpenghasilan tinggi telah mencapai target vaksinasi WHO untuk 10 persen populasinya hingga akhir bulan ini, dan lebih dari 70 persen kelompok negara tersebut telah mencapai target 40 persen dari populasinya, yang merupakan target vaksinasi WHO hingga akhir tahun ini.
Sementara itu, hingga kini belum ada satu pun negara berpenghasilan rendah yang dapat mencapai target vaksinasi 10 persen populasi.
Baca juga: Menlu: Indonesia "all out" untuk amankan pasokan vaksin
Baca juga: Indonesia dukung mekanisme 'dose-sharing' vaksin COVID-19
Merujuk pada penelitian yang dilaporkan oleh The Economist, Retno memaparkan bahwa tanpa redistribusi surplus vaksin dari negara maju, sebanyak 1,8 juta jiwa dapat melayang.
“Untuk itu ke depannya dose-sharing akan menjadi semakin penting,” kata Retno saat menyampaikan keterangan pers secara virtual tentang kedatangan sumbangan vaksin AstraZeneca dari Prancis, Jumat.
Dalam pertemuannya dengan para menteri kesehatan negara G20 pada 5 September lalu, direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengharapkan komitmen dose-sharing segera dipenuhi selambatnya akhir bulan ini.
“COVAX pun baru saja mengeluarkan pernyataan serupa. Dose-sharing diharapkan dapat dilakukan dalam skala lebih besar,” tutur Retno, merujuk pada mekanisme berbagi vaksin global yang dipimpin WHO dan Aliansi Vaksin GAVI.
Lebih lanjut Retno mengungkapkan bahwa target COVAX untuk menyalurkan 2 miliar dosis vaksin pada akhir 2021 menghadapi kendala, termasuk larangan ekspor, kelangkaan pasokan dibandingkan permintaan, dan keterlambatan persetujuan regulasi.
“Berdasarkan perkiraan pasokan terkini, COVAX hanya akan dapat mengirim 1,425 miliar dosis pada 2021, kecuali jika ada tindakan mendesak oleh produsen dan negara maju untuk memprioritaskan COVAX,” ujar Retno.
Perlunya partisipasi negara maju untuk mengatasi kesenjangan pasokan vaksin juga disuarakan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Pada Februari, Presiden Macron meminta mitranya dari G7, G20, dan Uni Eropa untuk berbagi, seperti halnya Prancis, sebagian dosis vaksin yang diterima dengan 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang menjadi bagian dari COVAX AMC.
“Inisiatif Prancis, yang mendukung donasi dosis, telah terbukti menjadi satu-satunya respons jangka pendek yang efektif untuk menyokong pengiriman vaksin di seluruh dunia,” kata Duta Besar Prancis untuk Indonesia Olivier Chambard.
Prancis sendiri telah mengumumkan komitmen berbagi total 3 juta dosis vaksin untuk Indonesia, yang 358.700 dosis di antaranya telah tiba di Indonesia pada Jumat.
Sumbangan vaksin tersebut diberikan melalui Fasilitas COVAX sebagai wujud dukungan Prancis terhadap program vaksinasi nasional di Indonesia, guna memerangi pandemi COVID-19.
“Donasi Prancis untuk COVAX adalah bagian dari upaya global Tim Eropa mendukung mekanisme ini, yang bertujuan untuk memastikan solidaritas vaksin yang nyata. Prancis berdiri bersama Indonesia sebagai mitra strategis untuk melanjutkan perjuangan melawan COVID-19,” tutur Chambard.
Berdasarkan data WHO, sebanyak 5,5 miliar dosis vaksin COVID-19 telah disuntikkan di seluruh dunia, dengan 80 persen di antaranya di negara berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan menengah ke atas.
Sebanyak 90 persen negara berpenghasilan tinggi telah mencapai target vaksinasi WHO untuk 10 persen populasinya hingga akhir bulan ini, dan lebih dari 70 persen kelompok negara tersebut telah mencapai target 40 persen dari populasinya, yang merupakan target vaksinasi WHO hingga akhir tahun ini.
Sementara itu, hingga kini belum ada satu pun negara berpenghasilan rendah yang dapat mencapai target vaksinasi 10 persen populasi.
Baca juga: Menlu: Indonesia "all out" untuk amankan pasokan vaksin
Baca juga: Indonesia dukung mekanisme 'dose-sharing' vaksin COVID-19
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment