Jakarta (ANTARA) - Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) menyatakan Ramadhan dan Paskah menjadi momentum kedua umat beragama dan seluruh umat umumnya untuk terus memupuk cinta kasih dan toleransi sembari membuang arogansi beragama guna meraih kemenangan diri.

Menurut Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan PGI Pendeta Jimmy Sormin, sukacita kedua umat beragama memperingati Ramadhan dan Trihari Suci Paskah akan sia-sia tatkala umat masih belum bisa memenangkan diri dari nafsu, kebodohan, egoisme, dan arogansi beragama.

“Karena sia-sia perayaan kerohanian ini jika kita masih saja membangun kebencian, membangun, dan mempertahankan ego, maka sia-sialah perayaan bulan suci kalau kita masih belum menang atas segala ego kita,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Jumat.

Ia mengatakan dalam konteks kekristenan, Trihari Suci khususnya dalam momen Jumat Agung sejatinya dimaknai sebagai momen untuk mengingat pengorbanan Kristus di kayu salib guna menebus dan menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Bahwa cinta kasih dibuktikan melalui pengorbanan.

Baca juga: Bandara Bali layani 62 ribu penumpang selama libur Paskah

“Hikmah yang bisa diambil dari peristiwa ini bahwa kasih itu yang paling besar buktinya adalah pengorbanan, kita mengingat pengorbanan Kristus di kayu salib menjadi peristiwa kebahagiaannya itu justru di Paskah ketika manusia diselamatkan dari kuasa dosa,” terangnya.

Dia menjelaskan pengorbanan yang dilakukan Yesus menunjukkan cinta kasihnya kepada umat  tak bersyarat yang melampaui segala yang ada di dunia ini. Pendeta Jimmy berpendapat bahwa umat Kristen harus bisa meneladani sikap mau berkorban untuk sesama, mau mengampuni, meminta maaf, berbagi dengan apa yang ada diri sendiri, dan berbagi kepada yang lemah sebagai bentuk pengorbanan.

“Jika kita tidak mampu mengampuni orang yang bersalah dengan kita, alangkah egoisnya jika tidak bisa melepaskan segala keangkuhan dari dalam diri kita. Kalau Tuhan saja mau berbuat demikian (pengorbanan), mengapa kita tidak berupaya,” jelasnya.

Baca juga: Volume lalin Tol Trans Sumatera meningkat selama libur Paskah

Pria yang pernah menempuh Ilmu Teologi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Jawa Tengah, ini menjelaskan dalam konteks perayaan kerohanian kedua umat beragama, hendaknya umat dapat memanfaatkan untuk introspeksi diri, berbenah diri menghayati bagaimana hubungan kepada sesama umat, dan sesama manusia.

“Jadi ambil waktu untuk berkontemplasi guna introspeksi diri, bagaimana kita membangun semangat cinta kasih, dan saling toleransi. Di momen ini, kita mengupayakan mengontrol arogansi kita, egosentrisme, dan mengontrol diri agar menjadi lebih baik,” tuturnya.

Untuk membangun cinta dan toleransi, Jimmy menilai perlu kesungguhan dari setiap individu sebagai masyarakat Indonesia yang hidup di tengah keberagaman sehingga perdamaian dan kerukunan bukan hanya sebuah kamuflase, namun tertanam dalam karakter dan keseharian umat.

“Membangun cinta dan toleransi itu butuh pengorbanan dan kesungguhan sehingga cinta dan toleransi bukan hanya kamuflase dan seremonial yang menunjukkan kalau kita damai dan rukun di hadapan publik dan media, tapi harus dalam keseharian kita,” kata Jimmy.

Dengan demikian pada momen yang penuh sukacita ini, Jimmy menilai perlu adanya peran pemerintah dan tokoh agama untuk terus menjaga kerukunan umat serta membangun cinta kasih agar umat menang atas segala ego diri, memutus semua mata rantai kebencian atau segala arogansi demi menyongsong Indonesia yang adil, aman, damai, dan maju.

Baca juga: Prajurit TNI amankan ibadah perayaan Paskah di gereja Mimika

“Di sini tokoh agama harus bisa sama-sama merendahkan hati bersama pemerintah, membangun niatan itu (cinta kasih, memenangkan egoisme diri, dan segala arogansi) dan mengimplementasikan niat baik yang diharapkan dari peristiwa kerohanian ini,” ujar pria yang mendapatkan gelar master dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu.

Jimmy berpesan kepada segenap umat beragama untuk bersama membangun tatanan kehidupan yang berkeadaban sebagaimana peristiwa Ramadhan dan Paskah yang mengajarkan umat untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, bukan pribadi yang mundur dalam cara berpikir maupun beriman.

“Marilah kita mengambil momentum ini untuk saling membangun, berbagi, berkolaborasi, menyumbangkan, dan mengkontribusikan energi positif kita untuk kemaslahatan, karena ketika kita bisa hidup rukun dan damai maka pasti kesejahteraan serta kemajuan bangsa akan mungkin bagi kita,” kata Jimmy.

Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2022