Jakarta (ANTARA) - Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo mengatakan antusiasme yang tinggi dari peserta Jakarta Geopolitical Forum (JGF) V akan memberikan dampak yang baik bagi peradaban manusia.
"Terima kasih banyak untuk pembicara dan moderator, semuanya memberikan sumbangan yang sangat berharga dan membuat forum ini berhasil," kata Agus Widjojo saat memberikan sambutan penutup Jakarta Geopolitical Forum 2021 V bertema "Culture and Civilization: Humanity at the Crossroad", di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Lemhannas: Kemajuan teknologi dan sumber daya pengaruhi masa depan
Baca juga: Lemhannas gelar Jakarta Geopolitical Forum V untuk membahas kebudayaan
Menurut dia, ada tiga poin yang dapat diambil dari forum ini. Pertama, manusia tidak harus berpikir tentang hal yang besar terkait peradaban, tapi sesuatu yang ada dalam keseharian.
Kedua, apakah teknologi merupakan hasil akhir atau alat untuk mencapai tujuan. Ketiga, identitas yang diterima disebut identitas positif atau negatif.
Oleh sebab itu, lanjut dia, manusia harus memilih poin yang akan diadopsi atau ditinggalkan. Pada akhirnya, manusia harus menerima konsekuensi dari pilihan yang diambil.
Tujuan dari forum ini adalah memfasilitasi pertukaran ide antara pakar dan ahli sains.
Selain itu, lanjut Agus, hasil forum ini bukanlah hasil akhir, melainkan hanya untuk memicu diskusi lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran manusia.
"Semua ini bisa memberi pelajaran bagi kita semua dan kita semua sudah menyaksikan adanya interaksi yang sangat dinamis dalam dua hari forum ini," kata Agus dalam siaran persnya.
Sementara itu, Guru Besar Universitas Trisakti
Dadan Umar Daihani menyampaikan beberapa catatan bahwa saat ini manusia dihadapkan pada dua game changers yaitu kemajuan teknologi yang pesat dan pandemi COVID-19 yang telah mengacaukan dan menghancurkan dunia.
Pada bidang teknologi, saat ini manusia berada di era digital yang telah mengubah tatanan kehidupan manusia.
"Digitalisasi tidak hanya mempengaruhi cara manusia bekerja, namun juga mempengaruhi cara berpikir manusia," kata Guru Besar Teknologi Industri Universitas Trisakti ini.
Teknologi seperti pedang bermata dua karena membuka ketidakpastian di masa depan dan tidak dapat dikendalikan persebarannya secara virtual. Ada potensi risiko bahwa manusia akan kehilangan identitas dan semakin bergantung pada jaringan global.
Perubahan besar kedua, adanya pandemi COVID-19, di mana telah menghapuskan ketergantungan lintas negara dan memunculkan rantai pasokan ekonomi global.
Bahkan, ultranasionalisme terbatas, meningkat lintas negara dan menyebabkan kecurigaan satu sama lain.
"Merebaknya COVID-19 mempengaruhi kehidupan manusia di seluruh dunia selama hampir dua tahun dan masih berlangsung," ucapnya.
Ilmu pengetahuan menjadi senjata utama kemanusiaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bahkan saat peradaban berubah. Indonesia merupakan negara yang menakjubkan dengan berbagai macam perbedaan sehingga berkontribusi secara signifikan dalam sinergi peradaban.
Dadan menegaskan bahwa masyarakat harus mencoba menciptakan keseimbangan baru dan berkompromi antara sikap mudah beradaptasi terhadap perubahan dan bertahan untuk tidak berubah.
"Kita harus sadar akan banyaknya pemikiran-pemikiran yang hebat dari para pakar yang tidak kita sadari. Saya berharap, hal ini akan menjadi bagian dari tugas kita yang harus kita amati. Roda harus terus berputar dan hidup harus terus bermakna. Sebagai seorang manusia, mari kita bangun masyarakat yang beradab," kata Dadan.
"Terima kasih banyak untuk pembicara dan moderator, semuanya memberikan sumbangan yang sangat berharga dan membuat forum ini berhasil," kata Agus Widjojo saat memberikan sambutan penutup Jakarta Geopolitical Forum 2021 V bertema "Culture and Civilization: Humanity at the Crossroad", di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Lemhannas: Kemajuan teknologi dan sumber daya pengaruhi masa depan
Baca juga: Lemhannas gelar Jakarta Geopolitical Forum V untuk membahas kebudayaan
Menurut dia, ada tiga poin yang dapat diambil dari forum ini. Pertama, manusia tidak harus berpikir tentang hal yang besar terkait peradaban, tapi sesuatu yang ada dalam keseharian.
Kedua, apakah teknologi merupakan hasil akhir atau alat untuk mencapai tujuan. Ketiga, identitas yang diterima disebut identitas positif atau negatif.
Oleh sebab itu, lanjut dia, manusia harus memilih poin yang akan diadopsi atau ditinggalkan. Pada akhirnya, manusia harus menerima konsekuensi dari pilihan yang diambil.
Tujuan dari forum ini adalah memfasilitasi pertukaran ide antara pakar dan ahli sains.
Selain itu, lanjut Agus, hasil forum ini bukanlah hasil akhir, melainkan hanya untuk memicu diskusi lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran manusia.
"Semua ini bisa memberi pelajaran bagi kita semua dan kita semua sudah menyaksikan adanya interaksi yang sangat dinamis dalam dua hari forum ini," kata Agus dalam siaran persnya.
Sementara itu, Guru Besar Universitas Trisakti
Dadan Umar Daihani menyampaikan beberapa catatan bahwa saat ini manusia dihadapkan pada dua game changers yaitu kemajuan teknologi yang pesat dan pandemi COVID-19 yang telah mengacaukan dan menghancurkan dunia.
Pada bidang teknologi, saat ini manusia berada di era digital yang telah mengubah tatanan kehidupan manusia.
"Digitalisasi tidak hanya mempengaruhi cara manusia bekerja, namun juga mempengaruhi cara berpikir manusia," kata Guru Besar Teknologi Industri Universitas Trisakti ini.
Teknologi seperti pedang bermata dua karena membuka ketidakpastian di masa depan dan tidak dapat dikendalikan persebarannya secara virtual. Ada potensi risiko bahwa manusia akan kehilangan identitas dan semakin bergantung pada jaringan global.
Perubahan besar kedua, adanya pandemi COVID-19, di mana telah menghapuskan ketergantungan lintas negara dan memunculkan rantai pasokan ekonomi global.
Bahkan, ultranasionalisme terbatas, meningkat lintas negara dan menyebabkan kecurigaan satu sama lain.
"Merebaknya COVID-19 mempengaruhi kehidupan manusia di seluruh dunia selama hampir dua tahun dan masih berlangsung," ucapnya.
Ilmu pengetahuan menjadi senjata utama kemanusiaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bahkan saat peradaban berubah. Indonesia merupakan negara yang menakjubkan dengan berbagai macam perbedaan sehingga berkontribusi secara signifikan dalam sinergi peradaban.
Dadan menegaskan bahwa masyarakat harus mencoba menciptakan keseimbangan baru dan berkompromi antara sikap mudah beradaptasi terhadap perubahan dan bertahan untuk tidak berubah.
"Kita harus sadar akan banyaknya pemikiran-pemikiran yang hebat dari para pakar yang tidak kita sadari. Saya berharap, hal ini akan menjadi bagian dari tugas kita yang harus kita amati. Roda harus terus berputar dan hidup harus terus bermakna. Sebagai seorang manusia, mari kita bangun masyarakat yang beradab," kata Dadan.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Sigit Pinardi
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment