Jakarta (ANTARA) - Politisi Zulkifli Hasan menyebut Menteri Perindustrian Indonesia ke-22 pada Kabinet Indonesia Bersatu (2004) era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Prof Fahmi Idris bin Idris Marah Bagindo sebagai tokoh perjuangan.

Ketua Umum PAN itu mengaku kehilangan atas wafatnya tokoh politik dari Partai Golkar Tersebut.

"Bang Fahmi itu pejuang sekali. Dia (Fahmi) itu kalau iya, iya. Tidak ya tidak, benar ya bener, salah ya salah, tidak ada takut-takut," kata Zulkifli di rumah duka Fahmi Idris di Jakarta Selatan, Minggu.

Mantan Ketua MPR RI itu mengatakan punya banyak kenangan bersama almarhum Fahmi Idris semasa hidupnya.

Bahkan, kata Zulkifli, dirinya masih menjaga komunikasi dengan almarhum detik-detik sebelum meninggal dunia.

Baca juga: Ketua MPR: Saya kader dididik Fahmi Idris
Baca juga: Fahmi Idris, dari politikus hingga menteri
Baca juga: Kepala BNPT: Fahmi Idris sosok peduli pada generasi muda


"Bang Fahmi sih luar biasa belanya kepada kita sejak muda dulu," kata Zulkifli.

Tokoh politik asal Lampung itu mengingat kenangan saat dirinya masih menjabat anggota DPR RI di Komisi VI untuk pertama kalinya.

Saat itu ada kunjungan ke Korea Selatan, namun Zulkifli tertahan tidak bisa masuk karena proses masuk rumit saat itu.

"Pada waktu masuk zaman itu sulit, sehingga diperiksa 2 jam," kenang Zulkifli.

Selama pemeriksaan itu, kata Zulkifli, dirinya ditemani oleh Fahmi Idris yang pada masa itu menjabat sebagai Menteri Perindustrian.

"Itu kenangan paling berkesan, 2 jam nungguin saya cuma berdua saja. Diperiksa akhirnya lolos juga masuk ke Korea," kata Zulkifli.

Zulkifli mengaku kehilangan tokoh satu perjuangan dalam wadah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Kamar Dagang.

"Bang Fahmi kalau sudah bela orang itu luar biasa," kata Zulkifli.

Sejumlah tokoh politik dan birokrat hadir ikut mensholatkan almarhum Fahmi Idris. Para tokoh yang hadir di antaranya, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Akbar Tanjung, Bambang Soesatyo, Zulkifli Hasan, Boy Rafli Amar, Rahmat Gobel, dan masih banyak tokoh.

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: M Arief Iskandar
COPYRIGHT © ANTARA 2022