Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) H Denny Sanusi BA mengatakan Ramadhan adalah bulan yang tepat untuk berjihad menahan diri dari keburukan sehingga dapat menciptakan perdamaian.

"Ramadhan adalah momen yang tepat yang harus kita maksimalkan untuk hal positif, baik itu berkaitan dengan ibadah agama, maupun untuk lingkungan dan komunitas kita. Dalam berpuasa itu kita jihad menahan diri, tidak hanya menahan lapar dan haus, tapi juga menahan diri dari hal atau perbuatan negatif," kata Denny dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Ia melanjutkan, bulan suci Ramadhan adalah bulan mulia yang dapat dimanfaatkan umat untuk menebar kebaikan, juga menjadi ajang berbagi serta melatih kepekaan sosial baik kepekaan terhadap kondisi sekitar, maupun peka terhadap narasi radikal yang tersebar di dunia maya.

"Kita bisa manfaatkan kepada hal-hal positif di bulan yang mulia ini. Dengan dakwah bil-hal, kita bisa menerapkan bakti sosial, dalam konteks untuk membantu saudara kita yang membutuhkan, proaktif terhadap konten negatif radikal, berlomba-lomba berbuat kebaikan," ungkap Denny.

Dewasa ini, Denny mencermati sebaran konten negatif radikal yang semakin masif melalui produksi hoaks, ujaran kebencian dan fitnah yang mengganggu ketentraman dan mengancam keutuhan persatuan bangsa.

Baca juga: Sebagian warga Aceh mulai Shalat Tarawih Ramadhan 1443 Hijriah
Baca juga: Masjid Muhammadiyah di Rawamangun Jakarta Timur mulai Shalat Tarawih
Baca juga: Perempuan Indonesia Maju gelar pasar murah jelang Ramadhan


"Sekaligus ada sebuah peningkatan, saat ini memang konten negatif tetap beredar di sekeliling kita, mereka yang sudah tercuci otak ini (kelompok radikal) tidak peduli akan hadirnya bulan Ramadhan, kita yang harus proaktif," jelasnya.

Menurut dia, akan menjadi serius di kemudian hari jika media tetap dibiarkan diisi oleh kelompok radikal. Masyarakat akan menjadi lebih percaya terhadap berita hoaks, jika kelompok moderat tidak mengambil peran, tentunya hal ini sangat mengancam kehidupan harmonis bangsa.

"Kalau diam, nanti media mereka kuasai dan akhirnya masyarakat terbiasa menelan berita yang mereka propagandakan, nah itu berbahaya, nanti masyarakat akan percaya kepada berita itu," tegas Denny.

Sekretaris Jenderal Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) ini mendorong agar di bulan suci Ramadhan selain memperbanyak ibadah kepada Allah SWT, umat juga dapat berperan dalam melawan sebaran narasi radikal intoleran di media. Caranya dengan menggunakan kemampuan dan keahliannya masing-masing.

"Harus masif dan militan melawan kelompok mereka, jika mereka menyerang dengan konten maka kita serang kembali dengan konten, sesuai maqom-nya kalau jaman sekarang ini. Kalau mereka menyerang melalui media kita serang balik melalui media," tegas Denny.

Dengan cara tersebut, Denny optimis konten berimbang yang berisi konten keagamaan maupun konten positif lainnya dapat menutup ruang narasi kelompok radikal.

"Maka kita harus imbangi dengan konten positif yang berhubungan dengan agama dan sebagainya. Jangan diam saja karena mereka ini sebenarnya menyebarkan konten atau narasi kecil namun karena mereka kompak maka ini menjadi besar, maka kita kerahkan semua lini untuk menyampaikan hal yang positif," jelas Denny Sanusi.

Ia juga menyinggung peran pemerintah beserta segenap tokoh agama untuk bisa memanfaatkan momen Ramadhan sebagai wadah untuk memasifkan upaya pencegahan radikalisme dengan mengusung aksi konkrit demi mengusung tahun 2022 sebagai tahun toleransi yang penuh perdamaian dan tahun tahun berikutnya.

"Bukti konkretnya adalah kita lakukan ceramah, tabligh akbar, seminar atau workshop misalnya. Lalu kita mengimbau kepada para tokoh agama agar juga harus masif dan militan melawan kelompok mereka. Kita isi tahun ini dengan hal positif, bagaimana menyongsong tahun berikutnya sebagai tahun harapan kita. Kita wajib membantu pemerintah," ujarnya.

Pewarta: Joko Susilo
Editor: M Arief Iskandar
COPYRIGHT © ANTARA 2022