"Ketika penularan COVID-19 di masyarakat meningkat dan protokol kesehatan masyarakat yang ketat menjadi kebutuhan, sekolah harus menjadi tempat terakhir yang ditutup dan yang pertama dibuka kembali," kata pimpinan Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) Henriett
Jakarta (Antara/Xinhua) - Direktur Eksekutif Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) Henrietta Fore mengatakan, penutupan sekolah akibat penyebaran varian COVID-19 Omicron harus menjadi langkah mitigasi terakhir yang diambil oleh otoritas.
​​​​
"Penutupan sekolah secara nasional harus dihindari jika memungkinkan. Ketika penularan COVID-19 di masyarakat meningkat dan protokol kesehatan masyarakat yang ketat menjadi kebutuhan, sekolah harus menjadi tempat terakhir yang ditutup dan yang pertama dibuka kembali," katanya pada Jumat (17/12).

Gelombang penutupan sekolah yang meluas akan menjadi bencana bagi anak-anak. "Buktinya jelas. Penutupan sekolah secara nasional yang berkepanjangan; sumber daya yang terbatas bagi siswa, guru, dan orang tua; serta kurangnya akses ke pembelajaran jarak jauh telah menghapus kemajuan pendidikan selama beberapa dekade terakhir dan membuat masa kanak-kanak sulit dikenali, " tambah dia. 

Fore mengungkapkan bahwa selain kehilangan pembelajaran, anak-anak juga kehilangan keamanan sekolah, interaksi langsung harian bersama teman, akses ke perawatan kesehatan dan sering kali satu-satunya makanan bergizi mereka pada hari itu. Generasi anak sekolah saat ini secara kolektif dapat kehilangan 17 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp14.343) dalam potensi pendapatan seumur hidup.
 
Para siswa yang mengenakan masker mengikuti kelas tatap muka di sebuah sekolah dasar di Quezon City, Filipina, pada 6 Desember 2021. (Xinhua/Rouelle Umali


"Kita tahu bahwa langkah-langkah mitigasi di sekolah efektif. Kita harus menggunakan pengetahuan ini untuk melakukan semua yang kita bisa demi menjaga sekolah tetap buka. Kita juga harus meningkatkan investasi dalam konektivitas digital untuk memastikan tidak ada anak yang tertinggal," katanya. 

Fore, yang akan segera melepas jabatannya sebagai kepala UNICEF, mengatakan bahwa tahun depan tidak boleh lagi menjadi tahun terganggunya pembelajaran. "Tahun depan perlu menjadi tahun di mana pendidikan dan kepentingan terbaik anak-anak didahulukan," ujarnya. 

Pada Juli lalu Fore mengutarakan niatnya untuk mengundurkan diri sebagai direktur eksekutif UNICEF karena masalah kesehatan keluarga. Seorang pejabat senior di Gedung Putih, Catherine Russell, telah ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk menggantikan Fore.

Fore mengatakan dia akan tetap menjabat sampai penggantinya dapat mengambil alih. Menurut Russell, dirinya akan mulai menjabat sebagai direktur eksekutif UNICEF awal tahun depan. 
 

Pewarta: WilliamMReillywangjiangang
Editor: Desi Purnamawati
COPYRIGHT © ANTARA 2021