Jakarta (ANTARA) - Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Mayjen TNI Nisan Setiadi menegaskan pemuda menjadi bagian penting dalam strategi pentahelix lembaga penanggulangan terorisme tersebut dalam melawan terorisme.
"Ini sangat pas dengan strategi BNPT untuk melibatkan komunitas generasi muda dalam upaya mengurangi ekstremisme dan terorisme dengan membangun narasi perdamaian, dimana BNPT dalam penanggulangan terorisme berpijak pada kebijakan pentahelix yang melibatkan multipihak," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Sebagai generasi cerdas teknologi dan memiliki kreatifitas serta inovasi yang luar biasa, pemuda mampu menjadi ujung tombak dalam upaya penanggulangan ekstremisme dan radikalisme di tengah gempuran hoaks, ujaran kebencian, dan narasi radikal di dunia maya.
Upaya penanggulangan intoleransi, radikalisme, dan terorisme harus dibangun dengan kekuatan bersama dengan konsep penanggulangan yang bersifat pentahelix, katanya di acara Youth Peace Ambassador Workshop: Growing Tolerance through Peaceful Narratives bersama United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), yang berlangsung di Surabaya, Rabu.
Kebijakan pentahelix merupakan upaya penanggulangan terorisme dan ekstremisme dengan melibatkan semua elemen, seperti pemerintah, komunitas, akademisi, pengusaha, dan media, untuk bersinergi dan berkolaborasi.
"Dalam upaya penanggulangan terorisme di dunia membutuhkan generasi muda yang cerdas teknologi, visioner kreatif, inovatif dalam membuat konten di dunia maya, dan keberadaan Duta Damai Dunia Maya, agar dapat memberikan kontranarasi yang bisa memengaruhi lingkungannya,” jelas alumni Akmil tahun 1988 itu.
Menurut dia, kelompok radikal dan terorisme saat ini banyak memanfaatkan ruang di sosial media untuk menyebarkan dan mengampanyekan narasi kebencian dan kekerasan, serta paham transnasional.
"Tujuan pelibatan anak muda ini, karena dunia maya yang menjadi ruang tanpa batas dan tanpa kendali, banyak dimanfaatkan untuk konten negatif bernuansa provokatif, berisi hasutan, ujaran kebencian, yang mana hal ini dapat mengganggu persatuan bangsa," katanya.
Baca juga: BNPT ungkap propaganda radikal dan terorisme bersifat lintas negara
Dalam acara yang dihadiri oleh 28 perwakilan Duta Damai Dunia Maya BNPT dari 14 provinsi tersebut, Nisan juga menyambut baik workshop yang digelar selama tiga hari dan diisi oleh mentor serta narasumber ahli di bidangnya. Hal itu bertujuan untuk menambah wawasan dan persepsi tentang bahaya radikal dan terorisme kepada generasi muda.
"Saya kira poin penting kenapa kita berkumpul adalah untuk menyamakan persepsi, untuk saling berbagi kepekaan, kepedulian, dan kewaspadaan generasi muda di masa datang, tentang bahaya pemanfaatan internet sebagai alat mempromosikan paham kekerasan," tuturnya.
Melalui kegiatan tersebut, dia berharap para duta damai dapat mengambil ilmu bermanfaat untuk diimplementasikan sebagai aksi nyata dan mendorong partisipasi pemuda khususnya dalam isu perdamaian.
Dalam kegiatan itu, perwakilan Duta Damai Dunia Maya BNPT dari 14 provinsi akan mendapat pengetahuan supaya mampu menghasilkan narasi alternatif lewat pesan damai yang mengonfrontasi dan melemahkan pesan terorisme dan ekstremisme kekerasan.
Dengan dialog bersama para pakar dari tingkat nasional dan internasional itu, para duta damai diharapkan meningkatkan kapasitas yang selama ini menjadi binaan Pusat Media Damai (PMD) BNPT.
Berbagai narasumber dalam kegiatan itu ialah David Izadifar selaku Regional Coordinator for Terrorism Prevention UNODC dan Marco Venier selaku Indonesia Programme Coordinator for Terrorism Prevention UNODC.
