Jakarta (ANTARA) -
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, menyebutkan banyak sosok pahlawan nasional dari kalangan perempuan seringkali dilupakan hingga saat ini.
"Kita ini merdeka karena ada yang memerdekakan itu, sampai sekarang kaum perempuan selalu terlupakan dan selalu konco wingking padahal banyak perempuan pahlawan juga," kata dia, saat memberikan pidato politiknya pada Peringatan HUT Ke-49 PDIP yang digelar secara daring, di Jakarta, Senin.
Baca juga: Pemberian gelar pahlawan pada perempuan tingkatkan harkat dan martabat
Baca juga: Pemberian gelar pahlawan pada perempuan tingkatkan harkat dan martabat
Menurut dia, ada beberapa perempuan pahlawan yang memiliki jasa yang besar bagi kemerdekaan Indonesia, di antaranya Cut Nyak Dien dan Laksamana Malahayati dari Kesultanan Aceh.
"Saya sangat bangga betul kalau mendengar nama Laksamana Malahayati, dia betul-betul laksamana yang jadi panglima angkatan laut saat itu," kata dia.
Baca juga: Pahlawan Nasional untuk perempuan pemberani tanah Mandar
Baca juga: Pahlawan Nasional untuk perempuan pemberani tanah Mandar
Kemudian, RA Kartini dari Jepara, Raden Ratu Kalinyamat dari Jepara, Raden Dewi Sartika dari Bandung, Siti Manggopoh dari Padang Sumatra Barat, Maria Josephine Catherine Maramis atau Maria Walanda Maramis dari Minahasa Utara, dan Martha Christina Tiahahu dari Maluku.
"Kenapa mereka sering dilupakan ya. Apakah karena mereka sosok perempuan. Ini yang sering saya pertanyakan dalam perenungan saya. Padahal ini seharusnya menjadi ingatan kolektif bangsa," kata dia yang memimpin PDI Perjuangan sejak 1999 ini.
Baca juga: Kartini bukan soal sanggul dan kebaya
Mantan presiden ini menyatakan, dalam UUD 1945 tidak ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan. Yang disebut adalah warga negara, bukan laki-laki maupun perempuan.
Ia pun meminta bahwa sejarah perjuangan para pahlawan harus masuk ke dalam pendidikan, dan diceritakan kepada orangtua. "Sejarah perjuang harus masuk ke dalam pendidikan, diceritakan kepada orangtua kita tidak ada yang lain. Jangan orang asing membuat penelitian, saya suka jengkel melakukan penelitian, kemana bangsa Indonesia, dengan itu tidak mau membeli, tidak mau diberikan itu," kata dia.
Baca juga: Jurnalis perempuan pertama dan Ibu Soed diusulkan jadi pahlawan
Baca juga: Kartini bukan soal sanggul dan kebaya
Mantan presiden ini menyatakan, dalam UUD 1945 tidak ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan. Yang disebut adalah warga negara, bukan laki-laki maupun perempuan.
Ia pun meminta bahwa sejarah perjuangan para pahlawan harus masuk ke dalam pendidikan, dan diceritakan kepada orangtua. "Sejarah perjuang harus masuk ke dalam pendidikan, diceritakan kepada orangtua kita tidak ada yang lain. Jangan orang asing membuat penelitian, saya suka jengkel melakukan penelitian, kemana bangsa Indonesia, dengan itu tidak mau membeli, tidak mau diberikan itu," kata dia.
Baca juga: Jurnalis perempuan pertama dan Ibu Soed diusulkan jadi pahlawan
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2022
0 comments:
Post a Comment