Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo ikut mencerburkan diri ke pantai di saat gerimis mengguyur untuk menanam bakau alias mangrove bersama masyarakat di kawasan Pantai Setokok, Batam, Kepulauan Riau, Selasa.
Jokowi yang mengenakan jaket berwarna merah menceburkan diri ke pantai dan membiarkan air merendam hingga setinggi paha, kemudian menanam pohon yang mampu menyerap lebih banyak karbon itu bersama sejumlah warga
Sebagaimana tayangan video yang diunggah di kanal resmi YouTube Sekretariat Presiden dipantau di Jakarta, Selasa, dia mengaku tak merasa ada masalah untuk menceburkan diri ke air. Ia mengatakan ingin bersama-sama warga setempat untuk menanam bibit bakau meskipun harus merasakan dinginnya air laut.
Baca juga: Bangka Tengah berencana menanam 99.000 bibit mangrove
“Semuanya masuk ke air, ya masa' saya di darat sendiri. Khan enggak lucu. Tidak ada masalah, basah khan paling-paling 5-10 menit, tak ada masalah,” kata dia, yang menutup kepalanya dengan jaket di tengah guyuran hujan.
Usai menanam bakau di Pantai Setokok, dia mengatakan, Indonesia memiliki hutan bakau yang terluas di dunia hingga mencapai 3.360.000 Hektare. Luas itu sebesar 20 persen dari total hutan bakau yang ada di dunia.
Baca juga: 10.000 bibit bakau ditanam di Pantai Batu Berang, Mandalika NTB
Habitat hutan bakau lazim berada di pesisir dengan ragam vegetasi cukup majemuk dan memberi perlindungan ekologis penting bagi makhluk hidup, termasuk manusia. Akan ancaman akan kelestarian bakau juga tidak ringan, terutama kepentingan industri dan ekonomi lain yang memerlukan lahan di lokasi sama dengan habitat bakau.
“Artinya kita memiliki sebuah kekuatan dalam potensi hutan mangrove, tetapi yang paling penting adalah memelihara, bagaimana merawat, bagaimana merehabilitasi yang rusak sehingga betul-betul hutan mangrove kita ini terjaga,” kata dia.
Baca juga: BRGM akan mereboisasi 6.000 hektare hutan bakau di Kalimantan Barat
Ekosistem bakau, kata dia, dapat memperbaiki kondisi lingkungan di pesisir pantai, dan menahan abrasi yang diakibatkan air laut. Bakau, ujarnya, mampu menyimpan karbon hingga 4-5 kali lipat dibandingkan hutan tropis daratan.
“Sehingga sekali lagi sebagai negara yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia, kita wajb memelihara ini, karena apapun ini adalah kekuatan Indonesia,” ujarnya.
Baca juga: Babel kembangkan budi daya kepiting bakau skala industri
Sebelum menanam bakau di Pantai Setokok, Batam, dia sebelumnya menanam bakau di di Pantai Wisata Raja Kecik, Bengkalis, Riau “Kita melibatkan komunitas pencinta lingkungan, komunitas nelayan untuk menanam merehabilitasi mangrove kita,” ujarnya.
Di Bengkalis, dia menyatakan pemerintah akan merehabilitasi lahan dan hutan bakau seluas 34.000 Hektare pada tahun ini.
Baca juga: KKP dukung ekspor perdana kepiting bakau hidup dari Papua
Upaya rehabilitasi bakau ini juga sekaligus meneguhkan komitmen Indonesia terhadap Perjanjian Paris (Paris Agreement) yang berisikan upaya-upaya mitigasi dan adaptasi, termasuk kebijakan soal pendanaan mengenai perubahan iklim yang disepakati negara-negara di dunia sejak 2015.
"(Rehabilitasi bakau) akan berkontribusi besar pada penyerapan emisi karbon dan ini meneguhkan komitmen kita terhadap Paris Agreement, terhadap perubahan iklim dunia," kata dia.
Jokowi yang mengenakan jaket berwarna merah menceburkan diri ke pantai dan membiarkan air merendam hingga setinggi paha, kemudian menanam pohon yang mampu menyerap lebih banyak karbon itu bersama sejumlah warga
Sebagaimana tayangan video yang diunggah di kanal resmi YouTube Sekretariat Presiden dipantau di Jakarta, Selasa, dia mengaku tak merasa ada masalah untuk menceburkan diri ke air. Ia mengatakan ingin bersama-sama warga setempat untuk menanam bibit bakau meskipun harus merasakan dinginnya air laut.
Baca juga: Bangka Tengah berencana menanam 99.000 bibit mangrove
“Semuanya masuk ke air, ya masa' saya di darat sendiri. Khan enggak lucu. Tidak ada masalah, basah khan paling-paling 5-10 menit, tak ada masalah,” kata dia, yang menutup kepalanya dengan jaket di tengah guyuran hujan.
Usai menanam bakau di Pantai Setokok, dia mengatakan, Indonesia memiliki hutan bakau yang terluas di dunia hingga mencapai 3.360.000 Hektare. Luas itu sebesar 20 persen dari total hutan bakau yang ada di dunia.
Baca juga: 10.000 bibit bakau ditanam di Pantai Batu Berang, Mandalika NTB
Habitat hutan bakau lazim berada di pesisir dengan ragam vegetasi cukup majemuk dan memberi perlindungan ekologis penting bagi makhluk hidup, termasuk manusia. Akan ancaman akan kelestarian bakau juga tidak ringan, terutama kepentingan industri dan ekonomi lain yang memerlukan lahan di lokasi sama dengan habitat bakau.
“Artinya kita memiliki sebuah kekuatan dalam potensi hutan mangrove, tetapi yang paling penting adalah memelihara, bagaimana merawat, bagaimana merehabilitasi yang rusak sehingga betul-betul hutan mangrove kita ini terjaga,” kata dia.
Baca juga: BRGM akan mereboisasi 6.000 hektare hutan bakau di Kalimantan Barat
Ekosistem bakau, kata dia, dapat memperbaiki kondisi lingkungan di pesisir pantai, dan menahan abrasi yang diakibatkan air laut. Bakau, ujarnya, mampu menyimpan karbon hingga 4-5 kali lipat dibandingkan hutan tropis daratan.
“Sehingga sekali lagi sebagai negara yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia, kita wajb memelihara ini, karena apapun ini adalah kekuatan Indonesia,” ujarnya.
Baca juga: Babel kembangkan budi daya kepiting bakau skala industri
Sebelum menanam bakau di Pantai Setokok, Batam, dia sebelumnya menanam bakau di di Pantai Wisata Raja Kecik, Bengkalis, Riau “Kita melibatkan komunitas pencinta lingkungan, komunitas nelayan untuk menanam merehabilitasi mangrove kita,” ujarnya.
Di Bengkalis, dia menyatakan pemerintah akan merehabilitasi lahan dan hutan bakau seluas 34.000 Hektare pada tahun ini.
Baca juga: KKP dukung ekspor perdana kepiting bakau hidup dari Papua
Upaya rehabilitasi bakau ini juga sekaligus meneguhkan komitmen Indonesia terhadap Perjanjian Paris (Paris Agreement) yang berisikan upaya-upaya mitigasi dan adaptasi, termasuk kebijakan soal pendanaan mengenai perubahan iklim yang disepakati negara-negara di dunia sejak 2015.
"(Rehabilitasi bakau) akan berkontribusi besar pada penyerapan emisi karbon dan ini meneguhkan komitmen kita terhadap Paris Agreement, terhadap perubahan iklim dunia," kata dia.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment