Jakarta (ANTARA) -
"Tentunya data daya proteksi atau antibodi yang berkurang dari hasil penelitian sekitar bulan ketiga atau enam setelah divaksin terlihat dari semua tipe vaksin. Booster penting untuk dapat memperkuat kembali daya proteksi di tengah-tengah peningkatan kasus COVID-19," katanya.
Anggota Komisi IX DPR RI Elva Hartati mengingatkan kembali masyarakat tentang pentingnya vaksinasi sebab kasus COVID-19 ada peningkatan, malah terus bermutasi.
Menurut dia, kelompok masyarakat lanjut usia (lansia) secara fisik dan kesehatan rentan dengan kemungkinan mengidap komorbid. Hal ini akan fatal jika terkena COVID-19.
Elva menyebutkan salah satu tantangan terbesar dalam program Vaksinasi COVID-19 adalah masih rendahnya cakupan vaksinasi lansia. Sejak awal kelompok ini diprioritaskan divaksin primer dan booster.
Dikatakan pula bahwa kesadaran tentang manfaat vaksinasi harus terus ditingkatkan. Pemberantasan hoaks seputar vaksin harus terus dilakukan untuk peningkatan vaksinasi.
Selain itu, pemerintah daerah (pemda) perlu memikirkan insentif langsung yang bisa dirasakan kelompok lansia selain akses fasilitas publik melalui PeduliLindungi. Misalnya, agar mereka bisa mengakses bansos dan adminduk harus melampirkan sertifikat vaksin.
"Selain itu, pendekatan kultural dan keagamaan harus diintegrasikan sebagai pendekatan yang saat ini sudah ada," katanya.
"Selain itu, pendekatan kultural dan keagamaan harus diintegrasikan sebagai pendekatan yang saat ini sudah ada," katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IX DPR Nihayatul Wafiroh juga melihat cakupan vaksinasi bagi masyarakat lansia masih kurang.
Nihayatul Wafiroh menyebutkan salah satu penyebabnya karena tidak ada yang mengantarkan lansia ke sentra vaksinasi COVID-19.
Nihayatul Wafiroh menyebutkan salah satu penyebabnya karena tidak ada yang mengantarkan lansia ke sentra vaksinasi COVID-19.
"Untuk akses bepergian jauh, juga sulit. Jadi, memang yang bisa dilakukan salah satunya adalah door to door, mendatangi ke rumah-rumah untuk vaksin," ucapnya.
Walaupun demikian, dia bersyukur angka kematian akibat COVID-19 di Indonesia rendah meski kasus varian Omicron luar biasa di Tanah Air.
"Salah satu yang menyebabkan itu adalah vaksinasi di Indonesia sudah gencar, jadi itu yang perlu dijaga," katanya lagi.
Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Laura Navika Yamani menilai vaksinasi bagi lansia harus jadi perhatian dan prioritas, terlebih lansia merupakan kelompok rentan.
"Tentunya data daya proteksi atau antibodi yang berkurang dari hasil penelitian sekitar bulan ketiga atau enam setelah divaksin terlihat dari semua tipe vaksin. Booster penting untuk dapat memperkuat kembali daya proteksi di tengah-tengah peningkatan kasus COVID-19," katanya.
Laura Navika Yamani mendorong kolaborasi pejabat di tingkat daerah untuk mendata berapa banyak lansia di wilayah masing-masing sehingga cakupan vaksinasinya bisa maksimal.
Menyinggung soal hoaks, menurut dia, hal ini yang menjadi salah satu sandungan pemerataan vaksinasi.
Ia mengimbau masyarakat harus pandai memilih dan memilah mana informasi yang benar dan tidak.
Baca juga: Konsumsi vitamin tak kurangi risiko meninggal karena COVID-19
Baca juga: Vaksin Pfizer kurang efektif lindungi anak 5-11 tahun dari Omicron
Ia mengimbau masyarakat harus pandai memilih dan memilah mana informasi yang benar dan tidak.
Baca juga: Konsumsi vitamin tak kurangi risiko meninggal karena COVID-19
Baca juga: Vaksin Pfizer kurang efektif lindungi anak 5-11 tahun dari Omicron
Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: D.Dj. Kliwantoro
COPYRIGHT © ANTARA 2022
0 comments:
Post a Comment