Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT TWC Borobudur, Prambanan, & Ratu Boko, Edy Setijono, berharap pertunjukan musik tahunan Prambanan Jazz Festival (PJF) bisa mendorong pemulihan pariwisata serta menjadi model bagi seni pertunjukan yang menerapkan ekonomi digital.
"Diharapkan pandemi yang sudah dua tahun ini akan memasuki fase akhir dan kita bisa rebound kembali hingga pada akhirnya kita bisa merayakan kembali PJF secara offline karena memang inilah soul dari PJF, kita bisa bertemu bersama dan menikmati musik-musik berkualitas," kata Edy saat konferensi pers secara virtual dari Yogyakarta, Rabu.
Taman Wisata Candi (TWC) sendiri merupakan bagian dari BUMN Holding Pariwisata di bawah PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney. Sama seperti tahun sebelumnya, tahun ini TWC juga terlibat dalam penyelenggaraan PJF bersama Rajawali Indonesia.
Edy mengatakan TWC terus mendorong tiga fokus utama dalam pariwisata, antara lain sport tourism, cultural tourism, dan entertainment tourism. Gelaran PJF termasuk bagian dari entertainment tourism.
Edy juga mengajak agar gelaran PJF ini dapat dijadikan sebagai momentum untuk mengorkestrasi pertunjukan seni dengan latar destinasi pariwisata di tengah jadwal perhelatan G20 di Indonesia.
"Kami sangat senang kolaborasi ini bisa terus kami jalankan. Mari bersama-sama kita menjadikan ini suatu momentum karena dunia ini sekarang sedang menyorot Indonesia, jadi saya kira PJF bisa menggunakan momentum ini," katanya.
Menurut Edy, penyelenggaraan PJF juga sejalan dengan program yang diusung dalam G20, salah satu fokusnya yakni terkait dengan ekonomi digital.
Pada tahun ini, PJF akan memanfaatkan teknologi ekonomi digital melalui non-fungible token (NFT). Pihak penyelenggara menyebutkan bahwa NFT yang akan diterbitkan sekitar 1.000 jenis koleksi yang bisa digunakan sebagai tiket masuk pertunjukan.
Menurut penyelenggara, PJF juga dapat dikatakan menjadi pioner dalam pemanfaatan teknologi NFT di ranah festival musik Indonesia.
Prambanan Jazz NFT ini dibagi menjadi empat tipe yang menawarkan sejumlah manfaat mulai dari akses seumur hidup ke PJF, merchandise, lewati antrean di festival, bertemu dengan penampil, hingga tempat VVIP.
Melalui inovasi Prambanan Jazz NFT, Edy berharap pemanfaatan teknologi ekonomi digital tersebut dapat menjadi model yang dapat diadopsi oleh komunitas-komunitas lainnya, termasuk dalam penyelenggaraan festival musik yang lain.
"Kami berharap memang ini bisa menjadi model. Saya kira ini bisa dipelajari oleh komunitas-komunitas lain. Kita juga tahu di Indonesia banyak festival-festival musik, tapi saya yakin PJF ini sejauh ini terbaik di Indonesia," pungkasnya.
Baca juga: Prambanan Jazz Festival 2022 hadirkan musisi tiga generasi hingga NFT
Baca juga: Prambanan Jazz Festival 2021 siap digelar virtual besok
Baca juga: Akselerasi digital dorong kolaborasi dan inovasi di industri musik
"Diharapkan pandemi yang sudah dua tahun ini akan memasuki fase akhir dan kita bisa rebound kembali hingga pada akhirnya kita bisa merayakan kembali PJF secara offline karena memang inilah soul dari PJF, kita bisa bertemu bersama dan menikmati musik-musik berkualitas," kata Edy saat konferensi pers secara virtual dari Yogyakarta, Rabu.
Taman Wisata Candi (TWC) sendiri merupakan bagian dari BUMN Holding Pariwisata di bawah PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney. Sama seperti tahun sebelumnya, tahun ini TWC juga terlibat dalam penyelenggaraan PJF bersama Rajawali Indonesia.
Edy mengatakan TWC terus mendorong tiga fokus utama dalam pariwisata, antara lain sport tourism, cultural tourism, dan entertainment tourism. Gelaran PJF termasuk bagian dari entertainment tourism.
Edy juga mengajak agar gelaran PJF ini dapat dijadikan sebagai momentum untuk mengorkestrasi pertunjukan seni dengan latar destinasi pariwisata di tengah jadwal perhelatan G20 di Indonesia.
"Kami sangat senang kolaborasi ini bisa terus kami jalankan. Mari bersama-sama kita menjadikan ini suatu momentum karena dunia ini sekarang sedang menyorot Indonesia, jadi saya kira PJF bisa menggunakan momentum ini," katanya.
Menurut Edy, penyelenggaraan PJF juga sejalan dengan program yang diusung dalam G20, salah satu fokusnya yakni terkait dengan ekonomi digital.
Pada tahun ini, PJF akan memanfaatkan teknologi ekonomi digital melalui non-fungible token (NFT). Pihak penyelenggara menyebutkan bahwa NFT yang akan diterbitkan sekitar 1.000 jenis koleksi yang bisa digunakan sebagai tiket masuk pertunjukan.
Menurut penyelenggara, PJF juga dapat dikatakan menjadi pioner dalam pemanfaatan teknologi NFT di ranah festival musik Indonesia.
Prambanan Jazz NFT ini dibagi menjadi empat tipe yang menawarkan sejumlah manfaat mulai dari akses seumur hidup ke PJF, merchandise, lewati antrean di festival, bertemu dengan penampil, hingga tempat VVIP.
Melalui inovasi Prambanan Jazz NFT, Edy berharap pemanfaatan teknologi ekonomi digital tersebut dapat menjadi model yang dapat diadopsi oleh komunitas-komunitas lainnya, termasuk dalam penyelenggaraan festival musik yang lain.
"Kami berharap memang ini bisa menjadi model. Saya kira ini bisa dipelajari oleh komunitas-komunitas lain. Kita juga tahu di Indonesia banyak festival-festival musik, tapi saya yakin PJF ini sejauh ini terbaik di Indonesia," pungkasnya.
Baca juga: Prambanan Jazz Festival 2022 hadirkan musisi tiga generasi hingga NFT
Baca juga: Prambanan Jazz Festival 2021 siap digelar virtual besok
Baca juga: Akselerasi digital dorong kolaborasi dan inovasi di industri musik
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © ANTARA 2022
0 comments:
Post a Comment