Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko memberikan motivasi kepada para santri di Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Mojokerto, Jawa Timur, Jumat, untuk bisa menjadi pemimpin bangsa di masa depan.
"Kalian sangat beruntung bisa mengenyam pendidikan di pesantren yang dapat memberikan pendidikan karakter kuat dan pendidikan agama Islam secara komprehensif. Maka, kalian bisa meraih mimpi apa pun. Jadi pemimpin, bisa," kata Moeldoko usai menunaikan salat Jumat di ponpes tersebut sebagaimana siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.
Moeldoko kemudian menyampaikan cerita dalam buku "Perang Kebudayaan" yang ditulis Ali Khameini kepada para santri.
Baca juga: Moeldoko apresiasi layanan telekonseling Sejiwa
Dia mengatakan dalam buku itu disebutkan bahwa serangan kepada unsur-unsur kebudayaan umat lain dilakukan dengan menghilangkan keyakinan, mendegradasi kekuatan ideologi, dan menghilangkan kebanggaan atas identitas bangsa.
Moeldoko mengatakan fenomena yang tertulis dalam buku itu sudah terjadi. Namun dia meyakini sistem pendidikan di pesantren-pesantren bisa memperkuat identitas keagamaan sekaligus identitas bangsa.
Moeldoko menceritakan pentingnya pendidikan agama dalam membentuk dirinya sekarang.
Baca juga: Moeldoko: Jangan terlalu euforia dengan pelonggaran pemakaian masker
Baca juga: KSP dorong percepatan pencairan dana PNBP fasilitas kesehatan TNI
"Dulu, saya itu tidurnya di langgar (musala). Kalau telat bangun salat Subuh, Pak Kiai dulu sudah siap dengan penjalin (sejenis rotan). Disiplin sekali, benar-benar digembleng. Saya nggak akan jadi jenderal kalau tidak digembleng dengan pendidikan agama," kata Moeldoko.
Sementara itu Pengasuh Ponpes KH. Asep Saifuddin Chalim mengapresiasi bentuk perhatian Moeldoko ke pendidikan pesantren. Ia mengatakan bahwa ekosistem pesantren siap mengawal guru-guru pendidik dalam menangkal radikalisme di lingkungan sekolah.
"Kalian sangat beruntung bisa mengenyam pendidikan di pesantren yang dapat memberikan pendidikan karakter kuat dan pendidikan agama Islam secara komprehensif. Maka, kalian bisa meraih mimpi apa pun. Jadi pemimpin, bisa," kata Moeldoko usai menunaikan salat Jumat di ponpes tersebut sebagaimana siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.
Moeldoko kemudian menyampaikan cerita dalam buku "Perang Kebudayaan" yang ditulis Ali Khameini kepada para santri.
Baca juga: Moeldoko apresiasi layanan telekonseling Sejiwa
Dia mengatakan dalam buku itu disebutkan bahwa serangan kepada unsur-unsur kebudayaan umat lain dilakukan dengan menghilangkan keyakinan, mendegradasi kekuatan ideologi, dan menghilangkan kebanggaan atas identitas bangsa.
Moeldoko mengatakan fenomena yang tertulis dalam buku itu sudah terjadi. Namun dia meyakini sistem pendidikan di pesantren-pesantren bisa memperkuat identitas keagamaan sekaligus identitas bangsa.
Moeldoko menceritakan pentingnya pendidikan agama dalam membentuk dirinya sekarang.
Baca juga: Moeldoko: Jangan terlalu euforia dengan pelonggaran pemakaian masker
Baca juga: KSP dorong percepatan pencairan dana PNBP fasilitas kesehatan TNI
"Dulu, saya itu tidurnya di langgar (musala). Kalau telat bangun salat Subuh, Pak Kiai dulu sudah siap dengan penjalin (sejenis rotan). Disiplin sekali, benar-benar digembleng. Saya nggak akan jadi jenderal kalau tidak digembleng dengan pendidikan agama," kata Moeldoko.
Sementara itu Pengasuh Ponpes KH. Asep Saifuddin Chalim mengapresiasi bentuk perhatian Moeldoko ke pendidikan pesantren. Ia mengatakan bahwa ekosistem pesantren siap mengawal guru-guru pendidik dalam menangkal radikalisme di lingkungan sekolah.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2022
0 comments:
Post a Comment