Banyak kaum intelek Indonesia yang terpapar dengan didikan Barat sehingga melupakan konsep bernegara.
Jakarta (ANTARA) -
Doktor Ilmu Pertahanan Hasto Kristiyanto berkeinginan buku berjudul Suara Kebangsaan dapat memacu masyarakat Indonesia untuk berani berimajinasi seperti para pendiri bangsa, salah satunya Bung Karno.
 
Hasto mengatakan hal itu dalam peluncuran dan bedah buku Suara Kebangsaan di Bentara Budaya, Jakarta, Minggu.
  
"Pertama bahwa beranilah kita berimajinasi bahwa bangsa Indonesia ini terlahir sebagai bangsa pemimpin di dunia," kata Hasto saat memberikan testimoni.
 
Kedua, lanjut Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan itu, mengajarkan betapa pentingnya spirit untuk mampu mengatasi berbagai hambatan.
 
Menurut dia, para pendiri bangsa tidak memiliki materi dan hanya mempunyai gagasan.
 
Namun, hal itu justru yang membuat Indonesia merdeka dan memiliki daya gebrak meletakkan Indonesia sejajar dengan negara-negara mapan saat itu.
 
"Yang ketiga, esensi kepemimpinan strategis, termasuk pentingnya kepemimpinan intelektual, termasuk disiplin," jelasnya
 
Keempat, lanjut dia, rakyat Indonesia harus melestarikan dan bangga dengan budaya nusantara sendiri.
 
"Kita harus berdiri kokoh pada landasan kebudayaan kita, bukan budaya bangsa Barat, bukan budaya Timur Tengah, bukan budaya Tiongkok, melainkan kebudayaan yang menjadi identitas nasional kita," ucapnya.

Baca juga: Purnomo: Ajaran Soekarno sangat relevan dengan kondisi masa depan
Baca juga: Rektor Unhan apresiasi buku "Suara Kebangsaan" karya Hasto Kristiyanto
 
Kelima, buku Suara Kebangsaan memberitahukan kepada pembaca tentang pentingnya memahami geografis dan rakyat Indonesia.
 
Hasto menilai banyak kaum intelek Indonesia yang terpapar dengan didikan Barat sehingga melupakan konsep bernegara.
 
Hal ini pun kerap diingatkan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
 
Hasto dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati mengingatkan kaum intelek itu bahwa Indonesia bukan negara kontinental.
 
"Bahwa kita ini negara kepulauan yang sistem transportasi, sistem logistik, sistem pendidikannya berbeda. Itu berbeda dengan negara-negara kontinental," kata Hasto.

Ia melanjutkan, "Nah, itulah moga-moga dengan membaca buku Suara Kebangsaan ini dapat membangun imajinasi tentang masa depan dan tentu saja saya mengucapkan terima kasih karena buku ini saya tulis tepat ketika saya menjadi mahasiswa Unhan karena ilmunya memang sangat inspiratif."
 
Dalam kesempatan itu, Hasto menyebutkan buku Suara Kebangsaan yang disusunnya merupakan buah inspirasi dalam melihat kondisi geopolitik bangsa saat ini.
 
Buku itu berguna memberikan perspektif pemikiran soal pertahanan bangsa yang merupakan tanggung jawab semua anak bangsa.
 
"Suara Kebangsaan ini mengajarkan kita tentang inspirasi dan mengajarkan kepada kita pentingnya pertahanan sebagai tanggung jawab seluruh warga negara Indonesia tidak terkecuali," kata Hasto.
 
Hasto juga mengatakan bahwa buku yang disusun dalam 42 artikel merupakan buah pemikirannya dalam melihat peristiwa-peristiwa nasional yang terjadi di Tanah Air.
 
"Termasuk tulisan Sastra Jendra itu adalah ketika muncul suatu upaya membangun opini agar pemilu ditunda, kemudian perpanjangan masa jabatan presiden tiga kali. Tulisan ini sebenarnya juga merupakan suatu pernik-pernik terhadap dinamika kehidupan masyarakat yang terjadi," kata Hasto.
 
Dalam peluncuran dan bedah buku ini, hadir mantan Menteri Pertahanan Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro, Rektor Universitas Pertahanan RI Laksamana Madya (TNI) Prof. Dr. Amarulla Octavian, wartawan Pos Kota Azisoko Harmoko, dan moderator Gloria Oyong.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: D.Dj. Kliwantoro
COPYRIGHT © ANTARA 2022