Jakarta (ANTARA) - Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan mengatakan Festival Aksi Musik Anak Bangsa (Asik Bang) yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) merupakan cara cerdas mengisi ruang kosong anak muda untuk mencegah radikalisme.

"BNPT hadir dalam mengisi ruang kosong anak-anak muda di Pringsewu khususnya dan Lampung umumnya dengan cara yang tidak umum, yaitu melalui media musik dalam rangka pencegahan radikalisme terorisme di kalangan anak muda," kata Ken Setiawan dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Ken mengatakan hal itu saat menghadiri Festival Asik Bang yang diselenggarakan BNPT melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Lampung di Pringsewu, Lampung, Kamis (7/4).

Dengan mengusung tema "Damai Kita Harmoni Indonesia", acara tersebut juga digelar di 34 provinsi. FKPT Lampung adalah provinsi ke empat setelah FKPT Bali.

Menurutnya, musik adalah salah satu cara pentahelix untuk berkomunikasi dengan masyarakat umum. Hal itu menjadi bagian dari syair puja dan puji kepada bangsa, memperluas khasanah anak muda, dan bagaimana cara mencintai bangsa, lanjutnya.

"Kegiatan Asik Bang atau Aksi Musik Anak Bangsa ini adalah suatu hal yang sangat baik dan wajib dilanjutkan agendanya di masa yang akan datang. Ini adalah cara negara berkomunikasi dengan anak muda lewat musik, mengumandangkan hal-hal baik, puja dan puji kepada bangsanya. Musik Asik Bang tidak haram, justru ini sebagai konter terorisme lewat musik," jelasnya.

Dia juga menyampaikan keprihatinan atas maraknya pemberitaan mengenai Negara Islam Indonesia (NII) saat ini.

"Saya sangat prihatin dengan fenomena NII yang akhir-akhir ini banyak muncul dan sangat masif. Pasalnya, mereka selalu menyasar anak-anak muda, baik itu pelajar atau mahasiswa," tambahnya.

Dia juga menyarankan kepada para orang tua untuk wajib membentengi anak dan generasi muda, agar tidak terjadi penyimpangan dalam berkegiatan.

Baca juga: BNPT: Pemuda jadi bagian penting dalam strategi pentahelix

Ken menegaskan NII memang belum bicara soal teror atau membuat bom, namun mereka yang bergabung di NII sudah memiliki dasar untuk membenci aparat, Pemerintah dan negara.

"Orang tua sudah selayaknya memantau perkembangan anak-anaknya, dari kepulangan dari sekolah dan kegiatan sampai meminta dana untuk hal yang tidak jelas. Ini wajib dipantau. NII selalu mengajarkan semua sebagai tagut dan kafir. Bila mereka keluar dari NII, maka mereka akan mudah atau berpotensi direkrut kelompok JI atau JAD," tuturnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Pringsewu Fauzi mengatakan Pringsewu merupakan miniatur Indonesia. Pihaknya pun siap menerima pendatang yang masuk untuk membangun Pringsewu. Dia meyakini remaja di Pringsewu membawa persatuan dan kesatuan.

"Saya mengajak seluruh elemen di Pringsewu, terutama anak muda, untuk dapat tampil sebagai pemersatu bangsa. Itu lebih baik," ungkapnya.

Ketua FKPT Lampung M. Firsada mengatakan kegiatan tersebut dikemas dalam bentuk lomba. Selain diwajibkan membawakan lagu "Salam Indonesia Harmoni" ciptaan Kepala BNPT Komjen Pol. Boy Rafli Amar, para peserta juga diberikan kesempatan untuk menampilkan karya lagu mereka tentang perdamaian, harmoni, dan nasionalisme.

"Saya berharap kegiatan ini membangkitkan kreativitas generasi milenial untuk berkarya bersama dan melakukan pencegahan terhadap bahaya radikalisme dan terorisme di Lampung, umumnya di seluruh Indonesia," ujarnya.

Dalam kegiatan tersebut ada 12 peserta yang mengikuti festival dan disaring tiga peserta yang mewakili FKPT Lampung untuk maju ke babak tingkat nasional berlomba bersama 33 provinsi lain.

Baca juga: BNPT ungkap propaganda radikal dan terorisme bersifat lintas negara

 

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Fransiska Ninditya
COPYRIGHT © ANTARA 2022