Baca juga: BNPT: NII wajib diwaspadai karena ideologinya bertentangan Pancasila
"Ini sangat pas dengan strategi BNPT untuk melibatkan komunitas generasi muda dalam upaya mengurangi ekstremisme dan terorisme dengan membangun narasi perdamaian, dimana BNPT dalam penanggulangan terorisme berpijak pada kebijakan pentahelix yang melibatkan multipihak," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Sebagai generasi cerdas teknologi dan memiliki kreatifitas serta inovasi yang luar biasa, pemuda mampu menjadi ujung tombak dalam upaya penanggulangan ekstremisme dan radikalisme di tengah gempuran hoaks, ujaran kebencian, dan narasi radikal di dunia maya.
Upaya penanggulangan intoleransi, radikalisme, dan terorisme harus dibangun dengan kekuatan bersama dengan konsep penanggulangan yang bersifat pentahelix, katanya di acara Youth Peace Ambassador Workshop: Growing Tolerance through Peaceful Narratives bersama United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), yang berlangsung di Surabaya, Rabu.
Kebijakan pentahelix merupakan upaya penanggulangan terorisme dan ekstremisme dengan melibatkan semua elemen, seperti pemerintah, komunitas, akademisi, pengusaha, dan media, untuk bersinergi dan berkolaborasi.
"Dalam upaya penanggulangan terorisme di dunia membutuhkan generasi muda yang cerdas teknologi, visioner kreatif, inovatif dalam membuat konten di dunia maya, dan keberadaan Duta Damai Dunia Maya, agar dapat memberikan kontranarasi yang bisa memengaruhi lingkungannya,” jelas alumni Akmil tahun 1988 itu.
Menurut dia, kelompok radikal dan terorisme saat ini banyak memanfaatkan ruang di sosial media untuk menyebarkan dan mengampanyekan narasi kebencian dan kekerasan, serta paham transnasional.
"Tujuan pelibatan anak muda ini, karena dunia maya yang menjadi ruang tanpa batas dan tanpa kendali, banyak dimanfaatkan untuk konten negatif bernuansa provokatif, berisi hasutan, ujaran kebencian, yang mana hal ini dapat mengganggu persatuan bangsa," katanya.
Baca juga: BNPT ungkap propaganda radikal dan terorisme bersifat lintas negara
Dalam acara yang dihadiri oleh 28 perwakilan Duta Damai Dunia Maya BNPT dari 14 provinsi tersebut, Nisan juga menyambut baik workshop yang digelar selama tiga hari dan diisi oleh mentor serta narasumber ahli di bidangnya. Hal itu bertujuan untuk menambah wawasan dan persepsi tentang bahaya radikal dan terorisme kepada generasi muda.
"Saya kira poin penting kenapa kita berkumpul adalah untuk menyamakan persepsi, untuk saling berbagi kepekaan, kepedulian, dan kewaspadaan generasi muda di masa datang, tentang bahaya pemanfaatan internet sebagai alat mempromosikan paham kekerasan," tuturnya.
Melalui kegiatan tersebut, dia berharap para duta damai dapat mengambil ilmu bermanfaat untuk diimplementasikan sebagai aksi nyata dan mendorong partisipasi pemuda khususnya dalam isu perdamaian.
Dalam kegiatan itu, perwakilan Duta Damai Dunia Maya BNPT dari 14 provinsi akan mendapat pengetahuan supaya mampu menghasilkan narasi alternatif lewat pesan damai yang mengonfrontasi dan melemahkan pesan terorisme dan ekstremisme kekerasan.
Dengan dialog bersama para pakar dari tingkat nasional dan internasional itu, para duta damai diharapkan meningkatkan kapasitas yang selama ini menjadi binaan Pusat Media Damai (PMD) BNPT.
Berbagai narasumber dalam kegiatan itu ialah David Izadifar selaku Regional Coordinator for Terrorism Prevention UNODC dan Marco Venier selaku Indonesia Programme Coordinator for Terrorism Prevention UNODC.
Baca juga: BNPT: NII wajib diwaspadai karena ideologinya bertentangan Pancasila
Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Fransiska Ninditya
COPYRIGHT © ANTARA 2022
0 comments:
Post a Comment