Bandarlampung (ANTARA) - Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin mengatakan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi yang berpengalaman sehingga situasi genting seperti apa pun dapat diatasi.

"Banyak orang mempercayai Muktamar NU akan panas dan terjadi goncangan, ternyata Muktamar NU dapat 'landing' dengan damai dan aman, itu karena NU organisasi yang berpengalaman dan dikendalikan pilot-pilot andal sehingga situasi genting apa pun dapat diatasi dengan baik," kata Ma'ruf Amin saat menutup  Muktamar Ke-34 NU, di Bandarlampung, Jum'at.

Menurutnya, hasil Muktamar Ke-34 Nahdlatul ulama (NU) cukup menggembirakan dan menyenangkan bagi pemerintah. Karena bagi pemerintah, NU selama ini dianggap sebagai mitra pemerintah yang setia dalam membangun bangsa ini.

Baca juga: Wapres apresiasi Muktamar ke-34 NU berjalan damai, tenteram

"NU tidak pernah berhenti dalam membangun bangsa ini. Ini diakui oleh Presiden pada pembukaan muktamar. NU sejak kemerdekaan mempertahankan kemerdekaan hingga mengisi kemerdekaan tidak pernah absen," kata dia.

Bahkan, lanjut dia, putra-putri terbaik Nahdlatul Ulama siap apabila pemerintah membutuhkan mereka guna mengisi pemerintahan untuk membangun bangsa.

"Sekarang pun putra-putri terbaik NU sudah ada yang mengisi posisi di pemerintahan, seperti wakil presiden, menteri, gubenur, wali kota, bupati bahkan sampai tingkat RT. Ke depan jika negara masih membutuhkan NU akan menyiapkan putra-putri terbaiknya untuk jadi presiden, wakil presiden atau jajaran apa pun, ini saya kira pengabdian," kata dia.

Baca juga: Gus Yahya libatkan seluruh PWNU dan PCNU guna capai tujuan bersama
Baca juga: Gus Yahya ucapkan terima kasih kepada KH Said Aqil


Menurutnya, kenapa hal ini bisa terjadi karena NU memiliki prinsip menempatkan cinta Tanah Air sebagian dari iman, oleh sebab itu pengabdian kepada bangsa dan negara adalah bagian dari akidah, islamiah, dan ahlussunah wal jamaah.

Wapres mengatakan bahwa hasil Muktamar NU bagi nahdliyin harus disyukuri, karena NU adalah amanat yang harus dijaga dan dipelihara.

"NU tidak boleh mengalami situasi perpecahan, permusuhan, dan tidak kompak sehingga membuat NU lemah. Maka itu, kita semua harus menerapkan sikap-sikap para ulama seperti saling menyayangi, mencintai, membantu, dan menolong seperti tubuhnya sendiri sehingga dapat saling menopang seperti bangunan yang kuat," katanya.




 

Pewarta: Dian Hadiyatna
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2021