Jakarta (ANTARA) - Lawatan Presiden Joko Widodo ke Uni Emirat Arab (UEA) selama dua hari telah menghasilkan komitmen bisnis dan investasi senilai 32,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp469,9 triliun.
"Kedua pemimpin membahas kemajuan kerja sama investasi antara kedua negara. Sebagai informasi, selama kunjungan ini terdapat komitmen bisnis dan investasi senilai 32,7 miliar dolar AS dari 19 perjanjian kerja sama yang akan dipertukarkan besok di Dubai," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi di dalam keterangannya di Hotel Emirates Palace, Abu Dhabi, Kamis.
Menlu Retno menjelaskan bahwa komitmen bisnis dan investasi tersebut menjadi salah satu bahasan saat Presiden Jokowi bertemu dengan Putra Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed Bin Zayed Al Nahyan (MBZ) di Istana Al-Shatie, Abu Dhabi.
Retno memerinci, komitmen bisnis dan investasi tersebut antara lain kerja sama antara Indonesia Investment Authority (INA) dengan Abu Dhabi Growth Fund (ADG), INA dan DB World, "floating solar panel" antara Masdar dan Pertamina, "refinery" Balikpapan, manufaktur dan distribusi vaksin dan "bio product".
Selain itu juga berbagai kesepakatan perusahaan teknologi asal Abud Dhabi G42 dengan mitra di Indonesia, antara lain di bidang "smart cities", telekomunikasi, pengembangan laboratorium "genomic" dan lain sebagainya.
"Jika ditotal, maka nilai komitmen yang diperoleh sampai titik ini dalam kunjungan ini adalah 32,7 miliar dolar AS. Di bidang investasi, Menteri Investasi masih akan melakukan pertemuan investasi dan juga ada pertemuan dengan perusahaan besar Amerika yang mudah-mudahan akan ada komitmen-komitmen baru," tutur Retno menambahkan.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, menjelaskan bahwa Indonesia akan memberikan karpet merah bagi semua negara untuk melakukan realisasi investasi di Indonesia dan tidak hanya condong kepada satu negara.
Atas dasar itu, Menteri Investasi akan melakukan perjanjian dengan salah satu pengusaha dari Amerika.
"Sekarang kita lagi melakukan negosiasi akhir sampai dengan tengah malam, yang akan masuk di bidang hilirisasi. Kenapa hilirisasi? Salah satu visi besar Bapak Presiden pada poin kelima adalah tentang bagaimana membangun transformasi ekonomi di mana transformasi ekonomi wujudnya adalah nilai tambah dengan industrialisasi. Ini akan kita buat dan kita umumkan besok nanti," ujar Bahlil.
Bahlil berharap, nilai 32,7 miliar dolar AS yang telah ada bisa didongkrak lagi menjadi paling tidak di atas 35 miliar dolar AS.
Sebelumnya, saat Presiden Jokowi bertemu dengan para investor di Glasgow di sela-sela KTT Pemimpin Dunia COP26, Indonesia juga mendapatkan komitmen investasi sebesar 9,2 miliar dolar AS sehingga jika ditotal dengan jumlah komitmen investasi yang didapat di UEA jumlahnya mencapai 41,99 miliar dolar AS.
Selain di bidang investasi, dalam pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Pangeran MBZ juga dibahas isu di bidang perdagangan.
Kedua pemimpin sepakat agar perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif atau "Comprehensive Economic Partnership Agreement" (CEPA) antara kedua negara dapat segera diselesaikan.
"Perundingan sudah dilakukan beberapa kali dan Presiden mengharapkan pada bulan Maret 2022 perundingan dapat diselesaikan," kata Menlu Retno.
"Kedua pemimpin membahas kemajuan kerja sama investasi antara kedua negara. Sebagai informasi, selama kunjungan ini terdapat komitmen bisnis dan investasi senilai 32,7 miliar dolar AS dari 19 perjanjian kerja sama yang akan dipertukarkan besok di Dubai," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi di dalam keterangannya di Hotel Emirates Palace, Abu Dhabi, Kamis.
Menlu Retno menjelaskan bahwa komitmen bisnis dan investasi tersebut menjadi salah satu bahasan saat Presiden Jokowi bertemu dengan Putra Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed Bin Zayed Al Nahyan (MBZ) di Istana Al-Shatie, Abu Dhabi.
Retno memerinci, komitmen bisnis dan investasi tersebut antara lain kerja sama antara Indonesia Investment Authority (INA) dengan Abu Dhabi Growth Fund (ADG), INA dan DB World, "floating solar panel" antara Masdar dan Pertamina, "refinery" Balikpapan, manufaktur dan distribusi vaksin dan "bio product".
Selain itu juga berbagai kesepakatan perusahaan teknologi asal Abud Dhabi G42 dengan mitra di Indonesia, antara lain di bidang "smart cities", telekomunikasi, pengembangan laboratorium "genomic" dan lain sebagainya.
"Jika ditotal, maka nilai komitmen yang diperoleh sampai titik ini dalam kunjungan ini adalah 32,7 miliar dolar AS. Di bidang investasi, Menteri Investasi masih akan melakukan pertemuan investasi dan juga ada pertemuan dengan perusahaan besar Amerika yang mudah-mudahan akan ada komitmen-komitmen baru," tutur Retno menambahkan.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, menjelaskan bahwa Indonesia akan memberikan karpet merah bagi semua negara untuk melakukan realisasi investasi di Indonesia dan tidak hanya condong kepada satu negara.
Atas dasar itu, Menteri Investasi akan melakukan perjanjian dengan salah satu pengusaha dari Amerika.
"Sekarang kita lagi melakukan negosiasi akhir sampai dengan tengah malam, yang akan masuk di bidang hilirisasi. Kenapa hilirisasi? Salah satu visi besar Bapak Presiden pada poin kelima adalah tentang bagaimana membangun transformasi ekonomi di mana transformasi ekonomi wujudnya adalah nilai tambah dengan industrialisasi. Ini akan kita buat dan kita umumkan besok nanti," ujar Bahlil.
Bahlil berharap, nilai 32,7 miliar dolar AS yang telah ada bisa didongkrak lagi menjadi paling tidak di atas 35 miliar dolar AS.
Sebelumnya, saat Presiden Jokowi bertemu dengan para investor di Glasgow di sela-sela KTT Pemimpin Dunia COP26, Indonesia juga mendapatkan komitmen investasi sebesar 9,2 miliar dolar AS sehingga jika ditotal dengan jumlah komitmen investasi yang didapat di UEA jumlahnya mencapai 41,99 miliar dolar AS.
Selain di bidang investasi, dalam pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Pangeran MBZ juga dibahas isu di bidang perdagangan.
Kedua pemimpin sepakat agar perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif atau "Comprehensive Economic Partnership Agreement" (CEPA) antara kedua negara dapat segera diselesaikan.
"Perundingan sudah dilakukan beberapa kali dan Presiden mengharapkan pada bulan Maret 2022 perundingan dapat diselesaikan," kata Menlu Retno.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Chandra Hamdani Noor
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment