Jakarta (ANTARA) - Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga Sekretariat Jenderal MPR, Budi Muliawan, mengatakan, melakukan perlawanan terhadap berita bohong dan hoaks merupakan bentuk nasionalisme.
“Saat ini, di media sosial, banyak berita bohong atau hoaks meski berita yang sesuai dengan fakta juga melimpah,” kata dia, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Baca juga: Anggota DPD ajak generasi muda lawan hoaks vaksinasi
Berita bohong yang beredar di sosial media, kata dia, dapat menimbulkan benih-benih permusuhan dan perpecahan bangsa. Oleh karena itu, melakukan perlawanan terhadap berita bohong dan hoaks merupakan bentuk nasionalisme yang dapat dilakukan oleh masyarakat pada masa kini.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa, bentuk nasionalisme lain yang dapat dilakukan oleh masyarakat masa kini adalah saling menolong orang, peduli sesama, dan melakukan gotong-royong. “Membantu orang lain saat pandemi Covid-19 juga merupakan bentuk nasionalisme,” kata dia.
Baca juga: Menkominfo: Jurnalis berperan lawan hoaks
Menurut alumni Program Magister Ilmu Hukum Universitas Indonesia itu, nasionalisme sifatnya tidak monoton. Nasionalisme bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti revolusi industri yang terjadi pada tahun 1760-1850 berpengaruh besar terhadap perkembangan paham ini.
Revolusi industri menyebabkan terjadi perubahan besar-besaran pada berbagai bidang dengan dampak besar pada perubahan tatanan dunia. Perubahan ini berawal dari Inggris hingga menyebar ke seluruh benua dan negara lainnya. “Membawa perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia, seperti pada bidang sosial, budaya, dan ekonomi,” katanya.
Baca juga: Ketua DPD minta wartawan tingkatkan kompetensi untuk lawan hoaks
Ia berpandangan, yang paling penting dalam paham nasionalisme adalah bagaimana nilai-nilai yang ada tidak hanya diucapkan, namun juga diimplementasikan.
Nasionalisme yang diinginkan, tutur ia melanjutkan, adalah nasionalisme yang berdasarkan pada nilai-nilai yang disepakati oleh para pendiri bangsa, serta termuat dalam Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. “Bukan nasionalisme sempit,” katanya.
Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa bangsa Indonesia harus bersyukur karena memiliki Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Baca juga: Nakes ikut lawan hoaks COVID-19 setiap hari
“Saat ini, di media sosial, banyak berita bohong atau hoaks meski berita yang sesuai dengan fakta juga melimpah,” kata dia, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Baca juga: Anggota DPD ajak generasi muda lawan hoaks vaksinasi
Berita bohong yang beredar di sosial media, kata dia, dapat menimbulkan benih-benih permusuhan dan perpecahan bangsa. Oleh karena itu, melakukan perlawanan terhadap berita bohong dan hoaks merupakan bentuk nasionalisme yang dapat dilakukan oleh masyarakat pada masa kini.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa, bentuk nasionalisme lain yang dapat dilakukan oleh masyarakat masa kini adalah saling menolong orang, peduli sesama, dan melakukan gotong-royong. “Membantu orang lain saat pandemi Covid-19 juga merupakan bentuk nasionalisme,” kata dia.
Baca juga: Menkominfo: Jurnalis berperan lawan hoaks
Menurut alumni Program Magister Ilmu Hukum Universitas Indonesia itu, nasionalisme sifatnya tidak monoton. Nasionalisme bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti revolusi industri yang terjadi pada tahun 1760-1850 berpengaruh besar terhadap perkembangan paham ini.
Revolusi industri menyebabkan terjadi perubahan besar-besaran pada berbagai bidang dengan dampak besar pada perubahan tatanan dunia. Perubahan ini berawal dari Inggris hingga menyebar ke seluruh benua dan negara lainnya. “Membawa perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia, seperti pada bidang sosial, budaya, dan ekonomi,” katanya.
Baca juga: Ketua DPD minta wartawan tingkatkan kompetensi untuk lawan hoaks
Ia berpandangan, yang paling penting dalam paham nasionalisme adalah bagaimana nilai-nilai yang ada tidak hanya diucapkan, namun juga diimplementasikan.
Nasionalisme yang diinginkan, tutur ia melanjutkan, adalah nasionalisme yang berdasarkan pada nilai-nilai yang disepakati oleh para pendiri bangsa, serta termuat dalam Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. “Bukan nasionalisme sempit,” katanya.
Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa bangsa Indonesia harus bersyukur karena memiliki Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Baca juga: Nakes ikut lawan hoaks COVID-19 setiap hari
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 comments:
Post a Comment